00 - Prolog

1K 71 6
                                    


Ia melangkah turun dari mobilnya.

Selama sesaat ia mengamati gedung yang ada dihadapannya.


Gedung itu, gedung yang masih sama seperti setahun lalu.

Saat ia meninggalkan tempat ini.


Pergi, meninggalkan tempat yang telah menjadi rumahnya selama beberapa tahun. Meninggalkan tempat yang membuat namanya menjadi besar.


Meninggalkan dia.


Ia mulai melangkah mendekati gedung itu. Melangkahkan kakinya dengan perlahan, dengan perasaan yang mengusik di dalam hatinya.


"Masihkah dia disini?"

"Akankah dia masih memandang kepadaku dengan tatapan yang sama?"


Kakinya terus melangkah pelan, seolah-olah seperti sudah terprogram sendiri. Tanpa perlu diatur oleh otaknya, kaki itu seperti langsung menuntunnya.

Menuntunnya ke tempat yang dulu menjadi rumahnya setiap hari.


Setelah beberapa saat berjalan, ia mulai bisa mendengar suara-suara bising dari arah depan.

Suara orang-orang yang sesekali berseru, terkadang tertawa.

Dan juga suara tepakan raket yang membentur shuttlecock dengan kencang.


Suara yang dulu menjadi kesehariannya.


Ketika akhirnya kakinya terhenti di depan pintu hall itu, selama sesaat ia merasakan sedikit keraguan.

"Apakah dia masih memiliki perasaan itu?"

Ia memejamkan mata sejenak, menghembuskan napas pelan.

Menguatkan tekadnya.

Hingga akhirnya, setelah membuka matanya lagi ia mendorong pintu itu hingga terbuka.


"Kali ini, aku tidak akan lari lagi"


Ia melangkah memasuki hall itu, dengan perasaan yang jauh lebih yakin dari sebelumnya.


Matanya menatap ke depan, memandang dengan jeli, berusaha menemukan dia.


Pada saat yang sama, ketika ia melangkah menyusuri hall latihan itu. . .ketika satu per satu orang-orang menyadari kehadirannya, ingatannya kembali ke memori beberapa tahun lalu.


Memori pertamanya, bersama dia, disini. . .di tempat yang sama. . .

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang