part 87

155 17 2
                                    

Bella kaget mendapati baju yang di setrika Verrel gosong.
"VERREL...FEBBY..."
Bella mencabut aliran listrik tersebut disaat Verrel dan Febby muncul.
"Nyetrika kok ditinggal sih?" Cerca Bella.
Verrel yang ditanya malah sedih mengamati baju kesayangannya itu sudah bolong. Terpaksa Verrel ke kampus pakai kaos yang belum disetrika dan dilapisi dengan jaket.
"Aku berangkat dulu ya, Oia kak titip si kembar ya, tolong dijagain" sembari keluar.
"Iya..." Jawabnya tersenyum riang.
Febby ke dapur membawa rantang yang diberikan Bella. Ternyata isinya sayur berkuah tanpa cabai sedikitpun. Bella bilang itu sayur untuk melancarkan ASI. Jadi dengan semangat Febby menaruhnya ke dalam mangkuk sambil mengucapkan terimakasih.

Pemilik kontrakan yang ditempati Vani datang marah-marah dengan membawa sejumlah pakaian, disaat Vani lagi menjemur pakaian. Ia tidak terima karena ada pakaiannya yang terkena luntur. Vani menghentikan pekerjaannya dan meminta maaf.
"Baru juga nyuci sekali udah bikin saya rugi, kamu gimana sih?" Maki si Ibu itu.
"Tapi kemarin tidak ada pakaian yang luntur, saya berani sumpah" sangkal Vani tak mengakuinya.
"Terus ini pekerjaan siapa kalau bukan kamu? Saya nggak mau tau, pokoknya saya minta ganti rugi"
Secara tidak sengaja, Verrel yang hendak menemui mamanya mendengar semuanya.
"Iya semuanya akan saya ganti, tapi kasih saya waktu ya Bu"
"Ini maksudnya apa ma?" Tanya Verrel mendekat.
"Oh ini..."
"Ini pakaian saya jadi kena luntur semua gara-gara dicuci sama Ibu kamu" si Ibu nyerobot kalimat Vani yang belum selesai karena bingung menjelaskannya.
"Mama jadi tukang cuci?"
"Ya memang kenyataannya begitu" lagi-lagi si pemilik kontrakan yang menjawab.
"Mama kenapa nggak bilang sama Verrel? Kan Verrel udah pernah bilang, lebih baik mama tinggal sama kita, nggak perlu ngontrak kayak gini" Verrel sangat kecewa.
"Mama, mama nggak mau..."
"Udah pokoknya sekarang beresin semua pakaian mama" potong Verrel sembari ingin masuk. "Oia, berapa kerugian mama saya yang harus diganti?" Langkahnya terhenti dan berbalik kepada pemilik kontrakan.
"5 juta"
"5 JUTA...?" Verrel terperangah.
"Baju saya ini harganya mahal, disini juga nggak ada jualannya"
"Ini tanda pengenal saya sebagai jaminan" sembari memberikan KTP. " Nanti akan saya ganti, karena saya nggak bawa uang cas"
Vani ingin mencegahnya, tapi percuma, karena Verrel sudah mengetahuinya.

Sampai di kantor, Ammar tidak mendapatkan wajah Bella. Yang terlihat hanya Bu Fira, pak Rektor dan beberapa dosen lain yang sibuk berdiskusi mengenai penawaran saham dari pak Hidayat.
"Sayang sekali ya, Ibu Bella tidak menerimanya"
"Saya juga tidak menyangka kalau Bu Bella menyia-nyiakan kesempatan itu"
Percakapan itu terdengar jelas di telinganya. Namun semua terdiam ketika Ammar masuk.
"Ini hanya salah paham, jadi bukan sengaja ditolak  atau menyia-nyiakan kesempatan" bantah Ammar.
"Maaf pak, kami tidak tahu yang sebenarnya" balas Bu Fira.
"Saya tidak menyangka, kalau dosen-dosen disini suka bergosip yang belum pasti kebenarannya" Ammar lalu keluar dan mengeluarkan ponsel dari balik saku celana.
"Hallo sayang..."
"Assalamualaikum dulu" terima Bella yang lagi menemani ketiga buah hati Verrel, sedangkan Febby ada didekatnya.
"Iya assalamualaikum cantik..."
"Walaikumsallam..., Memangnya sayang nggak ke kampus?"
"Ini udah di kampus kok"
"Terus...kenapa malah nelepon?"
"Saya kangen"
Bella tersenyum manis.
"Ya udah saya ke kelas dulu ya, love you"
Bella ingin membalas kata itu, tapi Ammar sudah menutup teleponnya. Ammar bergegas menuju kelas dengan wajah berseri-seri.

Sebagai lawan mainnya, Piter sangat tertarik pada penampilan Nasya yang cukup seksi kali ini. Piter memang pandai merayu. Tapi berbagai macam rayuan tak membuat Nasya meliriknya. Sikapnya justru cuek dan acuh. Tentu Piter semakin tertantang untuk mendapatkannya.
Pas lagi menunggu taksi pesanan, Piter menghentikan kendaraan mewahnya.
"Hai..." Sapa Piter menghampirinya.
Belum terlalu akrab saja, Piter sudah memberanikan diri memeluk pinggang rampingnya.
"LEPASIN NGGAK..." Bentak Nasya.
Piter malah memberikan senyuman tanpa melepaskan pelukannya. Mata liar Nasya melirik senyuman nakal itu sambil menginjak kakinya dengan keras. Tapi itu tak membuat Piter gentar, ia malah semakin agresif ingin merengkuhnya. "Lo apa-apaan sih" Nasya menepis tangan itu.
Verrel yang lagi memakai motor dijalan tersebut terkejut. Ia melempar helmnya kearah Piter dan tepat mengenai tubuhnya.
"Dasar laki-laki kurang ajar" maki Verrel memukul wajah blasteran yang sok cool itu.
Karena Piter tidak bisa berkelahi, Piter melangkah mundur dan melepaskan Nasya, sehingga Nasya jatuh ke pelukan Verrel. Nasya menatap mata bulat Verrel yang kebetulan lagi menatapnya. Setelah Nasya berdiri tegak, Verrel ingin kembali menghajarnya, tapi Piter melangkah mundur.
"Sekali lagi lo berani gangguin Nasya, lo berhadapan sama gue" ancamnya.
Piter cepat-cepat memakai helm dan kabur menggunakan motornya.
"Lo nggak apa-apa?"
"Gue nggak apa-apa kok" Nasya terlihat grogi, lalu menyetop taksi yang lewat. "Gue duluan"

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang