38 - PML '09 (Part 2)

435 45 61
                                    

"Om Ahsan, bisa bikinin kapal-kapalan nggak?"

Ahsan menoleh pada Josephine yang tiba-tiba menghampirinya sambil menyodorkan beberapa kertas.

"Josephine, om nya jangan diganggu ya sayang. Kan om Ahsan sama om Hendra baru aja nyampe rumah setelah perjalanan jauh. Om nya masih pada capek" tegur Silvi, saat melihat anak sulungnya menghampiri Ahsan.

"Tapi Josephine mau dibikinin kapal-kapalan" sahut Josephine, sambil menoleh pada mamanya.

"Nggak apa-apa, ci. Biarin aja. Bisa kok, sini om bikinin" ujar Ahsan pada Silvi, lalu menoleh dan tersenyum pada Josephine.

Ahsan mengambil kertas yang barusan disodorkan padanya. Ia segera melipat kertas itu, membentuknya menjadi perahu kertas.

"Nih, udah jadi" ujar Ahsan, sambil memberikan perahu kertas itu pada Josephine.

"Aku juga mau om" ujar Alexander, sambil menghampiri Ahsan juga.

"Iya, sini om buatin juga buat Xander" sahut Ahsan, sambil meraih kertas kedua.

Hendra yang baru saja kembali dari dapur, tersenyum samar saat melihat kedua keponakannya yang mengerubungi Ahsan.

"Lagi bikin apa?" tanya Hendra, dari balik sofa.

"Ini, pada minta dibuatin perahu kertas koh" jawab Ahsan.

"Ooh" sahut Hendra, sambil memutari sofa itu dan duduk di sebelah Ahsan.

Tak lama kemudian, orang tua Hendra dan juga kakak iparnya pun kembali ke ruang tengah, sehingga mereka semua kembali mengobrol.

"Ahsan kenapa nggak pulang ke rumah? Padahal liburannya lumayan panjang" tanya mamanya Hendra.

"Iya tante, emang lagi nggak pulang ke rumah dulu. Soalnya kemaren ini kan belum lama abis pulang ke Palembang juga" jawab Ahsan.

"Ooh, yang waktu itu Hendra ikut ya? Soalnya Hendra sempet bilang sama tante ikut temennya ke Palembang. Berarti itu sama kamu ya?" ujar mamanya Hendra lagi.

Ahsan melirik sekilas pada Hendra, namun Hendra terlihat hanya tersenyum sekilas tapi tidak melihat ke arahnya karena sedang memangku Alexander.

"Iya tante, yang itu" sahut Ahsan, tersenyum canggung. Entah kenapa merasa sedikit salah tingkah.

"Wah, curang nih jalan-jalan ke Palembang nggak ngajak-ngajak" ujar Silvi pada Hendra.

"Ya itu juga nggak direncanain, ce. Dadakan, nemenin Ahsan yang harus pulang karena ayahnya sakit" sahut Hendra.

"Loh, ayahmu sakit? Sakit apa?" tanya mamanya Hendra, nadanya langsung berubah.

"Iya tante, kemarin ini ayah sempat sakit. Ayah saya punya penyakit darah tinggi. Tapi setelah saya pulang kondisinya langsung membaik kok. Setelahnya udah sehat lagi" ujar Ahsan.

"Syukurlah kalau sudah sehat. Iya, untungnya lagi bisa pulang ya San? Susahnya kalian itu ya seperti itu kan. Kalau lagi tanding, ada urusan apa-apa pun ya tidak bisa pulang" ujar mamanya Hendra. Ahsan bisa melihat pandangannya yang mengarah kepada Hendra agak menyendu.

"Iya tante, beruntungnya lagi bisa pulang. Itu pun sebenernya ayah masuk rumah sakit dari pas saya tanding di World Championship. Baru dikasih tau sekitar seminggu setelahnya. Makanya pas saya pulang, ga lama kemudian ayah juga udah bisa pulang dari rumah sakit" ujar Ahsan.

"Semoga ayahmu sehat-sehat terus ya San. Pasti khawatir banget kalo orang tua sakit pas lagi nggak bisa pulang" ujar Silvi.

"Iya ci, aamiin. Iya, khawatir banget ci. Waktu saya dikabarin sama orang rumah, saya juga aslinya kalut. Makanya sama koh Hendra ditemenin sampe Palembang" ujar Ahsan, dengan nada bersyukur saat mengingat apa yang Hendra lakukan saat itu.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang