Selama beberapa hari setelahnya, Ahsan dan Bona masih melanjutkan perang dingin mereka. Meskipun di dalam lapangan mereka berusaha sebaik mungkin memperbaiki fokus mereka, yang memang bisa lebih baik dari beberapa hari sebelumnya ketika insiden di kamar itu belum terjadi. Hanya saja mereka benar-benar terlihat hanya sekedar menjalankan tugas saja di lapangan, tak ada interaksi yang "normal" di antara keduanya. Bahkan Angga dan Rian pun mulai merasa tidak nyaman dengan konflik kedua senior mereka itu, karena membuat mereka serba salah. Hendak mendamaikan, takutnya malah keduanya marah pada mereka karena mereka hanyalah junior yang baru saja masuk pelatnas utama. Tapi dibiarkan terus-terusan seperti ini pun juga tak akan membuat mereka mau berdamai juga.
Hingga akhirnya hanya tinggal 2 hari sebelum koh Aryo dan mas Sigit kembali ke Indonesia. Pelatih pengganti kembali memanggil mereka berdua, kali ini di waktu yang berbeda.
"San, kamu masih mau diem aja? Nggak mau cerita apa-apa ke saya?" tanya pelatih.
Ahsan yang menundukkan kepala, hanya menggeleng pelan.
"Apa kamu emang berniat untuk mengakhiri partneran kamu sama Bona?" tanyanya lagi.
"Nggak, coach" sahut Ahsan.
"Terus kenapa kesannya kamu nggak mau mencoba menyelesaikan konflik ini sama Bona?" sahut pelatih.
Ahsan hanya terdiam, sama sekali tak menjawab.
"San, kamu masih mau main di pelatnas?" tanyanya.
"Masih coach" sahut Ahsan segera.
"Kalo kamu masih mau main di pelatnas, tapi hubungan kamu sama partner kamu jelek, kamu tau kan konsekuensinya apa?" tanya pelatih.
Ahsan kembali diam. Namun ia tahu apa jawaban dari pertanyaan itu.
Ganti partner. Berpartner dengan pemain lain yang rankingnya masih di bawah.
"Memang kamu siap harus memulai semuanya dari 0 lagi? Susah payah naikin ranking dari awal lagi? Kamu siap mengulangi lagi jalan berbatu seperti 2 tahun kemarin?" ujar pelatih dengan penekanan.
Seperti 2 tahun kemarin.
2 tahun kemarin.
2 tahun yang berat. . .namun ada senior yang membimbingnya.
2 tahun yang berat. . .dengan Hendra di sisinya.
Tempatnya bertumpu. Di dalam ataupun di luar lapangan.
Sanggupkah ia mengulang 2 tahun yang berat itu kembali?
Tanpa Hendra disini?
Tanpa sadar Ahsan langsung menggelengkan kepalanya. Dadanya terasa sakit lagi secara tiba-tiba. Rasanya seperti ada yang menarik organ dalam tubuhnya secara tiba-tiba. Sakit.
"Nah, kalo kamu emang nggak sanggup ngulang semuanya lagi dari awal. . .bukannya jauh lebih mudah kalo kamu memperbaiki semuanya bersama partner kamu? Akan jauh lebih mudah bukan dengan menyelesaikan masalah kamu sama Bona? Saya yakin pasti awal masalah kalian berawal dari gesekan emosi sesaat saja. . .namun malah kalian diamkan sehingga masalahnya semakin melebar. Saran saya, coba kalian ngobrol dari hati ke hati soal masalah ini. Cari apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan semuanya? Bicarakan itu secara baik-baik. Jangan malah kalian adu fisik lagi. Percuma, San. Nggak ada gunanya. Menang jadi arang kalah jadi abu" ujar pelatih, berusaha mengingatkannya baik-baik.
"Iya, coach. Nanti saya coba" gumam Ahsan.
"Tolong ya, San. Karena saya juga kasihan sama kalian kalo sampai masalah ini terdengar ke koh Aryo. Pasti nanti kalian bakalan kenal omel dan buntutnya jadi panjang. Saya maunya kalian selesaikan aja ini di antara kalian berdua, tanpa koh Aryo tau. Saya cuma mau kalian baikan lagi dan cepat fokus lagi, tanpa harus dimarahi oleh koh Aryo dan mendapat teguran ataupun sanksi. Kalian ini sudah dewasa, harusnya sudah tidak perlu didisiplinkan seperti anak-anak" sahut pelatih.
![](https://img.wattpad.com/cover/283136620-288-k372744.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...