"Nih, buruan ambil"
Mereka semua saling pandang satu sama lain, kemudian menatap sekumpulan potongan kertas yang digenggam oleh koh Herry. Undian tim, pikir mereka.
"Ayo, cepet! Kok malah pada bengong" ujar koh Herry lagi.
Mereka kembali saling tatap satu sama lain, seperti mengkomunikasikan pesan non verbal kemudian mereka semua secara serempak menarik potongan-potongan kertas itu di saat yang bersamaan. Beberapa detik kemudian, terlihat lah ujung warna yang berbeda-beda dari potongan kertas yang kini tengah mereka pegang.
Ahsan dan Alvent mendapat ujung warna hijau, Hendra dan Bona mendapat ujung warna biru sementara Kido dan Age mendapat ujung warna merah.
"Siapa yang mau duluan?" tanya koh Herry.
Ahsan dan Alvent kompak mengangkat tangan paling cepat dan hanya jeda beberapa detik Hendra lah yang mengangkat tangan setelahnya.
"Kalian berempat yang duluan, yang lainnya latihan sama yang lain dulu di lapangan sebelah" titah koh Herry pada Kido dan Age. Mereka berdua pun segera berlatih bersama Rian dan Angga di lapangan sebelah.
"Ayo mulai" ujar koh Herry, pada keempat anak didiknya yang sudah bersiap di posisi masing-masing.
Sepanjang pertandingan itu, Alvent dan Ahsan menggempur Hendra dan Bona dengan serangan-serangan mereka. Pada permainan ini, Bona menempati posisi playmaker sementara Hendra menjadi point guard. Alvent dan Ahsan sama-sama menekan Bona dan Hendra supaya bisa sering mengangkat bola dan meminimalisir supaya Hendra tidak bisa melakukan drive-drive cepat. Taktik mereka berdua berhasil, karena Bona sendiri lebih mudah untuk ditekan dan cepat melakukan kesalahan setelah beberapa kali terus-terusan diincar oleh Alvent dan Ahsan, membuat Bona terpaksa membuang bola ke arah atas. . .yang menjadi sasaran empuk dari intercept Alvent dan juga smash Ahsan. Mereka berdua mampu menambah point tanpa kesulitan yang berarti. Apa lagi Hendra di belakang tak banyak melakukan lompatan tinggi saat melakukan smash, sehingga semakin mengurangi sudut ketajaman smashnya. Karena sudut smashnya tak setajam Ahsan, maka Alvent dan Ahsan sama-sama bisa menepis sebagian besar smash Hendra yang terarah ke lapangan mereka. Maka Hendra harus benar-benar bermain mengcover Bona, melakukan trik-trik andalannya untuk merebut sebagian besar point yang diraih olehnya dan Bona. Hingga akhirnya pertandingan antara Alvent dan Ahsan melawan Hendra dan Bona ditutup dalam 2 set langsung dengan skor 21-16 dan 21-14 yang dimenangkan oleh Alvent dan Ahsan.
"Nanti sehabis ini kalian berdua lawan Kido sama Age ya" ujar koh Herry pada Alvent dan Ahsan. Ahsan langsung mengangguk.
"Kalian lawan Rian dan Angga" lanjut koh Herry lagi pada Hendra dan Bona, yang langsung menyahut dengan jawaban "Iya, koh".
Saat berhadapan dengan Age dan Kido, Alvent dan Ahsan pun mampu menunjukkan dominasi mereka. Age yang terbiasa menjadi pemain belakang pada akhirnya pelan-pelan mulai keteteran ketika Alvent dan Ahsan terus mencecar dirinya dengan adu drive cepat dan rendah di depan net. Beberapa point mereka dapat dari kesalahan Age di depan net. Sisanya mereka memanfaatkan taktik memukul mundur Age dan Kido ke belakang sehingga Ahsan dapat kembali mengeksekusi pukulan dropshotnya. Sisa point lainnya mereka dapat dari smash keras Ahsan dan cegatan Alvent di depan net yang sangat cekatan. Sehingga mereka berhasil menang dari Age dan Kido dengan skor 21-15 dan 21-13. Membuat Alvent dan Ahsan menjadi pasangan yang paling sukses di latihan hari ini.
"Beda emang yang dapet medali perunggu Asian Games mah" ujar Age sambil menghela napas, ketika mereka mulai membereskan tas raket mereka sebelum kembali ke asrama.
"Eh, ya nggak gitu juga lah bang" ujar Ahsan segera. Sedikit tidak enak jika ada yang mulai menyinggung soal medali Asian Gamesnya.
Apa lagi mengingat khusus untuk kasus Asian Games, Ahsan dan Bona benar-benar berharap mereka bisa berangkat ke Asian Games kemarin bersama-sama namun nyatanya malah hanya Ahsan yang terpilih untuk berangkat bersama Alvent. Entah kenapa Ahsan masih merasa sangat tidak enak hati kepada Age dan juga Bona, terutama sih pada Bona. Iya, dirinya tahu bahwa tidak seharusnya ia merasa seperti itu. Karena toh keputusan itu dibuat atas dasar hasil evaluasi sebelum mereka semua diberangkatkan ke Asian Games. Tapi tetap saja, entah kenapa ia merasa seperti telah mengingkari sebuah janji pada Bona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fiksi Penggemar"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...