27 - PLM '09 (Part 6)

439 47 92
                                    

Begitu tubuhnya berhenti berguling karena menyentuh tepian trotoar, hal yang Ahsan rasakan pertama kali adalah rasa nyeri di tangan kirinya.


"San!"


Ahsan membuka matanya, sambil meringis menahan sakit yang menjalar di lengannya. Ia bisa melihat Hendra yang baru saja berjongkok menghampirinya.

"San? Kamu nggak apa-apa? Mana yang sakit?" tanya Hendra, ada nada panik dalam suaranya.

"Tangan" ujar Ahsan tertahan, sambil meringis.

Hendra segera melihat tangan kiri Ahsan, yang ditekuk ke dada.

"Bisa bangun nggak San?" tanya Hendra.

Ahsan mencoba merasakan inderanya di bagian tubuh yang lain. Rasanya tak ada yang aneh. Ahsan pun langsung mengangguk.

Hendra membantunya untuk duduk. Sementara orang-orang di sekitar yang melihat kejadian itu mulai menghampiri mereka.

"Bang, nggak apa-apa? Luka parah nggak temennya?"

Hendra tidak langsung menjawab, ia masih memperhatikan sekujur tubuh Ahsan. Takut ada bagian tubuh lain yang ternyata terluka juga.

"Koh. . .paketnya Debby. . ." malah kalimat itu yang diucapkan Ahsan setelah ia duduk.

Hendra menoleh ke belakang, ke arah motor yang masih dibiarkan di jalan. Ia bisa melihat paket Debby ada di samping motor. Tak tampak rusak. Namun kantong plastik berisi jeruk tak selamat, karena isinya berceceran di jalanan.

"Ambilin. . ." gumam Ahsan, sambil menahan rasa nyeri di tangannya.

Hendra buru-buru bangkit dan berlari mengambil paket itu. Sementara beberapa orang membantu membangunkan motor itu.

"Makasih mas, biar saya aja" ujar Hendra segera, sambil menghampiri orang yang hendak membawa motor Ahsan ke tepi.

"Abang sendiri nggak apa-apa?" tanya orang itu, ketika Hendra mengambil alih motor itu.

"Nggak apa-apa, cuma lecet dikit aja. Makasih ya mas" sahut Hendra, yang baru menyadari juga ada rasa perih di sikut dan lengan bagian bawah.

"San, kita langsung ke rumah sakit ya" ajak Hendra.

"Nggak usah. Ke rumah aja" sahut Ahsan segera.

"Tanganmu loh" tegur Hendra, sambil mengernyitkan dahi.

"Gapapa. Ke rumah aja, koh" ujar Ahsan lagi, ada nada memohon dalam suaranya.

Hendra menghela napas berat, tahu kalau ia memaksa Ahsan untuk ke rumah sakit, pasti mereka akan berdebat lagi. Ia sedang tidak ingin berhadapan dengan argumen panjang.

Jadi ia tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan Ahsan.

Hendra membantu Ahsan untuk berdiri, kemudian ia sendiri segera naik ke motor, sambil memeriksa ada kerusakan atau tidak di motor itu. Untungnya hanya lecet body sedikit.

"San, pegangan ya" ujar Hendra, sebelum mulai memutar tuas gas motor itu. Khawatir takut Ahsan kenapa-kenapa di tengah jalan.

Ahsan langsung melingkarkan tangan kanannya di pinggang Hendra.

Sepanjang perjalanan itu, Ahsan hanya diam sambil menyandarkan tubuhnya ke punggung Hendra. Masih menahan sakit di lengan kirinya.

@@@

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang