Ahsan terus berusaha melepaskan diri dari Hendra selama Hendra menariknya sejak dari dalam diskotik hingga tiba ke parkiran. Ketika mereka sudah dekat dengan mobil Hendra, Ahsan berusaha mengeluarkan tenaga yang lebih besar lagi untuk menyingkirkan cengkeraman Hendra dari tangannya.
"Koh!" seru Ahsan, ketika berhasil melepaskan cengkeraman tangan Hendra setelah mencoba untuk kesekian kalinya.
Hendra otomatis langsung berbalik ke arahnya begitu merasakan Ahsan berhasil melepaskan cengkeraman tangannya di lengan Ahsan.
"Koko apa-apaan sih?" protes Ahsan.
"Kamu yang apa-apaan, San! Kamu ngapain di tempat kayak gitu?" tanya Hendra.
"Bukan urusan koko! Saya bukan anak kecil lagi, saya bebas mau ngapain aja!" balas Ahsan nyolot.
"Kamu nggak seharusnya pergi ke tempat kayak gitu. Apa kata pelatih kalo mereka tau kamu ke tempat kayak gitu? Apa kata media kalo mereka tau kalian ada di tempat kayak gitu? Kamu mikirin konsekuensinya nggak sih?" balas Hendra.
"Udah saya bilang kalo saya udah dewasa, saya berhak ngapain aja. Koko nggak usah ngurusin saya!" teriak Ahsan.
Hendra bisa melihat Ahsan nampak berbeda dari biasanya. Segera saja ia memegangi wajah Ahsan dengan kedua tangannya, menahan kepala Ahsan supaya menatap ke arahnya. Ahsan refleks langsung berusaha berkelit dari Hendra, tangannya berusaha menyingkirkan tangan Hendra yang memegangi wajahnya.
"Diem dulu sebentar" pinta Hendra, sambil memegangi kedua pipi Ahsan.
Mata cokelat Ahsan bisa melihat Hendra yang menatapnya lekat-lekat dengan dahi yang agak berkernyit. Sebelum Ahsan bisa mengeluarkan suaranya lagi, tiba-tiba saja ia bisa melihat Hendra menundukkan wajahnya perlahan. Wajah laki-laki itu semakin mendekati wajahnya.
Ahsan hanya bisa terdiam melihat Hendra yang perlahan menundukkan wajahnya. Rasanya mendadak lidahnya kaku, tak bisa ia gerakkan.
Wajah Hendra semakin dekat dengan wajahnya. Benar-benar semakin dekat.
Ketika Ahsan hampir saja memutuskan untuk memejamkan matanya, Hendra mendadak berhenti. Wajahnya tidak semakin turun, sehingga masih tersisa jarak di antara wajah mereka.
"Kamu minum ya?" ujar Hendra kaget, sambil menjauhkan wajahnya lagi dari wajah Ahsan dan menarik tangannya dari kedua pipi Ahsan.
Ahsan baru sadar, Hendra menurunkan wajahnya ternyata hanya berusaha mengendus bau alkohol di mulutnya.
Bukan untuk. . .
"Bukan urusan koko!" balas Ahsan segera, dengan nada yang terdengar semakin kesal.
"Kamu kenapa minum? Kamu kan nggak boleh minum! Lagian juga minuman beralkohol nggak bagus buat tubuh. Kita kan atlet, San!" ujar Hendra, mengingatkan.
"Udah deh, koh. Koko nggak usah sok tau dan ngelarang-larang saya! Koko nggak punya hak apa-apa buat ngatur saya!" teriak Ahsan lagi.
Hendra semakin mengernyitkan dahinya. Ia benar-benar heran. Ahsan yang biasanya memang kadang meledak-ledak, tapi sekarang ini Ahsan lebih meledak-ledak lagi. Ia jadi penasaran, berapa banyak minuman yang telah Ahsan konsumsi sebelum dirinya dan Kido datang kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...