39 - PML '09 (Part 3)

499 50 162
                                    

Hendra melangkah santai, mengikuti dari belakang sementara anak itu langsung berlari begitu meninggalkan sendal mereka di bawah sebuah pohon. Ia bisa melihat angin laut yang berhembus cukup kencang memainkan rambut jabrik anak itu dengan cepat, membuatnya tersenyum sekilas karena pemandangan itu. Setelah berlari beberapa saat, ia bisa melihat Ahsan yang berdiri di tepi pantai, menyambut sisa-sisa ombak yang langsung menabrak kakinya.

"Untung ya langitnya lagi cerah" ujar Hendra, ketika dirinya sudah berada di sisi Ahsan.

"Iya, koh. Jadi makin bagus kalo mau foto-foto" sahut Ahsan, sambil menunduk, memperhatikan ombak kecil yang meninggi dan menyurut di kakinya.

Mereka sama-sama terdiam selama beberapa waktu. Hendra terus menatap ke depan, memandang ke batas horison. Sementara Ahsan masih asik memandangi gulungan ombak yang menghampiri mereka berdua, hingga akhirnya ia ikut memandang ke arah depan juga. Sekilas, ia melirik ke samping, memperhatikan Hendra yang tengah menerawang ke depan. Rambutnya yang lebih pendek dari rambut Ahsan, tertiup angin dan bergerak pelan. Membuat Ahsan tersihir oleh pemandangan itu.

Hendra yang merasakan tatapan Ahsan, menolehkan wajahnya perlahan pada Ahsan. Ia bisa melihat anak itu yang sedang menatapnya.

"Kenapa?" tanya Hendra, dengan ekspresi defaultnya.

"Hm? Nggak apa-apa koh" sahut Ahsan segera. Ia memilih untuk mengalihkan pandangannya ke depan lagi, berusaha untuk terlihat biasa saja meskipun sebenarnya jantungnya berdebar lebih cepat karena tertangkap basah sedang memandangi Hendra.

Hendra masih memandangi juniornya itu selama beberapa saat. Rambut jabriknya masih terus dimainkan oleh angin, membuat tangannya langsung meraih rambut depannya Ahsan dan mengusap-ngusapnya dengan cepat.

"Rambutmu makin berantakan tuh kena angin" ujar Hendra sambil mengusap-ngusap kepala Ahsan.

"Ih, biarin aja koh! Namanya juga di pantai udah pasti anginnya kenceng. Jangan tambah diberantakin lagi" keluh Ahsan, sambil menangkap tangan Hendra yang ada di puncak kepalanya.

Hendra hanya tertawa kecil melihat reaksi Ahsan, membuat Ahsan merasa hatinya semakin tidak karuan saat melihat ekspresi Hendra dan saat mendengar suara tawanya.

Bisa nggak sih koh jangan kayak gitu?

Untuk meredakan perasaannya, Ahsan akhirnya memilih menendang air ke arah Hendra, membuat celana Hendra terciprati air hingga ke bagian paha.

"Iseng ya!" seru Hendra kaget, saat merasakan cipratan air itu membasahi celananya.

"Weeee!" ujar Ahsan sambil menjulurkan lidahnya, meledek Hendra. Kemudian memilih untuk langsung berlari menyusuri tepi pantai itu.

"Mau kabur kamu ya?" ujar Hendra, sambil mengejar Ahsan, yang tengah berlari sambil tertawa.

Akhirnya mereka berdua malah berkejaran di tepi pantai itu, yang satu berusaha untuk menangkap sementara yang satu terus berusaha menghindar. Ahsan berusaha untuk menghindari tangkapan Hendra segesit yang ia bisa, sementara kaki panjangnya Hendra membuat larinya semakin cepat memangkas jarak dengan Ahsan. Bahkan hingga Ahsan harus mencari perlindungan di balik pohon kelapa yang ada di tepian pantai itu.

"Hayo, mau lari kemana?" ujar Hendra, sambil tersenyum jahil.

"Weeee! Ayo sini tangkep kalo bisa" ujar Ahsan tengil, sambil kembali menjulurkan lidah lagi.

"Nantangin kamu ya!" sahut Hendra. Ia langsung melangkah maju sambil berusaha menangkap lengan Ahsan, namun lagi-lagi Ahsan berhasil berkelit darinya dan kembali lari meninggalkan dirinya.

Ini anak.

"Awas kamu ya, San!" seru Hendra, namun dengan senyuman jahil. Ia langsung berlari kencang lagi, membuntuti Ahsan yang tengah berlari sekuatnya. Ia bisa mendengar anak itu masih tertawa.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang