172 - Rotten (Part 1)

308 21 50
                                    

(Flashback: 2011)


"Eh? Jadi beneran?"

"Loh? Gw kira berita yang kemaren-kemaren beredar itu cuma gosip doang"

"Seriusan loh ternyata. Tapi kenapa harus pake pelatih dari luar sih?"

"Tauk tuh! Kayak pelatih Indonesia nggak ada yang bagus aja"

"Kenapa nggak narik balik koh Wawan aja sih?"

"Yee, koh Wawan udah jadi hak milik BAM kali. Mana mungkin juga dilepas gitu aja?"


Semua mata tertuju pada dua laki-laki asing yang kini tengah mengobrol dengan salah satu pihak pengurus. Kemudian mereka saling pandang satu sama lain dan mengangkat bahu, tanda tak mengerti. Masing-masing dari mereka merasa keputusan itu terlalu aneh, karena mereka tahu ada banyak pelatih Indonesia yang berkualitas, yang bahkan bagi negara-negara yang menjadi musuh bebuyutan di lapangan pun akan dengan senang hati jika bisa merekrut pelatih-pelatih Indonesia ini untuk melatih tim mereka.


Namun sebaliknya, tim Indonesia malah merekut pelatih asing untuk melatih di pelatnas Cipayung.


Pelatih baru itu bernama Li Mao dan Wong Tat Meng. Li Mao adalah pelatih yang berasal dari negara Cina. Li Mao terkenal karena berhasil mengorbitkan atlet tunggal putra seperti Lee Chong Wei dari Malaysia dan Park Sung Hwan dari Korea Selatan. Alasan ini pula yang sepertinya menjadi pertimbangan bagi pihak pengurus yang merasa kualitas sektor tunggal Indonesia masih belum bisa bangkit dari kondisi yang bisa dibilang kurang bagus. Sementara Wong Tat Meng merupakan pelatih asal Malaysia. Ia terkenal karena berhasil membimbing tunggal puteri Malaysia Wong Mew Choo. Wong Tat Meng menjadi asisten pelatih bagi Li Mao. Dengan mereka berdua direkrut ke pelatnas Cipayung, pihak pengurus mengharapkan akan terjadi kemajuan di sektor tunggal Indonesia sehingga para pemain sektor tunggal bisa mengalami peningkatan prestasi.


Setidaknya, hal itulah yang diharapkan dapat terwujud oleh banyak pihak.

@@@


Mata mereka memperhatikan sosok yang baru saja keluar dari ruangan itu dan langsung melesat pergi menyusuri koridor itu dengan langkah yang terburu-buru, membuat mereka semua saling lirik penuh arti. Ketika dirasa sosok itu sudah berada jauh di luar jangkauan pendengaran, mereka baru berani untuk mulai berdiskusi soal apa yang tengah mereka pikirkan.

"Kayaknya emang beneran ya?" gumam Simon.

"Kayaknya sih gitu, koh" sahut Tommy.

"Tapi kenapa ya? Kok tiba-tiba banget" timpal Sony, sambil mengernyitkan dahi.

"Kalo yang saya denger sih mas katanya gara-gara dia udah ngajuin Febe buat berangkat ke All England, tapi nggak tau kenapa Febe malah nggak diberangkatin. Akhirnya dia jadi kecewa sama pengurus" ujar Simon.


Mereka bertiga kembali menoleh ke arah mana tadi Marleve Mainaky melangkah pergi, setelah mereka melihat pelatih tunggal puteri tersebut keluar dari ruangan pengurus dengan terburu-buru. Sejak beberapa waktu lalu, terutama semenjak susunan pemain yang akan dikirim ke All England telah dirilis, sudah santer terdengar desas-desus bahwa Marleve hendak mundur dari pelatnas Cipayung. Sebagian tak percaya pada kabar itu, sebagian lagi mempercayai kabar itu dan menyayangkan keputusan Marleve. Awalnya Marleve sendiri selalu mengelak jika ada anak didiknya bertanya soal kabar itu, menepisnya dengan santai. Namun, makin hari makin terlihat jelas bahwa memang ada yang tak beres antara Marleve dengan pihak pengurus. Puncaknya adalah hari ini, ketika mereka melihat Marleve masuk ke ruang pengurus dengan membawa beberapa berkas dan setelah agak lama baru keluar lagi dan langsung pergi begitu saja dengan sangat terburu-buru. Seakan-akan menghindari bertemu siapa pun.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang