Hari ini adalah hari terakhir evaluasi. Jujur saja semalam Ahsan agak susah tidur, sekalipun dirinya, Bona, Tontowi dan juga Debby melakukan latihan tambahan di malam hari bahkan hingga dilebihkan satu jam dari durasi yang seharusnya. Sama-sama berharap malam itu mereka akan semakin lelah dan langsung terlelap begitu mencoba untuk tidur.
Nyatanya, itu sama sekali tak berlaku bagi dirinya. Ia malah tetap sulit tidur. Membuatnya sedikit mengantuk ketika pagi ini ia membuka mata.
Paling nggak hari ini hari terakhir evaluasi.
Selama beberapa jam pertama, mereka semua latihan seperti biasa. Rotasi bersama teman satu sektor mereka, bertukar pasangan dengan permainan 1 set. Ketika mereka beristirahat sebentar setelah lewat beberapa set, Ahsan kembali tak sengaja melamun. Hingga tiba-tiba saja ia mendengar sebuah suara di dalam kepalanya.
". . .Thomas Cup. . .barengan sama kamu"
Ahsan segera mengusap rambut jabriknya dengan cepat menggunakan handuk, berusaha untuk mengalihkan pikirannya. Ia selalu ingin merutuki dirinya sendiri jika memori tentang Hendra sedang menghampirinya. Sungguh, tiap kali ia teringat tentang apapun. . .detail apapun tentang seniornya yang satu itu, entah kenapa rasanya seperti ada yang meremas hatinya dengan kuat. Sakit sekali.
Kalau saja ia bisa memilih, ingin rasanya ia bisa untuk tidak pernah mengingat semua detail itu.
Ia ingin lupa.
"Heh!"
Ahsan merasakan sabetan di punggungnya, membuatnya langsung membalikkan badan. Ia bisa melihat Bona yang tengah menggeleng heran ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Ahsan, dengan ekspresi bingung.
"Lo nggak denger barusan gw panggil?" balas Bona, sambil menaikkan kedua alisnya.
Ahsan balas menggeleng.
"Bener-bener deh. Lo jangan bengong mulu napa San" ujar Bona, dengan nada heran.
"Iya sorry" sahut Ahsan, sambil menghela napas pelan.
"Fokus, San. Ntar kebanyakan bengong takutnya lo nggak fokus. Soalnya ini kan hari terakhir, siapa tau. . ."
Namun belum sempat Bona menyelesaikan kalimatnya, mendadak saja terdengar suara dari arah kiri mereka.
"Maaf koh, kami datangnya telat"
Bona langsung menolehkan kepalanya dengan cepat ke arah suara itu.
Ia bisa melihat kakaknya dan partnernya tengah berbicara dengan koh Aryo.
"Bang!" seru Bona segera, dengan wajah sumringah. Melambaikan tangannya dengan penuh semangat, lalu langsung bangkit dan berlari ke arah mereka.
Karena seruan Bona, Ahsan pun langsung menoleh ke arah mana Bona melambaikan tangan. Mata cokelatnya langsung menangkap sosok jangkung yang terngah tersenyum sekilas sambil melambaikan tangan ke arahnya.
Koh. . .
Selama sesaat Ahsan terdiam. Tidak mempercayai apa yang tengah ia lihat.
Koko. . .ngapain kesini?
Kini seniornya itu tengah melangkah ke arahnya, dengan ekspresi default yang terlihat di wajahnya. Sementara di sampingnya ia bisa melihat Kido yang tengah tersenyum juga, sambil melambaikan tangan.
"Wah, kalo jagoan beda ya. . .datengnya terakhir" goda Alvent kepada kedua juniornya itu, membuat Kido dan Hendra langsung nyengir.
"Iya dong, mana ada super hero datengnya duluan? Super hero tuh munculnya selalu paling terakhir" balas Kido, dengan nada jahil. Alvent hanya mendengus sambil menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...