Sambil melihat kekanan dan kekiri, Verrel cemas memikirkan Febby yang sampai saat ini belum ia temukan. Sedangkan hari semakin malam. Ya Allah mudah-mudahan Febby baik-baik aja!” lirihnya.
Konferensi pers Wahyu akhirnya dilakukan juga. Tampak semua wartawan sudah bersiap-siap memberikan beberapa pertanyaan kepada Wahyu yang duduk bersebelahan dengan direktur PH. Sebenarnya Wahyu merasa malu karena permasalahan ini, tapi apa boleh buat. Ia terpaksa melakukannya.
"Apa yang terjadi sebelum pak Wahyu mengalami kecelakaan?"
"Kenapa pak Wahyu sampai mendorong suster? bukan kah bapak tau kalau itu sikap yang tidak pantas?"
"Saya dengar-dengar hubungan antara pak Wahyu dan Bu Vani sedang bermasalah, apa itu penyebabnya?"
Wartawan mencecar Wahyu dengan berbagai pertanyaan. Sebelum menjawab, Wahyu mendelik kearah Direktur sejenak.
"Baik, saya akan menjawab pertanyaan kalian satu persatu, yang pertama, itu murni kecelakaan karena saya mengantuk, yang kedua, saya tidak ada niat sama sekali untuk mendorongnya, itu hanya ketidaksengajaan saja, dan yang ketiga, hubungan saya dengan istri saya baik-baik saja tidak ada masalah, oke jelas ya semuanya" Wahyu beranjak dari tempat duduk.
"Tapi saya lihat kemarin pak Wahyu sedang bertengkar dengan Bu Vani, apa pak Wahyu sedang menyembunyikan sesuatu?" salah satu wartawan kembali memberikan pertanyaan yang sangat menohok.
Wahyu menelan ludah, ingin rasanya ia menelan wartawan itu hidup-hidup, tapi ia harus tetap seperti biasa saja didepan semuanya.
"Saya rasa itu tidak perlu dijawab, karena setiap rumah tangga pasti ada kalanya bertengkar atau berdebat" Wahyu bergegas ingin meninggalkan ruangan. Semua wartawan sepertinya kecewa, karena mereka tidak mendapatkan jawaban yang sesungguhnya. Namun siapa sangka Vani datang disaat acara konferensi pers mau selesai. Semua wartawan berlarian mengerumuninya. Itu membuat Wahyu sangat cemas kalau-kalau Vani salah bicara.
"Ngapain sih Vani dateng kesini" gerutunya menahan kekhawatiran.
Beberapa pertanyaan meluncur dari para wartawan mengenai hubungannya dengan Wahyu. Tapi Wahyu sangat lega setelah mendengar kalau Vani bilang hubungan mereka baik-baik saja. Wajah Wahyu yang tadinya seperti benang kusut kini berubah menjadi senyuman manis. Ia mendekati Vani dan mengajaknya masuk.
"Bella nggak nyangka, papa sudah membunuh orang yang tak bersalah, papa hanya mementingkan egonya" lirih Bella dari balik tembok menatap mereka.Sementara itu, Verrel menemukan Febby berjalan kaki di pinggir trotoar. Pelan-pelan Verrel mendorong motornya agar tidak berisik.
"Sendirian aja nih" tegur Verrel mengiringinya.
"Ngapain sih lo pakek nyusulin gue segala?" Febby memasang wajah jutek.
"Masak iya sih gue tega ngebiarin lo sendirian malem-malem kaya gini, mending ikut gue yuk” ajak Verrel.
"Males..." Sahut Febby ngambek.
Eh tiba-tiba Bima datang menyambar tangan Febby.
"apaan sih nggak mau” Febby mencoba melepaskan tangannya.
"udah dari pada lo ikut sama dia mending ikut sama gue" Bima sepertinya memaksa.
"lepasin..." Pinta Verrel pelan, tapi Bima hanya tersenyum sinis. "GUE BILANG LEPASIN...” bentaknya sambil melepaskan tangan Bima.
Kali ini Verrel baru menunjukkan kemarahannya. Febby langsung tersentak, ia seakan tak percaya kalau ternyata Verrel bisa semarah ini. Apa mungkin Verrel cemburu? Atau..., Ntahlah otaknya benar-benar ngeblank.
Tidak terima dengan hal tersebut Bima langsung memukul Verrel, tapi Verrel terus mengelak. Merasa di permainkan, Bima jadi semakin panas. Tangannya sudah gatal ingin menghajarnya habis-habisan. Tapi mudah bagi Verrel untuk membuat Bima bertekuk lutut, karena Verrel menguasai ilmu bela diri dengan baik dari sejak kecil.
"awas ya kalau sekali lagi lo ganggu Febby" ancam Verrel memelintir tangannya dengan keras.
"memangnya dia siapa lo haah?" Bima membentaknya.
"dia calon istri gue, kenapa?"
Sontak saja Febby terkejut mendengar kata-kata itu. Apa gue nggak salah denger?” sambil menatapnya.
"udah sekarang lo ikut gue pulang ya, pliss ini udah malem" ucap Verrel setelah melepaskan Bima yang menaruh dendam padanya.
Setelah berpikir Febby mengikuti Verrel naik motor. Apa maksud ucapan Verrel tadi?” batin Febby berkata sembari menatap punggungnya. Ia ingin memeluk pinggang Verrel, tapi ragu.
"Udah peluk aja nggak usah malu-malu" sindir Verrel tersenyum.
"Idih siapa juga yang mau meluk lo, jangan ke GR an" balas Febby.
"Dari pada lo takut jatoh"
Akhirnya Febby berpegangan di ujung bajunya Verrel.
"Gengsi banget sih jadi cewek" pikir Verrel memperhatikan tangannya. Tidak berapa lama merekapun sampai.
"Makasih udah nganterin gue" ucap Febby setelah melepaskan helm.
"Iya" sahut Verrel dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
قصص عامةApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...