[Sudirman Cup 2011. Qingdao, Cina]
Mereka semua dilepas dengan rangkaian acara seperti yang biasanya: pengukuhan kontingen Sudirman Cup, seluruh anggota kontingen mencium bendera merah putih dan juga pelepasan kontingen Sudirman Cup di bandara sebelum keberangkatan mereka. Setelahnya mereka memulai perjalanan udara lebih dari 7 jam menuju Qingdao, Cina. Namun, meskipun rangkaian acara peresmian dan pelepasan masih sama persis dengan event-event beregu sebelumnya tapi kali ini ada hal yang sangat berbeda jelas. Ketika biasanya Taufik lah yang memberikan sepatah dua patah kata sebelum tim mereka berangkat, kini Alvent lah yang harus menggantikan Taufik untuk melakukan hal itu. Karena di antara anggota kontingen Sudirman Cup kali ini, Alvent yang lebih senior dibandingkan mereka semua. Membuatnya harus menggantikan posisi kapten tim dengan suara yang absolut dari teman-temannya.
Maka, dengan terpilihnya dirinya sebagai kapten tim dadakan, Alvent berusaha sebaik mungkin bertanggung jawab pada anggota timnya. Termasuk saat harus melindungi anggota timnya dari sesuatu yang dapat mengganggu konsentrasi mereka.
Tok tok tok!
"Siapa? Masuk aja" sahut Ahsan dari atas kasur, saat tengah mengobrol dengan Bona dan Tontowi.
Tak lama kemudian pintu itu langsung terbuka dan ia bisa melihat Alvent yang baru saja muncul dari balik pintu itu.
"Kenapa koh?" tanya Bona, saat menoleh pada seniornya itu.
"Ini. . .saya disuruh sama mas Sigit buat ngumpulin handphone kalian semua sebentar" ujar Alvent.
Selama sesaat Ahsan, Bona dan Tontowi saling pandang dengan tatapan bingung.
Ngumpulin handphone? Mau ngapain deh?
"Kok malah pada bengong? Ayo cepetan. Ini saya lagi ditungguin sama mas Sigit loh" ujar Alvent lagi.
Akhirnya mereka bertiga pun segera menekan tombol power handphone mereka dan menyerahkan handphone mereka ke tangan Alvent. Setelahnya senior mereka itu langsung pergi lagi untuk mengetok kamar yang lain dan melakukan hal yang sama pada teman-teman mereka.
"Mau ngapain ya? Kok handphone mendadak disuruh dikumpulin? Apa saking takutnya kita kedistraksi dan takut kita latihannya nggak bener di sini?" tanya Bona, heran.
"Nggak tau deh, nggak biasa-biasanya ada aturan macem gini. Aneh banget" gumam Ahsan.
Tontowi nampak berpikir dengan ekspresi serius selama beberapa saat, hingga akhirnya ia teringat akan sesuatu.
"San, kalo gw nggak salah inget bukannya lo suka bawa handphone yang satu lagi ya?" tanya Tontowi.
Ahsan menatap Tontowi dengan tatapan bingung selama beberapa saat, namun setelahnya ia segera menghampiri ranselnya.
"Ada sih, tapi handphone yang ini sekarang seringnya gw pake cuma buat nelfon sama sms aja sih" sahut Ahsan, sambil merogoh ke dalam ranselnya dan menarik keluar handphone lamanya.
"Nggak apa-apa. Tapi tetep bisa connect ke Wifi kan?" tanya Tontowi. Ahsan mengangguk.
"Coba pinjem deh sini" pinta Tontowi, Ahsan pun segera mengoper handphone itu ke tangan Tontowi.
Selama beberapa menit Tontowi menggunakan handphone itu, entah untuk apa. Ahsan hanya memperhatikannya sambil duduk di hadapannya. Sementara Bona yang duduk di kursi pun hanya bisa menatapnya dengan raut wajah penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...