109 - Hope (Part 2)

314 38 135
                                    

Ia memilih bersandar di jok motornya. Sementara motor itu terparkir tak jauh dari tepi jalan utama yang agak jauh dari sumber penerangan. Selepas sholat Isya, ia memutuskan untuk mengendarai motornya berkeliling di seputaran kota. Ia mengendarai motornya tak tentu arah, sempat berhenti sebentar hanya sekedar membeli jajanan dan setelahnya ia kembali mengendarai motornya lagi. Hingga akhirnya ia berakhir di sini, di jalanan di tepi kota. Entah kenapa matanya tertarik pada pemandangan langit malam ini. Karena area di pinggiran kota tidak seterang di pusat kota, cahaya bintang-bintang di langit jadi terlihat lebih jelas. Ia pun segera menghentikan motornya. Dan di sinilah ia, bersandar di jok motornya sambil mendongak ke atas, mengamati langit.


Entah kenapa sejak dulu ia sangat suka memandangi langit. Entah ketika matahari terbenam ataupun memandangi langit malam yang dihiasi bintang. Keduanya selalu bisa membuatnya menjadi lebih tenang, lebih rileks. Seakan semua beban yang ia rasakan di hari itu perlahan-lahan mulai berkurang. Membuatnya selalu merasa lebih tenang tiap kali ia habis memandangi langit. Dan ketika memandangi langit, biasanya tanpa sadar ia akan merenung. Merenungkan beberapa hal. Entah itu sesuatu yang pernah ia alami, sesuatu yang sedang ia rasakan, ataupun sesuatu yang ingin ia lakukan atau yang ia impikan. Mungkin karena kegiatan memandangi langit ini biasanya adalah saat terheningnya, makanya saat seperti ini juga menjadi saat ternyamannya untuk memikirkan sesuatu. Lagi pula ia bisa memikirkan apa pun dengan sedikit lebih santai jika kondisinya setenang ini.

Perlahan, memori di otaknya mulai berjalan dengan sendirinya. Otaknya mulai memutar semua kejadian yang telah ia alami sejak akhir tahun lalu. Ada banyak hal, terlalu banyak hal, yang terjadi dalam hidupnya setahun ini. Ia masih ingat kenangan-kenangan indah menjelang akhir tahun lalu. Saat ia menikmati liburan di Pemalang, ketika malam tahun baru, dan saat di Ciater. Hingga mendadak saja di awal tahun ini dunianya terasa dibalik sekaligus. Ketika kedua seniornya keluar secara mendadak dari pelatnas, ketika ia kehilangan sosok senior sekaligus sosok orang yang ia cintai dari pelatnas, kehilangan arah dan terbebani dengan posisi barunya, penyesalannya karena ia terlambat menyadari banyak hal, tekanan yang terus memenuhi dirinya hingga mempengaruhi tubuhnya, rasa sakit saat melihat seniornya berpasangan dengan gadis berambut pirang itu, insiden yang membuatnya terkurung di rumah sakit selama sebulan, perbuatannya yang membuat pelatihnya marah dan nyaris membuat posisinya di tim Asian Games terancam, medali Asian Games pertamanya, dan beberapa podium setelah cederanya pulih.


Dirinya merasa tahun ini ia banyak dididik oleh pahitnya kenyataan dan beratnya beban yang harus ia tanggung di pundaknya. Ada banyak rasa sakit, frustasi dan air mata tahun ini. Tapi di saat yang sama ada kuatnya persahabatan dan indahnya kemenangan di saat ia mulai bisa bangkit dari keterpurukannya. Pada akhirnya ia sadar, sepanjang apa pun jalan berbatu dan berduri yang harus ia lalui, ia tak boleh sedikitpun menyerah. Karena meskipun sakit, meskipun ia harus berdarah-darah saat melaluinya, itu adalah jalan yang telah ia pilih. Ia harus menyelesaikan apa yang telah ia mulai sejak bertahun-tahun lalu, sejak ia masih anak-anak. Jalan panjang berbatu ini adalah jalan impiannya. Ia tahu ia tak ingin menyerah dengan mimpinya. Ia masih ingin terus memperjuangkan mimpinya. Maka ia harus kuat menempuh jalan yang tak mudah ini.

Ia kembali teringat pada apa yang ia coba mantapkan dalam hati sejak ia menyelesaikan semua turnamennya tahun ini. Pada target-targetnya di tahun depan. Tahun ini ia menutup perjalanannya bersama Bona dengan posisi ke 17 di ranking dunia. Jika dibandingkan secara buta dengan ranking yang ia dapat di akhir tahun lalu, memang rankingnya terlihat turun. Karena akhir tahun lalu ia meraih posisi ke 14. Namun, ada banyak hal yang terjadi sejak awal tahun ini yang membuat rankingnya perlahan-lahan terus turun dan sempat menyentuh posisi paling rendah di ranking 28 dunia, ketika ia harus absen dari beberapa turnamen karena cederanya. Tapi ketika ia telah berhasil sembuh dari cederanya dan kembali mengejar ketertinggalannya bersama Bona, kalau boleh jujur ia merasa cukup bangga dengan usahanya dan Bona karena berhasil membuat peringkat mereka naik 11 posisi dalam hitungan 3 bulan. Sehingga mereka kembali ke dalam urutan 20 besar dunia. Targetnya tahun depan ia dan Bona bisa masuk ke dalam ranking 10 besar dunia, agar bisa lolos persyaratan untuk diikut sertakan ke Olimpiade 2012. Karena hingga saat ini hanya Hendra dan Kido serta Alvent dan Age lah yang rankingnya masih aman. Minimal ia dan Bona harus bisa menyalip ranking Alvent dan Age di tahun depan. Itu artinya tahun depan ia dan Bona tidak boleh banyak kalah di babak-babak awal seperti tahun ini. Mereka harus bisa melaju jauh di tiap turnamen. Kalau bisa mereka harus terus melaju hingga Final di tiap turnamen, minimal hingga babak Semifinal, agar ranking mereka terus bertambah dengan stabil.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang