75 - Thomas & Uber Cup '10 (Part 4)

324 45 106
                                    

Setelah kemarin tim Thomas Indonesia mendapatkan jadwal libur sehari tanpa pertandingan setelah menyelesaikan babak penyisihan grup, tim Thomas Indonesia kembali bertemu dengan tim India di pertandingan Quarterfinal hari ini. Taufik kembali bertanding hingga masuk babak rubber set dan kembali mendulang point dari Kashyap Parupalli. Begitu pula dengan Hendra dan Kido yang berhasil mengulang kesuksesan yang sama, menang 2 set langsung dari Akshay Dewalkar dan Sanave Thomas. Membuat kedudukan menjadi 2-0 untuk tim Indonesia. Pertandingan penentuan diserahkan pada Simon yang naik menjadi tunggal kedua setelah dua hari lalu Sony mengalami cedera. Untungnya, Simon berhasil mengalahkan Arvind Bhatt dengan mudah, dengan skor 21-8 dan 21-10. Sehingga membuat tim Indonesia menang telak 3-0 dan lolos ke babak Semifinal. Tim Thomas bersorak kencang dari tribun depan, merasa bahagia karena teman-teman mereka berhasil mengalahkan India dengan skor telak. Ahsan ikut meneriakkan nama Simon dengan perasaan riang, meskipun dengan kemenangan mutlak itu membuat dirinya dan Nova jadi tak bisa ikut turun dalam pertandingan Quarterfinal hari ini. Namun ia tak terlalu memusingkan hal itu, karena walau bagaimanapun menang mutlak itu jauh lebih baik.

@@@

Setelah kemenangan di Quarterfinal, tim thomas Indonesia kembali mendapatkan waktu jeda sehari. Sementara tim Uber hari ini akan menjalani pertandingan Semifinal mereka melawan tim China. Maka pagi, ini baik anggota tim Uber maupun tim Thomas sarapan bersama di restoran hotel. Sebelum nanti siang tim Uber akan berangkat menuju venue pertandingan, sementara tim Thomas akan melaksanakan latihan lebih awal untuk bersiap menghadapi tim Jepang di Semifinal besok.

"Masih ngantuk, San?" tanya Alvent tiba-tiba, ketika Ahsan habis menguap untuk yang kedua kalinya.

"Sedikit koh" sahut Ahsan berbohong.

Sebenarnya semalam Ahsan tak bisa tidur entah hingga jam berapa. Pikirannya yang melayang tak tentu arah membuat dirinya sulit mengantuk. Ia terus-terusan kepikiran soal obrolannya dengan Hendra di dekat vending machine 2 hari yang lalu. Ia masih bingung soal apa yang akan ia lakukan untuk menyelesaikan masalah itu. Karena kalau dipikir-pikir lagi tidak mungkin juga ia membiarkan masalah ini berlarut-larut. Apa lagi dengan Hendra yang mengambil kesimpulan bahwa ia sudah tak ingin berteman dengannya lagi. Padahal masalah sebenarnya bukan itu.

Belum lagi beberapa bulan lagi mereka akan menghadapi Asian Games. Bagaimana kalau ternyata untuk pertandingan beregu di Asian Games nanti ia ikut terpilih di tim beregu? Dan bagaimana jika tiba-tiba saja ia dipasangkan dengan Hendra saat pertandingan beregu putra?

Kalau masih ada yang mengganjal di antara mereka berdua seperti ini, apa tidak berantakan nanti ketika misal mereka dipasangkan?

Ahsan sangat tidak ingin hal semacam itu terjadi. Tidak untuk pertandingan beregu.

Pada saat yang sama Ahsan menyadari, mencintai orang yang sebidang dan bahkan 'masih' setim dengannya ternyata merupakan hal paling rumit yang pernah ia alami.

Mungkin tidak seharusnya ia jatuh cinta pada rekan 'setimnya' sendiri.

Tapi masalahnya. . .cinta kadang datang tanpa pilih-pilih. . .

Tanpa sadar Ahsan menghela napas panjang, membuat seniornya kembali berkomentar lagi.

"Kenapa San? Kok kayak orang punya banyak masalah hidup aja" ujar Alvent heran.

"Hm? Nggak kok, koh" sahut Ahsan cepat-cepat. Sebelum Alvent kembali menanyainya lagi, Ahsan memilih bangkit dari kursinya untuk mengambil minuman lagi.


Ketika ia tengah berdiri di dekat tempat minuman, Ahsan bisa melihat Hendra yang tengah bersandar pada salah satu jendela yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia bisa melihat Hendra yang tengah bersandar dengan posisi menyamping, sambil meneguk minuman panas dari cup kertas yang tengah dipegangnya. . .yang Ahsan yakin adalah kopi. Seniornya itu terlihat seperti sedang melamun, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang