part 81

213 17 0
                                    

Pagi-pagi buta, Verrel disibukkan dengan mengangkat peralatan untuk touringnya ke mobil, sedangkan Febby membawa jaket tebal serta selimut. Febby tak peduli si kembar sedang memberontak didalam perutnya. Semangatnya begitu tinggi, karena touring adalah salah satu impiannya dari sejak sebelum menikah.
"Udah semua kan?" Celetuk Verrel menghampiri Febby yang mulai keberatan membawa perut. "Seharusnya sih Febby istirahat aja dirumah"
"Iih nggak mau..., pokoknya aku ikut" tolak Febby sembari ngambek.
"Hmmm iya iya..."
Diwaktu yang sama, Ammar dan Bella datang dengan mengenakan pakaian ala-ala mau ngetrip. Dengan semangat dan kocak Verrel melemparkan kunci motor kepada Ammar yang sudah siap menyambutnya.
"Huuf..." Kunci itu tepat jatuh dalam genggaman Ammar. "Udah siap kan?"
"Siap dong kak" seru Febby.
Sementara didepan kampus, Wira dan teman-temannya sudah menunggu dengan persiapan yang matang.
"Do, gue bonceng sama lo ya" Livia sengaja mendekati Aldo untuk memanas-manasi Wira.
Lirikan dari sudut mata sebelah Wira membuat Aldo semakin besar kepala. Aldo pikir kalau Livia itu mulai menunjukkan rasa suka padanya. Ia tampak pede sambil menebar rayuan. Dan itu berhasil buat Wira seolah-olah mau muntah. Sementara Reno dan Astra sibuk mengecek motornya masing-masing.
"Gue sama siapa dong?" Celetuk Andin yang baru datang membawa tas ransel.
"Ya udah sama Wira aja" jawab Aldo penuh semangat.
"Iih nggak mau"
"Siapa juga yang mau sama lo jangan kepedean, gue juga udah ngajak cewek lain kali"
Livia kaget dan menoleh. Ia sangat penasaran siapa cewek yang dimaksudnya. Sepertinya ada sekitar 15 orang yang akan ikut touring tersebut. Ada yang berboncengan ada juga yang sendiri. Setelah kedatangan Feverr dengan atap mobil yang terbuka serta mengenakan kacamata hitam, dan Marbel yang memakai motor Verrel, Andin naik ke motornya Reno. Mereka semua bersiap-siap berangkat.
"Tunggu sebentar pak" tahan Wira.
"Ada apa Wira?"
"Mmm saya boleh nggak ngajak temen lain?"
"Ya boleh"
Tak disangka datanglah orang yang dimaksud Wira. Semua tercengang menatap Nasya yang tampak tersenyum menyapa mereka.
"Nasya..." Batin Febby dan Verrel mengucap kata yang sama.
Hati Livia seakan teriris-iris. Ngilu rasanya melihat cewek lain yang berboncengan dengan orang yang diharapkannya.
"ALL READY...?" Teriak Ammar yang berada paling depan sebagai pemimpin.
"READY..." Balas mereka dengan kompak.

Tampak Wahyu tergolek di emperan masjid seperti gembel. Pengurus masjid yang baru selesai membersihkan tempat itu lekas membangunkannya.
"Kamu siapa sih berani mengganggu saya" tanya Wahyu perlahan-lahan sambil mengericingkan mata menahan kantuk.
"Ini tempat ibadah pak, bukan tempat tidur"
"Iya saya tau ini tempat ibadah, masak numpang tidur aja nggak boleh" sembari bangkit.
"Memangnya bapak dari mana?"
"Saya dari Jakarta"
"Lebih baik bapak ikut ke rumah saya, biar bisa melanjutkan istirahatnya"
Wahyu sepertinya tertarik dengan tawaran tersebut.
"Rumah saya memang terbilang sangat sederhana, tapi insyaallah nyaman kok pak"
"Oh maaf, sepertinya saya harus melanjutkan pencarian saya"
"Kalau boleh tau memangnya siapa yang Bapak cari?"
Wahyu mengeluarkan ponsel dan menunjukkan foto Naya.
"Ini kan istrinya almarhum pak Herdy Herdinan" sembari mengingat.
"Jadi kenal?"
"Siapa yang tidak kenal sama keturunan pengusaha terkaya di kota ini"
"Kalau begitu, tolong antarkan saya, karena saya tidak tau alamatnya"

Dalam perjalanan touring, tiba-tiba ponsel Ammar berbunyi. Ammar memberi tanda agar semua berhenti. Mereka pun berhenti berjejer di pinggir jalan.
"Saya pikir dari siapa?" Gerutunya setelah melihat itu panggilan dari Mawar.
"Angkat aja dulu siapa tau ada berita dari mama?"
"Mama tadi sms ke saya pakai hp adiknya mama yang di Jogja"
"Haah..., Jadi mama ke Jogja?"
"Iya, hp mama tinggal dirumah makanya kemarin nggak bisa ngasih tau kalau berangkat ke sana"
Terlihat Febby memegangi perut menahan sakit.
"Sss aduh..." Febby mendesis.
"Perut sayang kenapa?"
"Ini nih anak kamu nakal banget tau nggak sih"
"Aduh pliss deh jangan bilang kalau mau ngelahirin disini"
"Jadi, kalau aku ngelahirin disini, Vibi nggak mau bantuin aku gitu?" Cerca Febby. "Jahat banget sih" ia memukul-mukulnya.
"Bukannya gitu sayang..." Sembari menangkap tangannya. "Maksud aku jangan sampai ngelahirin dalam kondisi kayak sekarang, kita kan lagi menikmati suasana touring"
Percekcokan seperti itu memang sering terjadi kok dalam rumah tangga mereka, tapi justru itu yang suka membuat orang terkadang iri. Karena percekcokannya sama seperti candaan-candaan. Disisi lain, ada Wira yang sengaja melingkarkan tangan Nasya ke pinggangnya sambil melirik Livia. Tak mau kalah, Livia pun memeluk pinggang Aldo.
"Coba dari tadi Vi" gumam Aldo kegirangan.
"Gue juga sebenarnya terpaksa" sahut Livia dalam hati.
Mereka kembali meneruskan perjalanan menikmati segarnya embun pagi. Melewati pepohonan rindang, melewati kota-kota kecil, bahkan hamparan ilalang pun seolah-olah menyambut kegembiraan mereka.
Sementara dikediamannya, Mawar yang sengaja berdiri didekat mobilnya terkejut mendapati ponselnya ada kiriman video dari Ammar. Video itu berisi petualangan touringnya bersama mahasiswa ajarnya.
"Kok malah Bella sih yang diajak? Seharusnya itu aku"
Tampak ia berputar-putar memikirkan ide. "Lagi-lagi aku kalah dari Bella, ini nggak bisa dibiarin" ia kembali menghubungi Ammar, tapi nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. "sengaja banget sih nggak di aktifin, awas ya kamu Bella"
Eh si bibik datang-datang dari belakang minta duit, jelas aja kena semprot. Si bibik terpaksa kembali lagi ke belakang sambil menggerutu.
"Padahal kan mau ke pasar" ia melepaskan nafas panjang sambil duduk. "Ya udah nggak usah masak kalau gitu" lantas ia meraih ponsel didalam kamarnya dan asyik bermain game.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang