Setelah Ahsan meninggalkan kamar, bahkan Ahsan belum kembali juga di jam makan malam. Anak itu benar-benar pergi selama berjam-jam lamanya. Karena khawatir, selepas makan malam saat Hendra masih belum melihat Ahsan ada di kamar, ia berusaha menghubungi handphonenya. Tetapi ia langsung tersadar Ahsan tidak membawa handphonenya karena ia mendengar suara getaran berulang kali dari dalam tas Ahsan yang ada di kaki kasur.
Itu anak kemana sih? Bikin khawatir aja.
Hendra menunggu anak itu sambil membaca buku. Sejam. Dua jam. Anak itu masih belum pulang juga. Sempat terlintas dibenaknya untuk melapor pada pelatih, karena ia sempat berpikir mungkin Ahsan tersasar atau apa. Tapi, kalau ternyata Ahsan tidak kenapa-kenapa, kalau dia dapat masalah dari pelatih karena ketahuan kabur seperti itu bagaimana? Ia tidak mau kalau Ahsan malah kehilangan kesempatan untuk bertanding bersamanya di Semi Final 2 hari lagi. Ia ingin anak itu tetap bertanding, sekalipun karena omongannya siang tadi, Ahsan kemungkinan masih marah padanya dan tidak mau berbicara dengannya hingga pertandingan Semi Final mereka.
"Ahsan, kamu dimana sih?" gumam Hendra, sambil menerawang memandang ke arah jendelanya. Bukunya malah ia telantarkan.
Ketika Hendra hampir saja ketiduran karena bersandar di kepala kasur, tiba-tiba saja ia mendengar suara pintu kamar yang berderit terbuka. Sontak, ia langsung terjaga lagi.
Ia bisa melihat bagian belakang rambut jabrik laki-laki itu, yang tengah berusaha untuk menutup pintu sepelan mungkin. Mengira kalau Hendra sudah tertidur lelap.
"San?" gumam Hendra, membuat Ahsan terperanjat ketika mendengar suaranya.
"San, kamu kemana aja dari tadi? Udah makan malem?" tanya Hendra.
Ahsan menghela napas tanpa suara.
Kenapa sih? Buat apa lo khawatirin gw?
"Udah" sahut Ahsan sekenanya, melangkah menuju kasurnya lalu berdiri memunggungi Hendra. Melepas jaketnya dengan segera, lalu berjongkok untuk membuka sepatunya.
"Tadi kamu kemana aja, San?" ulang Hendra. Namun Ahsan tetap tak menjawab.
Ia melihat anak itu langsung berdiri, menyambar pakaian bersih serta handuk dan langsung masuk ke kamar mandi.
Selama sesaat Hendra merutuk dirinya sendiri karena tadi siang ia malah mengkonfrontasi Ahsan secara langsung seperti itu.
Selamat, Dra. Itu anak beneran marah sampe sekarang.
Ia tertunduk lesu.
Ketika Ahsan baru saja keluar dari kamar mandi, dari sudut matanya, ia bisa melihat Hendra yang sudah berbaring menghadap ke arah jendela. Mungkin sudah tidur, pikirnya. Ketika ia juga memilih untuk naik ke atas kasurnya dan langsung berbaring sambil menarik selimutnya sampai ke kepala. Segera saja ia mendengar suara derit pelan dari kasur sebelah. Sepertinya seniornya itu berbalik menghadap ke arahnya.
"San, kamu masih marah sama saya?" tanyanya.
Ahsan memejamkan matanya sesaat. Bisa nggak sih nggak usah dibahas aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Hayran Kurgu"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...