Mereka tergeletak di atas lapangan berumput itu dengan napas yang luar biasa terengah-engah. Sementara mata mereka memicing karena sinar matahari yang sangat terik luar biasa menyilaukan mata mereka.
"Apa-apaan ini? Siapa yang suruh kalian tiduran?" teriak kak Richard.
"Kak, ampun kak. Udah nggak kuat lagi" gumam Tontowi, yang sangat kelelahan.
"Ampun kak, saya udah nggak bisa gerak lagi" timpal Bona.
"Iya kak. Ampun kak, saya udah nggak kuat gerak lagi" ujar Ahsan, yang benar-benar sudah kehabisan tenaga.
"Kalian mau pura-pura sama saya?" balas kak Richard.
"Nggak, kak. Ampun" sahut mereka bertiga, benar-benar sudah lemas.
Untungnya Sigit yang memang menyadari bahwa ketiga anak didiknya itu benar-benar sudah tak berdaya lagi setelah disuruh berlari oleh mereka selama berjam-jam, masih memiliki rasa iba saat melihat mereka tergeletak seperti itu. Sigit pun segera mendekati Richard dan menggelengkan kepala padanya, memberikan pesan non verbal untuk membiarkan ketiga anak didik mereka mendapatkan waktu untuk beristirahat.
"Oke, saya masih berbaik hati sama kalian hari ini. Tapi besok-besok, lihat saja akan saya buat kalian itu menyesal sudah melanggar aturan seperti ini" ancam kak Richard.
"Udah, lu semua balik ke asrama sana! Nyusahin pelatih aja lu semua! Malu-maluin! Bubar, bubar!" usir koh Aryono.
Ahsan, Bona dan Tontowi bahkan bersusah payah untuk sekedar bangkit dari atas lapangan berumput itu. Mereka menyambar kemeja milik mereka yang tadi mereka buka sebelum berlari, bahkan kemeja itu benar-benar sudah sangat kering dan panas sekali. Padahal ketika mereka lepas, kemeja itu basah kuyup karena mereka bertiga sama-sama disiram dengan seember air. Kini sama sekali tak ada tanda-tanda kemeja itu pernah basah. Setelah meraih kemeja mereka, mereka berjalan dengan susah payah ke asrama, benar-benar kelaparan dan sangat kelelahan. Tiba di dekat asrama, mereka berbelok ke kantin. Mereka benar-benar lelah, tapi mereka tahu mereka tidak boleh menyerah langsung ke atas kasur. Mereka harus mengisi perut mereka terlebih dahulu.
Ibu kantin sempat menatap mereka dengan bingung karena penampilan mereka yang luar biasa acak-acakan dan nampak jelas warna kulit wajah mereka yang habis terbakar sinar matahari berjam-jam. Namun ibu kantin itu tak sampai hati bertanya apa yang baru saja mereka alami, hanya menyendokkan lauk-pauk itu untuk mereka dan menyerahkan nampan itu ke mereka. Begitu mereka pindah ke meja, mereka makan seperti orang kesetanan. Benar-benar tak memedulikan sekalipun ada yang menatap mereka dengan tatapan aneh karena cara makan mereka yang benar-benar barbar. Bahkan yang saat ini Ahsan pedulikan hanyalah secepatnya menghabiskan makanan itu dan segera mendarat di kasurnya yang empuk.
Setelah mengisi tenaga di kantin, mereka sedikit lebih bertenaga melangkahkan kaki mereka ke asrama. Hingga akhirnya Ahsan dan Bona berpisah dengan Tontowi ke koridor yang berbeda. Begitu tiba di kamar, Bona benar-benar menjatuhkan tubuhnya dengan asal ke atas kasur. Sementara Ahsan sendiri memilih membaringkan dirinya dengan posisi telentang, benar-benar meluruskan tubuhnya yang terasa remuk.
"Siapa ya yang ngadu kalo kita ke diskotik?" gumam Bona tiba-tiba.
"Nggak tau deh. Padahal kan yang lain nggak ada yang tau dengan pasti kita kemana" balas Ahsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...