160 - Obstacles (Part 7)

179 26 21
                                    

"Mas Ahsan, ini obat dan vitaminnya. Jangan lupa diminum yang teratur ya. Kalau soal mimisan yang mas Ahsan alami, sepertinya karena pengaruh kondisi tubuh yang tidak fit efek cuaca dingin. Sistem imun mas Ahsan sedang menurun. Mohon dijaga dengan baik ya kondisi tubuhnya, supaya tidak makin drop"


Ia baru saja merebahkan tubuhnya di atas kasur, sementara dirinya bisa melihat Bona yang baru saja menaruh tas raketnya di atas kasur dan langsung kabur ke kamar mandi dengan terburu-buru. Sepertinya karena kebelet. Membuat Ahsan nyengir sesaat. Sebelum akhirnya ia kembali lagi merenung tentang semua hal yang terjadi selama 3 hari ke belakang. Diawali dengan dirinya yang mendadak mengalami mimisan di tengah acara sarapan pagi, hingga membuat Hendra langsung menyeret dirinya ke kamar dokter tim mereka agar dirinya diperiksa dengan segera. Untungnya mimisan itu terjadi bukan karena masalah serius, hanya saja kondisi tubuhnya agak drop karena ia sedang flu juga. Dirinya sempat berpikir mungkin ia sampai bisa mimisan karena dirinya sering bersin terlalu kencang. Toh, hari ini untungnya ia tak mengalami mimisan sama sekali. Membuatnya merasa tenang karena itu artinya ia tak perlu membuat semua orang jadi memperhatikannya dan akhirnya malah membuat repot orang lain.

Pintu toilet mendadak terbuka, membuatnya kembali menoleh ke arah toilet. Di mana Bona baru saja keluar dengan wajah yang agak basah, sepertinya baru saja selesai mencuci muka.

"Bon, gw minta maaf ya" ujar Ahsan, sambil mulai duduk bersandar di kepala tempat tidur.

"Minta maaf? Minta maaf kenapa?" ujar Bona bingung.

"Iya, gara-gara kondisi gw lagi kurang fit begini. . .kita jadi gagal masuk Semifinal" lanjut Ahsan.

Bona memilih menyeka wajahnya dengan handuk kecil yang ada di dekat pintu kamar mandi, sambil melangkah menuju kasurnya, tak berbicara sepatah kata pun. Hingga akhirnya Bona telah duduk di tepian kasurnya, mulai menurunkan handuk itu dan menatap lurus ke arah Ahsan.

"Bukan salah lo kok, San. Emang lawan mainnya lagi lebih bagus daripada kita. Ya mungkin emang belum rejekinya kita aja San di All England tahun ini. Kita coba lagi aja di tahun depan" ujar Bona santai.


Selama beberapa saat dirinya menatap Bona, yang kini tengah mengecek layar handphone. Ia berusaha mencari tanda kekecewaan di wajah partnernya itu. Namun ia sama sekali tak melihat tanda-tanda itu di sana. Bona sepertinya memang sudah bisa menerima kenyataan bahwa mereka kembali gagal menaklukan All England untuk yang keempat kalinya. Harusnya ia bisa ikut merasa tenang juga saat melihat ketenangan Bona, tapi entah kenapa hatinya malah merespon dengan perasaan yang sebaliknya.


Mereka kembali gagal. Bahkan mereka gagal di ajang tertua yang begitu prestisius seperti All England ini. Entah kenapa ia mulai mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang salah dengan dirinya? Sejak awal tahun, mereka masih belum bisa mengulang kesuksesan seperti kemenangan mereka di SEA Games tahun lalu. Belum lagi waktu semakin bergerak maju, tinggal 2 bulan lagi menuju ajang kejuaraan beregu Thomas Cup dan 4 bulan lagi menuju ajang Olimpiade. Olimpiade.


Olimpiade pertama mereka semenjak mereka mulai berpasangan di pelatnas.


Ia tahu ia tak seharusnya memiliki pikiran buruk, tapi jujur saja ia mulai mengkhawatirkan performanya sendiri. Ia masih belum bisa konsisten lagi, ia merasa bahwa ia masih belum bisa bermain sebaik ketika dirinya memenangkan medali Emas SEA Games pertamanya. Sementara event-event besar semakin mendekat. Ia khawatir jika ia masih belum bisa tampil dengan baik dan konsisten di turnamen individual, hal ini bisa menjadi prediksi untuk performanya di Thomas Cup dan Olimpiade nanti. Apa lagi kini mereka menjadi ganda putra nomor 1 di Indonesia, ganda putra terbaik Indonesia menurut peringkat dunia. Ia khawatir jika nantinya ia malah mengecewakan ekspektasi banyak orang, ekspektasi masyarakat Indonesia.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang