50 - Fireworks (Part 6)

376 45 143
                                    

Pagi harinya, mereka memilih jalan-jalan di sekitar penginapan setelah sarapan, sekalian membeli oleh-oleh karena nanti sore mereka akan pulang lagi ke Cipayung. Entah kenapa Ahsan merasa waktunya disini kelewat singkat. Entah karena ia, sama seperti yang lain, terlalu merasa nyaman dengan suasana disini atau apa. Ia juga tidak mengerti. Selesai berkeliling, mereka kembali memilih untuk bermain Paintball lagi dan tentunya Ahsan dipaksa oleh teman-temannya untuk ikut bermain lagi. Untungnya, di permainan hari ini, Ahsan lebih sering satu tim dengan Hendra. Sehingga sepanjang permainan Hendra terus memberikannya masukan, mengarahkannya kapan harus cepat-cepat menyerang, kapan harus sabar mengintai lebih dulu secara perlahan. Bahkan, di permainan hari ini, dirinya berhasil mengenai Bona berkali-kali. Membuatnya mulai menyukai permainan ini.

"Hahahahaha! Yes, gw yang sekelompok sama Kojeng! Mampus lo, San!" seru Bona ketika mereka melakukan pengundian tim untuk game terakhir mereka.

"Siap-siap abis lo sama gw, San!" goda Bona, ketika mereka hendak menyebar ke posisi masing-masing.

Ketika Ahsan telah mencapai titik startnya, ia segera berdiam di tempat persembunyian.


Mati deh gw. Bona pasti dendam banget nih dari tadi mati mulu sama gw dan koh Hen. Belum lagi ada koh Hen juga yang bidikannya nggak pernah meleset.


Ahsan berusaha mengendap-ngendap sebaik yang ia bisa dan menyerang seefektif mungkin. Untungnya, meski baru berjalan beberapa menit, timnya berhasil mengenai coach Sigit, yang terlambat menghindar ketika Kido membidiknya.

Ahsan tiarap di balik ilalang rendah. Ia bisa melihat Rendra yang posisinya sedang membelakanginya.


Sasaran empuk.


Ahsan segera menembak. Tembakannya mengenai bahu Rendra dengan kencang.

"Aduh!" seru Rendra, saat merasakan tembakan yang mengenai bahunya, terkejut.

Tak lama kemudian ia bisa melihat Rendra yang berjalan menjauh sambil melepas helmnya, menyusul coach Sigit yang sudah lebih dulu mati.


Tinggal Hendra dan Bona.


Ahsan kembali mengendap-ngendap. Bersembunyi di balik pohon, drum, tumpukan box hingga berlindung di balik tembok. Matanya mengintai dengan teliti keadaan sekitarnya.

"Aduh!"

Ahsan langsung menoleh cepat, ketika ia mendengar seruan Yonathan yang terdengar tak jauh jaraknya darinya. Ketika matanya menemukan sosok Yonathan yang langsung berdiri dari tempat persembunyiannya, ia bisa melihat warna yang membekas di bagian lengan temannya itu. Pada saat yang sama ia bisa melihat Bona yang tengah menunjuk-nunjuk Yonathan sambil tertawa.


Ah sial.


Ahsan cepat-cepat melangkah pergi dari sana, berusaha menghindar supaya Bona tak sempat melihatnya duluan. Ia segera berhenti di tempat persembunyiannya yang baru, menoleh ke belakang dan ternyata tak ada tanda-tanda Bona mengikutinya. Ia menghela napas lega.


Celakanya, tanpa Ahsan sadari, ternyata Bona sudah menyadari posisi Ahsan lebih dulu bahkan sebelum ia menembak Yonathan. Ketika Ahsan pindah, Bona ikut pindah ke titik lainnya, menjauh sedikit supaya Ahsan tak sadar jika ia masih memperhatikannya. Ketika Bona juga telah tiba di tempat persembunyian terbarunya, ia bisa melihat betis Ahsan yang masih terlihat dari arah ia bersembunyi.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang