54 - Fireworks (Part 10)

495 47 86
                                    

[Flashback]

"Bon, tolong beliin air mineral yang botol gede dong. Stok air minum abang udah tipis nih"

Anak itu pun langsung menoleh ke arahnya, lalu langsung bangkit dari kursi.

"San, temenin gw ke bawah yuk" ajak Bona, sambil menepak pelan bahu Ahsan.

"Yaudah, yuk" sahut Ahsan, sambil ikut bangkit dari kursinya.

"Koko nitip apa?" tanya Ahsan segera, sebelum ia dan Bona meninggalkan ruangan itu.

"Apa aja" jawab Hendra sambil tersenyum sekilas. Ahsan mengangguk.

Tak lama kemudian, kedua anak itu menutup pintu ruangan itu. Meninggalkan mereka.

"Kis, ada yang mau gw bahas sama lo" ujar Kido segera, setelah ia merasa situasi di kamar itu sudah cukup aman.

Hendra hanya mengangguk.

"Gw mau keluar dari pelatnas, Kis" ujar Kido segera, tanpa buang-buang waktu.

Kido bisa melihat Hendra langsung mengernyitkan dahinya dengan segera.

"Loh? Kenapa?" tanya Hendra, dengan nada terkejut.

"Penyakit gw, Kis. Tekanan darah gw terlalu tinggi. Dokter malah nyuruh gw buat berenti sepenuhnya sebagai atlet. Gw nggak mau. Gw masih muda, Kis. Gw masih belum mau menyerah sama impian gw. Tapi dokter bilang juga resikonya terlalu tinggi kalo gw tetep jadi atlet, karena selalu latihan berat tiap hari. Makanya, gw rasa jadi atlet profesional satu-satunya jalan yang gw punya. Paling nggak latihan hariannya nggak akan seberat atlet di pelatnas kan. Karena program latihan atlet profesional kan sesuai sama apa yang kita mau" ujar Kido panjang lebar.

Ia bisa melihat partnernya itu terlihat seperti berpikir serius.

"Gw mau balik ke klub aja, Kis. Setidaknya disana gw juga masih bisa latihan kan, masih ada pelatih-pelatih kita dulu yang bisa bantu gw untuk tetap menjaga kemampuan fisik gw. Kalo perihal lo, keputusannya ada di lo. Gw nggak masalah kalo lo masih mau tetep di pelatnas. Gw sama sekali nggak ada keinginan untuk minta lo keluar dari pelatnas juga kayak gw. Karena seperti yang tadi gw bilang. . .gw masih muda, lo juga sama. Karir lo masih panjang, Kis" ujar Kido lagi.

"Tapi kan kamu juga tau, Do. Kalo saya stay di pelatnas, kamu di luar pelatnas kemungkinan besar kita bakalan dipecah. Pasti saya bakalan dipasangin sama junior yang ada di pelatnas" sahut Hendra.

"Iya, gw paham kok resikonya apa. Makanya, tadi gw bilang soal keputusan lo, itu ada di tangan lo. Gw nggak mau nyuruh lo ninggalin pelatnas. Inget, Kis. . .kalo jadi atlet profesional semuanya harus diurus sendiri. Resikonya gede banget. Sementara kalo di pelatnas, lo udah jelas terjamin untuk urusan dana dan administrasi" balas Kido.

"Tapi ganti partner itu sama beresikonya juga, Do. Membangun chemistry tuh nggak semudah itu juga. Nggak gampang" ujar Hendra.

"Iya, gw tau. Tapi yang jelas, coba lo pikirin dulu aja sebelum ambil keputusan. Jangan terlalu terburu-buru. Gw juga berencana cari waktu yang tepat untuk mutusin ngundurin diri dari pelatnas. Mungkin gw akan ngajuin untuk bulan depan" ujar Kido.

"Iya, Do" balas Hendra, masih dengan ekspresi yang cukup serius.

@@@


"Do, saya pilih buat keluar juga"

Kido langsung menoleh kepada partnernya itu, yang tengah duduk di atas kasur.

"Yakin, Kis? Udah lo pikirin mateng-mateng?" tanya Kido.

"Yakin banget, Do. Udah saya pikirin mateng-mateng kok. Karena saya ngerasa saya akan terus berprestasi kalo tetep pasangan sama kamu, dibandingin kalo dipasangin sama orang lain" ujar Hendra.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang