173 - Rotten (Part 2)

186 23 48
                                    

[2011]


Ia merasa luar biasa muak dengan segala kekonyolan yang terjadi di practice hall maupun di asrama putra. Kesabarannya sudah habis.


Maka ia pun segera melangkah dengan menggebu-gebu menghampiri kamar yang terletak paling pojok itu, di mana suara musik terdengar menggema dengan kencang dari dalam kamar itu.

Tanpa ragu sedikitpun, Ahsan memilih menggedor pintu kamar itu sambil berseru keras.

"Woy!!! Matiin musiknya! Ini jam orang-orang pada tidur! Lo kalo mau tinggal di asrama sini tau aturan dong! Nggak sopan banget jadi orang!!!" seru Ahsan lantang sambil menggedor-gedor pintu kamar itu dengan sepenuh tenaga.

Si pemilik kamar sama sekali tak merespon apa lagi membuka pintu itu. Ahsan yang sudah tak tahan lagi dengan semua kekonyolan ini akhirnya memilih untuk menendang pintu kamar itu sekuat yang ia bisa. Hingga akhirnya si pemilik kamar langsung merespon apa yang baru saja ia lakukan. Terdengar suara kunci yang diputar dengan cepat dan juga selot kamar yang digeser terbuka.


Mata cokelatnya langsung bisa menangkap ekspresi wajah yang terlihat sangat tidak suka dengan apa yang baru saja terjadi pada pintu kamarnya.


"Apa-apaan lo?" tanya laki-laki itu dengan ekspresi yang menyiratkan bahwa ia tak terima dengan apa yang baru saja Ahsan lakukan pada pintu kamarnya.

"Lo yang apa-apaan??? Ini udah jam berapa? Matiin itu musik lo! Ganggu banget tau nggak! Kita semua jadi nggak bisa tidur!" balas Ahsan dengan nada kesal.

"Apa hak lo ngatur-ngatur gw???" balas laki-laki itu sambil merengsek maju, berusaha mengintimidasi Ahsan.

"Hak gw? Jelas gw punya hak di sini buat negur lo! Gw emang tinggal di sini, bukan kayak lo yang jadi penumpang gelap di sini!" sahut Ahsan sambil merengsek maju juga, menunjukkan pada laki-laki itu bahwa ia sama sekali tak merasa terintimidasi.

"Jaga mulut lo ya! Jangan sok ngatur-ngatur gw! Lo nggak tau bokap gw siapa hah?!" seru laki-laki itu sambil mendorong Ahsan.

"Gw tau siapa bokap lo dan gw nggak takut! Di sini yang salah itu lo! Bukan gw!" seru Ahsan sambil balas mendorong laki-laki itu.

"Kurang ajar lo! Berani-beraninya songong sama gw!" seru laki-laki itu lagi sambil mengayun tinjunya, hendak memukul Ahsan. Namun Simon yang bereaksi dengan cepat langsung menarik Ahsan ke kanan secara mendadak, membuat pukulan itu tak berhasil mengenai wajah Ahsan.


Membuat laki-laki itu agak terhuyung karena gagal mengenai Ahsan.


Pada saat yang sama baik Ahsan maupun laki-laki itu sama-sama hendak menyambar satu sama lain, hendak melepaskan pukulan ke wajah satu sama lain. Namun beberapa penghuni asrama putra yang sejak tadi sudah berada di luar pintu kamar sudah keburu melerai mereka berdua. Memisahkan mereka.

"Lepasin! Jangan tahan gw! Gw muak sama tingkah nggak tau diri ini orang!" seru Ahsan, sambil berusaha melepaskan diri dari Simon yang memegangi dirinya dari belakang.

"Lepasin gw! Gw mau kasih pelajaran orang songong ini, biar dia tau siapa yang punya kuasa di sini! Biar dia tau siapa bokap gw!" berontak laki-laki itu, namun teman sekamarnya yang tak dikenal itu memilih untuk tetap menahan laki-laki itu.

"Gw nggak takut sama lo ataupun bokap lo! Pergi lo dari sini! Lo bukan atlet dan lo nggak punya hak buat tinggal di sini apa lagi sampe ngatur-ngatur gw dan temen-temen gw! Brengsek lo!" teriak Ahsan, membuat Simon langsung membekap mulut Ahsan dengan tangannya.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang