Untungnya, hingga malam hari, Bona masih belum kembali juga ke dalam kamar. Sepertinya ia dan Kido beserta keluarga mereka tengah asik menghabiskan waktu bersama entah ke mana. Mungkin tengah mengunjungi mall di sekitar sini atau memilih makan bersama keluarga mereka di salah satu restoran favorit Kido. Tentunya kondisi ini membuat Ahsan benar-benar leluasa dalam mempersiapkan dirinya untuk pergi dengan Hendra. Ahsan memandangi kemeja yang akan ia kenakan malam ini, jujur ia merasa lega karena sempat memasukkan kemeja itu ke dalam kopernya ketika mereka bersiap-siap di asrama sebelum mereka semua berangkat untuk menginap di hotel ini. Memang sejak awal mereka sudah diberitahu bahwa di event welcome dinner Indonesia Open tahun ini mereka semua telah disediakan pakaian hasil rancangan Oscar Lawalata. Tapi untuk berjaga-jaga, ia mengambil keputusan untuk tetap membawa kemeja miliknya itu. Dan ternyata, kemeja itu benar berguna di malam ini.
Setelah selesai berganti pakaian, ia mengecek jam tangan yang baru saja ia kenakan. Tepat pukul 7.30 malam. Ia pun segera mengenakan sepatu pantofelnya. Setelah menyemprotkan parfum miliknya dan mengecek ulang penampilannya di cermin besar yang ada di kamar itu, ia pun segera melangkah keluar dari kamar. Saat ia melangkah dan melewati kamar Hendra, ia memilih berhenti sejenak dan mengetuk pintu kamar itu perlahan sambil memanggil namanya. Tapi tak ada jawaban dari dalam kamar itu.
Berarti emang beneran nunggu di lobby ya.
Ia pun segera melangkah menuju lift dan menekan tombol lantai dasar, membuat pintu lift itu langsung tertutup dan meluncur ke bawah.
Baru saja dirinya melangkahkan kaki keluar dari lift itu, sebuah pesan masuk ke handphonenya.
From: Hendra
San, udah selesai siap-siapnya?
Saya tunggu di luar lobby ya.
To: Hendra
Iya koh, ini saya baru keluar dari lift.
Lagi mau jalan keluar lobby.
From: Hendra
Oke
Ahsan segera melangkah menuju pintu lobby hotel itu, untungnya sejauh ini tak ada satu pun orang yang ia kenal menyapanya tiba-tiba. Ia pun sedikit mempercepat langkahnya hingga akhirnya ia pun tiba di area luar lobby itu. Mata cokelatnya memandang berkeliling, mencoba menemukan sosok Hendra. Namun, ia tak menemukan Hendra di area itu.
Berdiri di sebelah mana ya?
Belum sempat dirinya mengetikkan sesuatu di handphonenya, tiba-tiba saja ia mendengar suara Hendra memanggil namanya. Ketika ia mengangkat wajahnya, ia bisa melihat Hendra yang berada di dalam mobil yang baru saja berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri.
Ahsan langsung tersenyum saat melihat laki-laki itu.
Ia pun segera masuk ke dalam mobil itu dan memilih duduk di kursi depan seperti biasa.
"Saya lupa kalo koko suka bawa mobil tiap kita lagi tanding di Jakarta" ujar Ahsan, sambil menutup kaca jendelanya yang tadi diturunkan oleh Hendra.
"Iya, soalnya kalo bawa mobil sendiri pas lagi tanding di sini lebih enak aja semisal mau pergi sama temen-temen. Apa lagi kan kita suka pada iseng cari makan di luar" sahut Hendra, dengan senyuman khasnya. Membuat Ahsan kembali tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...