90 - Attempt (Part 2)

302 41 96
                                    

Tok tok tok


Ahsan dan Bona sama-sama menoleh ke arah pintu dengan pandangan yang sedikit bingung. Sekarang jam baru menunjukkan pukul 04.40. Siapa yang mengunjungi kamar mereka sepagi ini?


Ketika Bona membuka pintu itu, ternyata yang mengetuk pintu kamar itu adalah kakaknya sendiri.

"Eh, abang. Kenapa bang? Tumben jam segini udah nyamper aja ke kamar" ujar Bona.

"Kalian berdua ada yang punya pengompres panas nggak?" tanya Kido tiba-tiba.

"Hah?" sahut Ahsan dan Bona spontan, sama-sama kaget dengan pertanyaan yang tidak terprediksi sama sekali itu. Mereka berdua sama-sama meragukan apa yang baru saja mereka dengar.

"Iya, pengompres demam. Ada yang punya nggak?" tanya Kido lagi.

"Aku kayaknya nggak punya deh bang. Buat siapa emang?" balas Bona.

"Jangkis. Mendadak dia demam tinggi. Dari semalem sih sebenernya demamnya, tapi barusan abang pegang dahinya suhu badannya makin panas" ujar Kido.

Ahsan langsung melangkah menuju kopernya. Ia ingat membawa 1 pouch bag obat-obatan pribadi yang mungkin ia butuhkan ketika bepergian untuk turnamen seperti ini. Ketika ia membuka isi pouch bag nya, ia menemukan apa yang ia cari.

"Nih bang, kebetulan ada. Pas banget tinggal satu-satunya. Ada paracetamol sama termometer juga. Kali aja abang mau mastiin lebih jelas suhunya berapa" ujar Ahsan, sambil menyerahkan semuanya ke tangan Kido.

"Wah, kebetulan banget, San. Makasih ya" ujar Kido. Seniornya itu segera kembali ke kamarnya lagi.

Ahsan dan Bona saling pandang sesaat, kemudian mereka berdua memutuskan untuk mengikuti Kido ke kamarnya.



Ketika mereka berdua tiba di kamar itu, mereka bisa melihat Kido yang baru saja menempelkan pengompres demam itu ke dahi Hendra dan memasang termometer untuk mengukur suhu tubuh partnernya. Ahsan melangkah mendekati mereka berdua, tangannya segera menyentuh dahi Hendra dan ia langsung menarik tangannya lagi. Sedikit terkejut karena dahi itu memang terasa sangat panas.

"Perasaan kemaren ini koh Hendra masih baik-baik aja deh bang pas latihan" ujar Ahsan.

"Iya, kemaren tuh emang masih aman-aman aja. Cuma pas balik latihan dia pergi makan, gw makan di hotel. Nah pas malem dia ngeluh katanya perutnya nggak enak, terus mulai panas badannya. Gw bangun tidur, tau-tau badannya malah makin panas" ujar Kido panjang lebar.

"Mending panggil dokter deh bang. Takutnya Kojeng kenapa-kenapa" ujar Bona.

Kido pun segera menyambar handphonenya, hendak menghubungi pelatih untuk meminta bantuan menghubungi tim medis. Sementara itu Ahsan menarik termometer itu dan melihat angkanya. Matanya langsung melebar. Ia segera menunjukkan hasil termometer itu pada Bona.

"Wah tinggi banget sih itu" ujar Bona kaget.

Ahsan kembali menatap ke arah Hendra yang masih tertidur. Mendadak saja ia merasakan aliran rasa khawatir yang begitu besar. Selama ini ia belum pernah sekalipun melihat Hendra sakit seperti ini. Paling hanya batuk ataupun flu biasa. Tapi kali ini tampaknya sakitnya agak serius, belum lagi ini di tengah turnamen.

"Gimana bang?" tanya Bona, ketika melihat kakaknya baru saja menutup teleponnya.

"Udah minta tolong sama mas Sigit, abis ini dia bakalan langsung ngehubungin tim medis. Kita disuruh tunggu" balas Kido.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang