Hendra baru saja selesai mengirimkan pesan, ketika ia mendengar suara roda koper di dekatnya.
"Koh" sapa Ahsan pelan.
"Udah selesai?" tanya Hendra. Ahsan mengangguk.
"Yuk, saya anter" ajak Hendra.
Ahsan mengernyitkan dahinya.
"Nggak usah, koh. Biar saya berangkat sendiri aja" ujar Ahsan.
"San, mau makin cepet nyampe rumah nggak? Katanya udah ga sabar pengen ketemu sama ayah kamu?" ujar Hendra.
"Mau. . ." gumam Ahsan.
"Yaudah, kalo gitu jangan larang saya buat nganterin kamu. Ayo!" ajak Hendra lagi, sambil mulai melangkah di depan Ahsan. Ahsan merasa dilema, tapi kenyataannya ia memang sangat ingin sekali bisa secepatnya tiba di Palembang. Maka ia pun menyerah, memilih untuk menerima tawaran seniornya itu.
"Anterin saya sampe terminal aja, koh" ujar Ahsan, ketika mereka mencapai mobil Hendra.
"Udah naik aja" balas Hendra, sambil menutup bagasi mobilnya setelah memasukkan koper Ahsan.
Nyatanya, Hendra bukan mengantarnya ke terminal terdekat. Hendra memilih masuk jalan tol dan terus melajukan kendaraannya dengan kecepatan 120 km/jam. Ahsan awalnya tidak terlalu memperhatikan jalur yang Hendra pilih, karena ia lebih banyak melamun hampir di sepanjang perjalanan itu. Ketika ia mulai tersadar dari lamunannya, pada saat yang sama dahinya langsung mengernyit.
Loh? Ini bukannya rute ke. . .
"Koh, kita mau kemana?" tanya Ahsan bingung.
"Palembang" sahut Hendra, sambil tetap fokus menyetir.
"Tapi ini bukan rute ke pelabuhan" balas Ahsan.
"Emang bukan" jawab Hendra santai.
"Terus?" tanya Ahsan, makin bingung.
"Saya anter kamu ke bandara" ujar Hendra lagi.
HAH?
"Koh, saya nggak mau naik pesawat" ujar Ahsan dengan segera, sedikit panik.
"Bisa diem dulu nggak? Saya lagi fokus nyetir. Kamu sebagai penumpang, udah nurut aja. Kamu cukup taunya kita bisa sampe Palembang secepatnya" balas Hendra lagi, sambil menambah injakan pada pedal gasnya.
Ahsan menurut, namun dahinya semakin mengernyit.
Ia mencoba mengingat berapa jumlah saldo di rekeningnya terakhir kali ia mengecek.
Mampus deh gw.
Begitu mereka tiba di bandara, Hendra langsung menyeret koper Ahsan cepat-cepat. Membuat Ahsan mengikutinya dengan langkah terburu-buru juga.
"Koh, udah sini saya aja yang bawa" ujar Ahsan. Namun Hendra tak menghiraukannya.
Tak beberapa lama, mereka tiba di salah satu konter yang Hendra tuju.
"Tiket atas nama Hendra Setiawan" Ahsan bisa mendengar Hendra mengucapkan itu, sementara ia masih memproses apa yang baru saja terjadi dari semenjak ia selesai meminta ijin pada pelatih dan pengurus di Cipayung hingga akhirnya ia menginjakkan kaki disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...