42 - PML '09 (Part 6)

488 46 114
                                    

[PML '09. Day 5]

Ahsan bergerak gelisah dalam tidurnya.

Gambar yang ia lihat di dalam mimpi itu tak terlalu jelas, seperti bayangan-bayangan kabur. Hanya saja perasaan tak mengenakkan itu benar-benar terasa sangat jelas.

Ia bahkan tidak bisa mengingat jalan cerita mimpinya, hanya perasaan sedih dan ketakutan yang ia rasakan dalam dirinya begitu kuat.

Membuatnya langsung terbangun dengan kaget sambil berseru "Jangan!".

"San? Kamu kenapa?"

Ahsan langsung mengusap kedua wajahnya sambil menghela napas panjang. Mimpi buruk, itu hanya mimpi buruk.

"San?"

Ahsan langsung menoleh ke kanan, ke arah seniornya yang menatapnya dengan ekspresi bingung.

"Gapapa, koh. Cuma mimpi buruk aja. Maaf bikin koko kebangun juga" sahut Ahsan. Ia bisa merasakan kalau peluh membasahi sebagian tubuhnya.

Hendra masih menatapnya dengan seksama, memperhatikan anak itu yang napasnya masih agak terengah-engah.

"Kamu abis mimpiin apa?" tanya Hendra lagi.

Ahsan hanya menggerakkan bahunya. Karena memang ia tak bisa mengingat alur mimpi itu sama sekali.

"Udah, nggak apa-apa. . .itu cuma mimpi" gumam Hendra, sambil mengusap-ngusap punggung Ahsan. Berusaha menenangkan juniornya itu. Ahsan hanya mengangguk pelan.

Sesaat kemudian anak itu tampak celingukan sambil meraba-raba kasur.

"Baru jam 2" ujar Hendra, yang sadar bahwa Ahsan sedang mencari-cari handphonenya untuk mengecek jam. Sementara dirinya langsung menoleh pada jam dinding.

Ia bisa melihat anak itu tampak masih melamun.

"Bentar ya" ujar Hendra, sambil turun dari kasur.

"Mau kemana koh?" tanya Ahsan pelan.

"Udah, tunggu aja" sahut Hendra lagi, tersenyum sekilas, lalu keluar dari kamar itu.

Ahsan hanya terdiam melihat pintu itu tertutup lagi. Kemudian ia turun sebentar dari kasur untuk mengambil handuknya, mengelap peluhnya.

Kenapa harus segala mimpi buruk sih? Kan jadi bikin koh Hendra kebangun juga.

"Nih"

Ahsan melihat Hendra menyodorkan segelas susu hangat kepadanya. Membuat dirinya termenung sambil menatap gelas itu.

"Ini. Siapa tau bisa bantu bikin cepet tidur lagi" ujar Hendra, sambil tersenyum.

Ahsan pun memilih menerima gelas itu.

"Makasih, koh" gumam Ahsan.

"Udah, minum dulu. Terus langsung coba tidur lagi" balas Hendra, sambil kembali ke kasur.

Ahsan pun menuruti perintah seniornya itu. Ia langsung meneguk susu itu secepat yang ia bisa. Kemudian memilih langsung berbaring kembali di kasur, mengikuti Hendra yang sudah berbaring lebih dulu.

Ia melirik ke kanan, melihat seniornya yang tengah tertidur dengan posisi miring menghadap ke arahnya. Ahsan bisa melihat matanya yang terlihat masih mengantuk itu, kini semakin terlihat berat.

"Udah, jangan dipikirin lagi. Ayo tidur" gumam Hendra, sambil memejamkan matanya sendiri.

Ahsan bisa merasakan tangan seniornya itu di rambutnya, mengusap-ngusap lembut puncak kepalanya selama beberapa saat.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang