171 - Broken

275 21 112
                                    

(Selepas Quarterfinal tim Thomas Indonesia vs Jepang)


Ahsan bahkan tak bisa mengingat dengan jelas apa inti dari evaluasi singkat setelah partai Quarterfinal tim Thomas Indonesia selesai dilaksanakan. Dirinya, dan semua orang yang terlibat di dalam tim Thomas ini, masih terlalu sedih untuk bisa memproses semuanya dengan baik. Ia terlalu sibuk menundukkan kepala sepanjang evaluasi itu, sehingga ia tak benar-benar menyadari bagaimana ekspresi yang terlihat di sekelilingnya. Sama sekali tak menyadari kekecewaan dan juga frustasi yang terukir jelas di wajah orang-orang yang berdiri bersamanya saat ini.

Hingga akhirnya evaluasi selesai dan mereka dibubarkan begitu saja, bahkan tanpa sempat melakukan satu yel-yel terakhir yang biasanya menjadi penutup perjuangan mereka di ajang beregu. Tak peduli sesulit dan sesedih apa pun hasilnya bagi mereka semua.


Membuat atmosfer janggal itu semakin terasa membelenggu mereka.


Ahsan kini tengah melangkah bersama beberapa orang yang ada di timnya, mereka semua melangkah dalam diam, terlalu asik dengan pikiran masing-masing beserta beban yang masih menggelayuti diri mereka. Hingga tiba-tiba saja suara satu orang di antara mereka memecah keheningan itu.


"Harusnya tim kita nggak bakalan kalah kayak gini kalau ganda bisa dapet poin semua"


Langkah mereka semua serempak terhenti saat itu juga, sambil mereka mulai menoleh ke arah sumber suara, yang ternyata merupakan suara Taufik yang sedari tadi ikut melangkah di belakang Ahsan dan Alvent.


"Maksudnya apa, bang?" tanya Kido segera, sambil berbalik kembali dan mulai melangkah mendekat ke arah Taufik.

"Iya, tim kita nggak bakalan kalah di babak ini kalo bukan karena lo dan Hendra yang gagal ambil poin di ganda pertama!" ujar Taufik lagi.

"Jadi abang nyalahin saya sama Jangkis? Sadar diri kali bang, abang juga gagal kan ambil poin dari Tago!" seru Kido seketika, sambil melangkah dengan cepat ke arah Taufik. Hendak menyambar kerah Taufik.


Untungnya Alvent langsung bergerak dengan cepat dan langsung menahan Kido sebelum juniornya itu berhasil menarik kerah jaket Taufik.


"Do!" ujar Alvent, memperingatkan.

"Iya, gw gagal ambil poin dari Tago juga. Tapi dari 2 kali turun, gw udah berhasil ambil poin 1 kali waktu lawan Inggris. Lo sama Hendra sama-sama udah 3 kali turun, tapi tiga-tiganya gagal terus buat ambil poin. Kalian tuh nganggep serius Thomas Cup nggak sih? Atau sebenernya kalian nggak ada niatan sama sekali buat bawa pulang piala Thomas?" balas Taufik dengan nada yang meninggi.

"Ya gw serius lah bang! Siapa juga yang mau main-main di Thomas Cup? Kok bisa-bisanya lo ngeraguin gw sama Jangkis!" seru Kido tak terima, sudah terlanjur tersulut emosi.

"Halah, alesan! Kalian berdua nggak bakalan kalah kalo lo waktu itu nggak pergi ke Papua seminggu sebelum Thomas Cup! Profesional dong! Kalo emang prioritas lo Thomas Cup, ya fokus ke persiapan Thomas Cup aja! Nggak usah masih ikutan tarkam nggak penting kayak gitu!" seru Taufik sambil merengsek maju dan menunjuk-nunjuk dada Kido dengan penuh emosi.

"GW SAMA JANGKIS KALAH BUKAN KARENA ITU! EMANG LAWAN MAINNYA LAGI LEBIH BAGUS DARIPADA KITA BERDUA!" teriak Kido marah sambil mendorong Taufik.


Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang