165 - Bitter Truth (Part 2)

178 19 64
                                    

HAH?


Ahsan langsung memutar tubuhnya dengan cepat, membuatnya langsung melihat Hendra yang tengah berdiri tak jauh dari mereka. Ia bisa melihat ekspresi datar default yang menghiasi wajah itu, ekspresi andalan milik seniornya. Jujur saja Ahsan merasa kaget setengah mati, bukan hanya karena dirinya yang mendengar suara Hendra yang tiba-tiba saja sudah berada di dekat dirinya dan Bona.

Namun, yang membuatnya sangat terkejut adalah jawaban Hendra atas apa yang baru saja ia pertanyakan.


Bahwa seniornya itu tak akan mengikuti Kejuaraan Badminton Asia.


Membuatnya langsung bertanya-tanya apa maksud perkataan seniornya tersebut.

"Koko nggak ikutan BAC?" tanya Ahsan segera, dengan dahi yang berkernyit bingung.

Mata cokelatnya bisa menangkap gerakan laki-laki itu yang menganggukkan kepala dengan singkat.


Ini. . .nggak bercanda kan?


"Loh? Ta. . .tapi bukannya koko sama bang Kido harus ikut BAC sama India Open ya? Kan kalian masih harus ngumpulin point buat Olimpiade. Atau. . .koko sama bang Kido milih buat ikut India Open aja ya? Point kalian udah pasti bakalan cukup kan kalo cuma ikut salah satunya aja?" lanjut Ahsan, dengan ekspresi bertanya-tanya.

Selama sesaat Ahsan bisa melihat dengan jelas bahwa laki-laki jangkung itu nampak seperti berpikir serius, sebelum akhirnya laki-laki itu memilih untuk berbicara lagi.

"Nggak, San. Saya sama Kido bukan cuma nggak ikut BAC aja. Kami berdua juga nggak akan ikut India Open" jawab Hendra.


Nggak.

Nggak mungkin.

Ini pasti salah kan?

Koh Hendra pasti cuma bercanda kan?


"Koh. . .koko lagi becanda kan? Becandanya nggak lucu, koh. Mana mungkin kalian nggak ikut 2 turnamen itu padahal—"

"Saya serius, San. Saya sama Kido udah ngelepas Olimpiade" ujar Hendra dengan santai.


Bruk!


Baik Hendra maupun Bona otomatis langsung menurunkan pandangan mereka ke arah bawah ketika mendengar suara benda yang terjatuh ke lantai, suara dari tas raket Ahsan yang baru saja terlepas dari tangannya yang tadi menenteng tas tersebut. Pandangan Hendra langsung naik lagi ke arah wajah Ahsan, mencoba mengamati baik-baik ekspresi juniornya itu. Kini ia bisa melihat jika Ahsan nampak menatapnya dengan ekspresi datar, membuatnya jadi bertanya-tanya apa yang sebenarnya tengah dipikirkan oleh juniornya itu.

"Kenapa?" hanya kata itu saja yang pada akhirnya keluar dari mulut juniornya itu setelah terdiam beberapa saat, masih dengan wajah tanpa ekspresi yang diarahkan padanya.


Entah kenapa wajah tanpa ekspresi itu malah membuat Hendra ingin mengela napas dalam-dalam.


"Kamu tau kan San kalo istrinya Kido lagi hamil besar? Kido bilang sama saya kalo menurut perkiraan dokter kemungkinan besar istrinya bakalan melahirkan di kisaran minggu-minggu ini, di antara tanggal pelaksanaan BAC dan India Open. Kido juga bilang kalo istrinya pengen banget ditemenin sama dia pas lahiran nanti. Makanya, pada akhirnya kami ambil keputusan buat mundur dari BAC dan India Open. Jadi ya udah pasti kami berdua nggak akan lolos kualifikasi Olimpiade" jawab Hendra.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang