Bella buru-buru membuka pintu sambil mengucapkan salam sampai dikediamannya. Ammar juga tak mau ketinggalan mengejarnya. Membuat Naya ikut panik dan cemas.
"Kalian kenapa?" Tanya Naya menahan Ammar yang ingin masuk kamar menyusul Bella.
"Ini masalah pribadi ma, Ammar mau menyelesaikannya sekarang juga"
"Masalah apalagi sih?" Gerutu Naya dalam hati.
"Saya mohon kamu jangan percaya sama dia, itu tidak seperti yang kamu lihat" ucap Ammar sambil menatap Bella berdiri didepan meja rias.
"Dia terus berusaha menjebak saya Bella, oke saya akan jelaskan sedetail-detailnya" Ammar menarik nafas dalam-dalam sebelum menjelaskan lebih jauh. "Waktu itu dia baru saja mengetahui kalau dirinya mengidap penyakit kanker stadium lanjut, makanya saya bantu nyetir karena pikirannya lagi kacau, dia sempat memberikan saya minum, dan setelah saya minuman itu, kepala saya terasa pusing, dan tiba-tiba saya sudah berada di kamarnya"
"Saya tau kok, pasti dia yang menjebak kamu"
"Jadi sayang percaya sama saya?"
"Tentu saja saya lebih percaya sama suami saya sendiri dibanding orang lain"
"Tapi kenapa tadi kamu nampar saya?"
"Saya sengaja supaya dia percaya kalau saya membenci kamu"
"Ya Allah terimakasih ya Allah, engkau telah membukakan jalan yang terbaik untuk keluarga hamba" Ammar mengucap syukur sambil bersujud. "Maafin saya kalau selama ini saya tidak terbuka dengan kamu"
"Tidak apa-apa, saya juga minta maaf, pasti sakit banget ya" dengan merasa bersalah, Bella mengamati bekas tamparannya tadi.
"Ini tidak ada apa-apanya kalau kamu membenci saya" Ammar lalu mencium tangan itu dan memeluk tubuhnya.Juan dan Bocil laporan pada Wahyu tentang kegagalannya menangani Verrel dan Febby diruang besuk. Wajah Wahyu yang nampak kusut semakin geram. Rambutnya mulai panjang seperti tak terurus.
"Kami minta bayaran bos" ucap Juan.
"Hmmm bayaran?" Wahyu ingin tertawa. "Kalian aja gagal gimana mau minta bayaran, memangnya kalian nggak punya malu?"
"Tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin, bahkan kami sampai babak belur"
"Ya kalian aja yang nggak becus, masak nanganin kayak gitu aja nggak bisa"
"Tapi ada orang yang sengaja membantunya bos, kalau nggak ada mereka pasti kita juga berhasil"
"Alah itu hanya alasan kalian saja"
"Bener bos, dari cara berkelahinya saja keliatan banget kalau mereka memang jago beladiri"
"Kalau tidak bisa dengan kekerasan ya lakukan dengan cara halus"
"Oke bos"
Wahyu kembali ke sel dengan sendirinya.Adzan subuh berkumandang membangunkan tidur nyenyaknya Verrel dan Febby. Febby bangun terlebih dahulu, sedangkan Verrel malah menarik selimut ingin melanjutkan mimpinya.
"Kok malah tidur lagi sih?" Gerutu Febby sambil menarik selimut tersebut agar Verrel bangun, tapi Verrel masih bermalas-malasan.
"Ooo aku tau sekarang" Febby memencet hidung Verrel sehingga Verrel bangun karena sulit bernafas.
"Ayo sholat subuh dulu..." Ajak Febby bergegas ke kamar mandi.
Setelah berwudhu, Verrel mengenakan baju koko dan sarung, serta peci, sedangkan Febby sudah siap dengan mukenanya. Sebagai kepala keluarga, Verrel yang menjadi imam dalam memimpin sholat. Didalam doa, Verrel meminta.
"Ya Allah, lindungilah keluargaku dari berbagai kejahatan maupun fitnah, serta bimbinglah aku untuk menjadi manusia yang lebih baik, amin ya rabbal Al-Amin"
"Amin..." Jawab Febby.
Febby mencium tangan Verrel. Namun saat membereskan mukena, Febby seperti melihat bayangan seseorang dibalik gorden. Febby segera membuka jendela itu, tapi bayangan tersebut seakan akan menghilang bak ditelan bumi.
"Kenapa?" Tanya Verrel.
"Oh nggak kenapa napa" jawabnya sambil menutup gorden.Vani datang ke kediaman Ammar disaat Ammar dan Bella ingin berangkat ke kampus. Mereka menyambutnya dengan senang hati.
"Oia Naya kemana?"
"Mama kebetulan sudah berangkat ke Jogja" jawab Bella.
"Iya soalnya paman Jaya lagi sakit, Oia ngomong-ngomong mama pasti mau membicarakan sesuatu sama Bella ya?" tambah Ammar.
"Mama juga mau minta pendapat kamu mar"
"Mama mau bicara apa?" Bella sangat penasaran.
"Gimana kalau sebagian saham kita jual saja? Mama tidak tega sama papa kamu, mau sampai kapan dia di penjara?"
"Jadi maksud mama kita menjual sebagian saham untuk membebaskan papa?" Bella agak kaget.
"Betul"
"Apa nggak ada cara lain lagi ma?"
"Mama nggak tau lagi caranya Bella"
"Begini aja ma, nanti
Ammar usahain dulu, kalau memang temen Ammar nggak bisa bantu, baru kita jual sahamnya sebagian" Ammar berpendapat.
"Ya udah kalau begitu, kamu kabarin mama secepatnya ya"
"Iya ma"
"Mama pamit ya"
Mereka mencium tangan Vani terlebih dahulu. "assalamualaikum" ucap Vani.
"Walaikumsalam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
Fiksi UmumApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...