138 - Untold (Part 11)

252 30 46
                                    

(Oktober 2010, Denmark Open)


Dirinya baru saja duduk di dalam salah satu restoran di kota Odense, ketika matanya menangkap sebuah figur yang sangat ia kenal di meja lain, yang tak jauh jaraknya dari mejanya. Ketika teman-temannya juga menyadari keberadaan orang itu, mereka memanggil orang itu untuk ikut bergabung ke mejanya. Akhirnya mereka berlima pun makan siang bersama di meja itu. Hingga tiba saatnya ketika mereka semua tengah menikmati secangkir kopi setelah makan siang, dirinya yang sedang asik dengan pikirannya sendiri ditegur oleh sosok itu.

"Ngapain sih Hen bengong gitu? Serius amat?" tanya Taufik penasaran.

Dirinya pun berhenti menyeruput kopinya sesaat.

"Nggak apa-apa kok, bang" sahutnya.

Tapi nampaknya Taufik masih belum puas dengan jawabannya, membuatnya jadi teringat kembali sesuatu yang sempat ia pikirkan sebelum memulai perjalanan menuju Denmark.

Ia tahu kepribadian Taufik seperti apa. Ia tahu seniornya itu terkenal sebagai orang yang egonya tak boleh disenggol sama sekali. Karena jika itu terjadi, Taufik tidak segan-segan menunjukkan sisi temperamentalnya. Tapi untuk saat ini entah kenapa ia sama sekali tidak peduli dengan fakta itu, ia sudah tak bisa menahan diri untuk diam saja tentang hal ini.


Ia pun memilih untuk menyuarakan pikirannya.


"Kebetulan mumpung ada abang di sini. . .saya cuma mau minta tolong. Tolong mulai dari sekarang. . .abang jangan pernah ajak-ajak Ahsan, Bona dan Owi lagi buat pergi-pergi ke tempat kayak gitu. Kalo abang mau ngelakuin semua itu silahkan bang, itu hak abang. Tapi jangan samain kondisi junior-junior abang dengan kondisi abang. Kita sih enak udah di luar pelatnas bang, udah bisa hidup semau kita. Tapi mereka masih di bawah pengawasan dan aturan ketat, nggak boleh sembarangan bertindak. Tolong abang inget-inget itu" ujarnya, dengan ekspresi serius.


Ia bisa merasakan ketiga teman mereka yang lain, yang duduk bersama mereka di meja itu, memperhatikan mereka berdua dengan seksama dan penuh antisipasi. Sepertinya mereka bertiga khawatir jika dirinya dan Taufik akan bertengkar. Jika hal itu terjadi, dirinya sendiri tidak merasa takut. Ia sudah memilih melakukan ini, maka ia siap dengan segala konsekuensi yang bisa muncul.


Namun, di luar dugaannya, ia malah melihat seniornya itu mengangkat kedua tangannya tiba-tiba. Mengisyaratkan menyerah. Bahkan setelahnya meminta maaf dan menjelaskan pada dirinya bahwa sebenarnya tujuannya mengajak Ahsan, Bona dan Tontowi pergi ke tempat seperti itu niatnya hanya agar ketiga anak itu terhibur. Karena, menurut Taufik, ketiga junior mereka itu selama beberapa bulan terakhir ini terlihat seperti memiliki banyak beban pikiran. Ia hanya ingin membantu ketiga anak itu untuk melupakan masalah mereka sejenak.

"Tenang aja, gw juga ga punya niatan bikin mereka sampe dikeluarin dari pelatnas kok. Sayang juga kalo mereka bertiga sampe didegra karena masalah ginian. Sorry ya, Do. Adek lo jadi kena juga" ujar Taufik padanya, sambil menoleh pada Kido di akhir.

Karena Taufik menyadari kesalahannya, ia merasa tugasnya untuk memberi tahu seniornya itu telah selesai. Maka ia memutuskan menikmati kopinya kembali dalam diam. Merasa bahwa satu masalah telah selesai sekarang.

@@@


(November 2010, French Open)

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang