part 35

248 20 9
                                    

Sampai dikediaman Febby, Febby bersikap dingin terhadap Verrel. Febby juga tidak mengucapkan apa-apa setelah menanggalkan helm.
"Febby..." Panggil Verrel pelan, tapi Febby nyelonong masuk tanpa menghiraukannya.
Verrel menarik nafas dalam-dalam sambil menatap jendela kamar Febby yang terbuka, tapi Febby malah menutup tirainya.
"Kamu kenapa sih Febby...? Pliss dong buka tirainya" Verrel sangat berharap Febby membukanya, tapi tetap saja tirai itu tertutup rapat. Ia lalu kembali memakai helm dan memacu motornya pelan-pelan. Diatas motor ia terus memikirkan Febby. Sampai akhirnya berhenti didepan warung makan.
"Eh rel tumben mampir kesini" celetuk Nasya duduk disampingnya sambil membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya, tapi Verrel malah murung.
"Muka lo kenapa ditekuk kayak gitu? Jelek tau" ledeknya.
"Gue lagi bete"
"Bete kenapa? Pasti lagi berantem sama pacar, ya kan?"
"Ya gue bingung aja kok tiba-tiba sikapnya aneh banget, dikasih ini maunya yang itu, nggak biasanya Febby kayak gitu"
"Ya namanya juga cewek rel, cewek mah emang begitu suka nyari-nyari perhatian" Nasya lanjut makan. "Udah lo makan dulu"
"Lagi nggak mood makan, ya udah ya gue cabut"

Ammar mengendap-endap didepan halaman rumah Ibunya Ratu. Ia mencurigai ada orang yang mengikutinya. Dan itu adalah Mawar.
"Kok Ammar mencurigakan banget ya?" Pikir Mawar dari balik pepohonan.
Ia sengaja mengikuti Ammar sejak awal.
"Tok tok tok..." Ammar mengetuk pintu rumah itu pelan-pelan, namun yang membukakan pintu Ibunya Ratu.
"Ayo cepat masuk" ajaknya, lalu ia buru-buru menutup pintu.
Mawar semakin penasaran. Ia mendekati pintu itu dan mencoba mendengarkan pembicaraan mereka, tapi suaranya tidak begitu jelas. Cuma terdengar seperti samar-samar.
Saat Bella keluar dari kamar menemui Ammar, Ammar langsung memeluk dan mencium keningnya beberapa kali. Ibunya Ratu bisa merasakan betapa besar cintanya Ammar terhadap Bella.
"Saya menginginkan kamu kembali ke sisi saya" ucap Ammar penuh harap.
"Saya tau bagaimana perasaan kamu, tapi ini belum saatnya"
"Terus kapan?"
"Sampai impian saya terwujud"
"Maksud sayang setelah Verrel menikah sama Febby, begitu?"
"Kamu benar, setelah mereka menikah, saya pasti kembali"
Diluar Mawar semakin kepo. Ia mendekatkan telinganya dipintu. Sebenarnya Ammar ngobrol sama siapa ya? Kok kayak suara perempuan sih? Masak iya Ammar kepincut sama Ibu-ibu tadi nggak banget deh...!"
"Tok tok tok..." Ia memberanikan diri mengetuk pintu.
Ammar dan Ibunya Ratu meminta Bella kembali ke kamar.
"Kamu siapa?" Tanya Ibu setelah membuka pintu, sedangkan Ammar bersembunyi di balik pintu itu.
"Mana Ammar?" Sambil celingukan ke dalam.
"Ammar...?" Si Ibu pura-pura bingung.
"Iya Ammar, tadi aku lihat dia masuk ke rumah ini kok"
"Saya ini seorang janda, mana mungkin ada laki-laki yang masuk ke rumah ini"
Ammar sangat panik. Bagaimana kalau seandainya Mawar nekad masuk dan memergokinya. Ternyata benar, Mawar memaksa masuk ke kamar Ibunya Ratu, sedangkan Ammar cepat-cepat keluar dan meninggalkan rumah itu.
"AMMAR..." panggil Mawar sambil mengitari kamar itu, ia kembali keluar.
Bella sudah bersiap-siap dengan idenya yaitu memakai masker serta jubah putih. Lalu ia membuka pintu dan berdiri ditengah-tengah pintu itu dengan mata melotot.
"AAAA..." sontak saja Mawar berteriak ketakutan berlari keluar sampai terjatuh karena tersandung. Ia mengira kalau itu adalah hantunya Bella. Sampai didalam mobil pun ia masih ketakutan sambil menstater mobil, tapi tangannya gemetar. Untung saja cepat nyala.
"Itu pasti hantunya Bella!" Ia mempercepat laju mobil.
"Hahaha..." Bella dan Ibunya Ratu tertawa terpingkal-pingkal.

Lisa dan Andin berkunjung ke kediaman Vani pada saat hari sudah malam. Terdengar suara bel berbunyi dari dalam kamar Vani yang sedang berbaring diatas tempat tidur.
"siapa sih yang bertamu malam-malam begini?" keluh Vani beranjak bangun.
Si Bibik segera bangun membuka pintu.
"SIAPA BIK...?" tanya Vani menghampiri ke depan. "eh kirain siapa" sapanya ketika ternyata itu adalah Lisa dan Andin.
Andin menyalaminya sambil basa basi menanyakan bagaimana kabarnya.
"baik, ayo masuk" ajak Vani, ia kemudian meminta si Bibik membuatkan minum untuk mereka.
"iya bu" sahut bibik ke dapur.
"oia Verrel mana tante?" tanya Andin.
"mmm Verrel udah nggak tinggal disini lagi" jawab Vani.
"lho memangnya Verrel tinggal dimana?" kali ini Lisa yang bertanya.
"Verrel lebih memilih tinggal di kontrakan, oia ngomong-ngomong ada apa kok malam-malam begini?"
"bagaimana perjodohan Andin dengan Verrel seperti yang pernah kita rencanakan dulu?"
"tunggu, maksud kedatangan kalian kesini hanya untuk menanyakan itu saja?"
"ya aku nggak bisa nunggu lebih lama lagi van"
"sepertinya aku nggak bisa menjodohkan mereka"
"kenapa?"
Lisa dan Andin tampak gelisah.
"Verrel punya pilihan sendiri, aku nggak bisa memaksakan perasaannya"
"tapi kamu kan Ibunya van"
Bibik datang menyuguhi mereka minuman, tapi obrolan mereka tampak serius, sehingga mereka tidak menghiraukannya.
"aku memang Ibunya, tapi aku nggak mau memaksakan kehendakku, itu namanya egois"
"kamu udah janji sama aku lho van" Lisa mengingatkannya.
"itu dulu, sekarang udah jelas berbeda, mereka berhak mencintai siapapun yang mereka suka, aku nggak bisa melarang Verrel"
"tapi Andin nggak mau sama siapa-siapa kecuali sama Verrel tante" nada bicara Andin agak meninggi.
"untuk apa menikah kalau tidak didasari dengan saling mencintai" Vani mencoba memberikan pengertian, tapi Andin tidak terima.
"lebih baik sekarang kita pulang" Lisa membujuk Andin.
"tunggu dulu lis, kita harus membicarakan masalah ini baik-baik" ucap Vani mencegahnya.
"nggak usah van" sahut Lisa dingin.
"tapi ma..." Andin menolak sambil merengek.
"kalau mama bilang pulang ya pulang" Lisa tampak emosi menarik tangannya.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang