41 - PML '09 (Part 5)

484 50 117
                                    

[PML '09. Day 4]

Hari ini Hendra, Ahsan dan Hendrawan pergi lari sejak sehabis subuh. Mereka berlari cukup jauh dari rumah, sehingga mereka baru tiba lagi di rumah pukul 9 pagi.

"Jauh banget ya larinya? Jam segini baru pulang" tanya Silvi, ketika melihat suaminya, adiknya dan juga Ahsan baru masuk ke dapur.

"Iya ce, sengaja agak jauh soalnya kan udah 4 hari nggak latihan" ujar Hendra.

"Iya ci, biar kalorinya makin banyak yang kebakar" timpal Ahsan.

"Lagian mumpung ada temennya, jadi nggak berasa banget jauhnya" ujar Hendrawan sambil tersenyum geli.

Sementara Silvi hanya menggelengkan kepala. Benar-benar heran dengan sifat ambisius mereka bertiga.

"Ya udah, kalian buru-buru sarapan. Abis itu pada mandi. Ini anak-anak pada minta ke kolam renang. Siapa tau kalian mau ikut" ujar Silvi sambil memandang Hendra dan Ahsan.

"Gimana, San? Mau?" tanya Hendra.

"Nggak masalah. Koko juga mau?" Ahsan bertanya balik.

"Ayo aja sih" jawab Hendra sambil tersenyum sekilas.


Waterpark itu cukup ramai, tapi untungnya tidak ada yang mengenalinya ataupun Hendra.

Atau mungkin orang tidak terlalu yakin untuk menghampiri Hendra kalau pun mereka mengenalinya.

"Balapan lagi nggak San?" tanya Hendra, sambil tersenyum lebar.

Meskipun 'judulnya' mereka berdua sedang liburan, tapi tetap saja kalau sudah melibatkan kegiatan yang menyangkut dengan latihan fisik, maka semuanya akan langsung menjadi perlombaan. Dengan ataupun tanpa kesengajaan. Sejak mereka tiba di waterpark ini dan langsung masuk ke dalam kolam, mereka berdua asik balapan renang dari sisi yang satu ke sisi yang lain. Hendra sempat mencetuskan ide soal siapa yang kalah harus membayar makan siang di antara mereka berdua, yang langsung disetujui oleh Ahsan. Karena sangat percaya diri akan bisa mengalahkan seniornya itu.

"Ayok, koh. Siapa takut" sahut Ahsan dengan ekspresi tengil.

Mereka berdua langsung melompat kembali ke dalam kolam, berlomba-lomba untuk sampai ke tepi yang satunya lagi paling cepat.

Hendra sedang melakukan gaya bebas di pertengahan kolam itu, ketika ia menoleh ke samping, ia sudah tak melihat Ahsan yang tadi ada di sampingnya. Ia mencoba melihat ke depan, namun tidak ada tanda-tandanya juga. Hendra pun memilih untuk berhenti sejenak, sambil menolehkan kepalanya ke segala arah. Ketika matanya menangkap satu titik di belakang, ia segera menghampiri ke arah itu.

"Kenapa San?" tanya Hendra, ketika sudah berada di sisi Ahsan, yang mencoba berenang ke tepian.

"Kaki mendadak kram" jawab Ahsan sambil mengernyit. Hendra buru-buru membantu Ahsan supaya anak itu makin cepat naik ke tepian kolam.

"Tadi pemanasannya kurang kali" ujar Hendra, begitu ia selesai memapah Ahsan ke salah satu gazebo yang ada di tepi kolam itu.

"Mungkin. Tapi perasaan pemanasannya udah cukup kok" sahut Ahsan, sambil mengurut betisnya sendiri.

"Sini" ujar Hendra, sambil berjongkok dan mulai mengurut betis Ahsan.

Ahsan terdiam saat merasakan jari Hendra yang mengurut betisnya. Sebenarnya saat pertama kali jemari itu menyentuh kulitnya, ia merasakan sensasi sesaat seperti kejutan listrik. Tapi ia berhasil untuk tidak refleks menggerakkan kakinya, berhasil menekan sensasi itu, sehingga Hendra tak perlu memandangnya dengan tatapan bingung atau bertanya kenapa.

"Kekencengan nggak?" tanya Hendra, sambil mengangkat wajahnya, memandang Ahsan. Ahsan langsung menggelengkan kepala.

"Sebentar ya, saya tanya petugas disini dulu. Saya mintain krim atau apa yang bisa bantu redain" ujar Hendra lagi, sambil melangkah menuju tempat petugas berjaga.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang