60 - Sink or Swim (Part 6)

394 50 127
                                    

[Flashback]

"Tadi Ahsan mendadak pingsan pas latihan"

Hendra hanya bisa mengernyitkan dahinya setelah ia membaca sms yang dikirimkan oleh Tontowi kepadanya.

Ahsan pingsan?

Bahkan mereka berdua nggak ikut Korean Open?

Sebenernya ada apa sih?

Dirinya jadi bertanya-tanya, ada apa gerangan yang menyebabkan Ahsan hingga pingsan dan bahkan tidak turun di Korean Open? Ia jadi menduga-duga kalau juniornya itu sakit serius.

"Lo kenapa Kis? Kok muka lo kayak gitu?"

Hendra segera mengangkat wajahnya, menatap Kido yang baru saja tiba di ruangan itu. Sebelum ia sempat berbicara, tiba-tiba saja seseorang masuk ke ruangan itu.

"Silahkan ikuti saya, beliau sudah menunggu di ruangannya" ujar perempuan itu ramah.

Hendra pun langsung mengurungkan niatnya untuk menceritakan pada Kido soal sms yang ia terima. Saat ini, menemui calon sponsor baru mereka jauh lebih penting.



Saya nggak sakit apa-apa koh. Beneran.

Hendra kembali membaca sms itu lagi, sementara dahinya mengernyit.

Kenapa sih San kamu kalo ditanya sering ngelak?

Hendra menghela napas pelan. Tak ada hal yang bisa ia lakukan lagi saat ini selain membalas sms itu dengan mengingatkan anak itu bahwa ia harus memprioritaskan kesehatannya di atas apapun.

Dan setelah mengirim sms itu, meski ia berharap anak itu akan membalas lagi. . .sedikit berharap anak itu mau mengubah pikirannya dan akhirnya mau bercerita padanya. . .nyatanya tak ada lagi sms yang masuk ke handphonenya.



Koh, barusan Ahsan sama Bona berantem. Mereka tonjok-tonjokan di kamar.

Kalimat dari sms Tontowi masih terpatri jelas di dalam kepalanya. Kini ia pun tengah berbicara dengan Tontowi melalui telepon. Sungguh, ia sama sekali tak menyangka jika Ahsan sampai senekat itu melakukan adu fisik ketika marah. Satu-satunya kejadian paling parah yang pernah ia lihat hanyalah insiden saat latihan menjelang Sudirman Cup tahun lalu, ketika Ahsan membanting raket dihadapan dirinya dan Liliyana. Tak pernah sekalipun ia menyangka Ahsan akan senekat ini. Ia sadar, ada hal serius yang sedang dialami oleh juniornya itu.

Ada apa sih San sebenernya? Kemaren ini pingsan, sekarang malah adu fisik sama Bona.

Kamu kenapa?

"Wi, coba deh kamu bikin Ahsan dan Bona biar bisa damai" ujar Hendra, sambil mengusap dahinya.

"Caranya koh?" ujar Tontowi. Ia bisa mendengar suara bingung Tontowi di seberang sana.

"Gini, kamu deketin Ahsan dan Bona di waktu terpisah, kamu pancing aja mereka pelan-pelan. Tanya aja pelan-pelan lagi kenapa? Saya rasa kalo udah mentok banget, mereka juga pasti bakalan nyari temen cerita" sahut Hendra.

"Mm, nanti deh koh saya coba. Tapi saya nggak bisa janji ya. Ahsan tuh suka susah banget dikoreknya, koh" balas Tontowi, sambil menghela napas.

"Iya sih" ujar Hendra, ikut menghela napas juga.

Selama beberapa saat mereka sama-sama terdiam, Hendra bisa mendengar suara langkah Tontowi yang menggema di seberang telepon.

"Udah ketemu Wi?" tanya Hendra.

"Belum, koh. Itu anak ngumpet kemana sih elah" gumam Tontowi heran, sambil melangkah lagi menyusuri koridor sebaliknya.

Hendra kembali mendengarkan suara langkah kaki dari sambungan telepon itu.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang