Ahsan membuka matanya, lalu menoleh ke arah jendela ruang perawatan itu yang menampilkan langit gelap dengan sedikit bintang. Membuatnya tersadar jika ia telah tidur selama beberapa jam dan kini hari telah berganti malam.
"Nak"
Ahsan mengalihkan tatapannya dari jendela itu ke arah ibunya, yang baru saja bangkit dari sofa yang ada di ruangan itu.
"Itu makan malam kamu sudah datang. Makan dulu ya?" ujar ibunya sambil menunjuk nampan makanan yang ada di meja di sebelah ranjang perawatan. Ahsan langsung mengangguk.
Ketika Ahsan sedang melahap makan malamnya, ia bisa melihat ada 2 benda yang berbeda di atas meja itu.
Sebuah goody bag dan sebuket kecil bunga.
"Itu punya siapa bu?" tanya Ahsan sambil menunjuk kedua benda itu.
"Itu punya kamu nak, buat kamu. Goody bagnya dari nak Hendra, tadi dia nitip ke ibu waktu mau pulang. Tapi bunganya ibu nggak tahu dari siapa. Tadi perawat yang mengantarkan, katanya buat kamu tapi pas ibu tanya pengirimnya siapa, perawatnya juga nggak tahu" jawab ibunya.
Ahsan hanya menggumam, lalu kembali terfokus pada makan malamnya.
"Nak, kamu kenapa tadi sore seperti itu sama nak Hendra? Nak Hendra kan nggak bermaksud. . ."
"Bu, Ahsan nggak mau bahas soal yang tadi sore" potong Ahsan segera dengan penekanan. Tiba-tiba saja ia merasa kenyang padahal makan malamnya masih tersisa.
"Nak" ibunya mencoba berbicara lagi, namun ia bisa melihat Ahsan langsung menaruh nampannya di tepi meja.
"Ahsan udah kenyang bu" ujarnya tiba-tiba.
Ibunya hanya bisa menggeleng pelan. Heran dengan sikap Ahsan yang mirip sekali dengan sifatnya di masa kecil dulu ketika marah.
"Jangan begitu sama nak Hendra ya, ibu yang nyuruh dia untuk bicara sama kamu. Karena ibu sama ayah khawatir sama kamu nak, kami ingin kamu sembuh dulu" lanjut ibunya lagi.
"Bu, udah. Ahsan nggak mau denger pembahasan apapun lagi yang ada kaitannya sama kejadian tadi sore" sahut Ahsan.
Ibunya hanya bisa menghela napas pelan. Benar-benar heran dengan sifat keras kepala Ahsan yang luar biasa.
"Ya sudah. Ibu mau menyusul ayahmu dulu ke bawah ya nak. Kamu nggak butuh apa-apa kan?" tanya ibunya. Ahsan langsung menggeleng.
Mata cokelatnya memperhatikan sosok ibunya yang akhirnya menghilang di balik pintu itu. Tangannya segera meraih goody bag itu. Ketika ia buka, ternyata beberapa "oleh-oleh" dari turnamen Malaysia Grand Prix Gold dan Macau Open yang kemarin ini Hendra ikuti. Seketika Ahsan merasa ada rasa sakit asing yang memenuhi dirinya. Ia pun segera menaruh kembali goody bag itu ke atas meja lagi. Berusaha mengusir rasa frustasi yang kembali hadir ketika ia mengingat segala hal tentang turnamen badminton.
Tangannya berganti meraih buket bunga itu. Ia memandangi buket itu, yang terdiri dari beberapa macam bunga. Hingga akhirnya mata cokelatnya menangkap ujung kartu yang diselipkan di tengah-tengah buket itu. Segera saja ia ambil kartunya dan membaca tulisan yang tertera disana.
Lekas sembuh, Ahsan.
Pada saat yang sama, ingin rasanya Ahsan melempar buket itu ke tempat sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...