"Wi, tolong kamu temenin Ahsan mulai malem ini ya. Sekalipun kamu cuma bisa diem sambil duduk di sampingnya dia, nggak apa-apa. Pokoknya yang terpenting dia tau kalo masih ada temen yang peduli sama dia. Kalo kamu udah nyari ke semua tempat dan Ahsan masih nggak ketemu juga, coba kamu cek di menara air. Saya minta tolong ya, Wi. Tolong bantu temenin Ahsan. Dan yang paling penting Ahsan nggak perlu tau ini semua saya yang minta"
Saya minta tolong ya, Wi.
Tontowi memandangi punggung laki-laki yang tengah terduduk sambil menangis itu, dari balik torrent air. Ia bisa mendengar denagn jelas suara isak tangis laki-laki itu, yang terdengar luar biasa sedih.
Tontowi semakin bersandar di balik torrent air itu, sambil merenung.
Sepeduli itukah, koh?
Sesaat, ia melirik lagi ke arah laki-laki itu, yang kini isakannya mulai mereda.
Tapi kenapa. . .
Ahsan masih menenggelamkan kepalanya pada lututnya. Napasnya masih belum teratur, meskipun ia sudah tak menangis lagi. Hatinya masih terasa tak karuan. Ia tak tahu ia sudah berapa lama ada di atas sini. Ia tak peduli. Bahkan ia tak peduli jika memang harus disini sepanjang malam. Ia benar-benar sudah tak peduli apapun malam ini.
Pada saat yang sama, ia bisa merasakan sentuhan tangan di bahu kirinya.
Membuat dirinya sedikit terperanjat.
"San" ujar Tontowi pelan.
Ia bisa melihat temannya itu terperanjat ketika tangannya menyentuh bahunya perlahan. Wajar sih, karena pasti ia sama sekali tak menyangka akan ada yang datang kesini untuk menyusulnya. Bahkan tadi dirinya sendiri sama sekali tak teringat tempat ini akan menjadi salah satu tujuan Ahsan, kalau saja bukan karena Hendra yang membuat dirinya teringat lagi pada apa yang ia lihat ketika malam tahun baru waktu itu.
Ketika ia melihat siluet Ahsan dan Hendra yang tengah duduk berdua di tepi menara air.
Namun laki-laki itu tak langsung merespon panggilannya.
Tontowi pun akhirnya memilih untuk duduk di samping Ahsan, yang masih menyembunyikan wajahnya.
"Lo ngapain sendirian disini, San? Udah makin malem, ntar masuk angin loh" ujar Tontowi.
Tapi Ahsan tetap tak bersuara. Membuat Tontowi menghela napas pelan.
"Balik yuk. Malem ini lo tidur di kamar gw gih. Gw nanti tidur di kamar lo. Biar kalian sama-sama tenang dulu" ujar Tontowi lagi.
"Nggak usah, Wi" gumam Ahsan pelan. Tontowi bisa mendengar suara Ahsan yang agak bergetar.
"Nggak apa-apa. Gw nggak masalah juga kok kalo harus tidur di kamar lo" sahut Tontowi.
Ahsan kembali diam, membuat Tontowi memilih untuk melakukan sesuatu.
"Yuk, San kita balik sekarang. Ayo!" ujar Tontowi, sambil bangkit dan menarik pelan lengan Ahsan. Berusaha membuat temannya itu mau bangkit juga dan mengikutinya.
Awalnya Ahsan masih bersikeras tak bergerak dari posisinya yang seperti itu. Hingga akhirnya setelah beberapa menit Tontowi tetap menarik-narik lengannya seperti itu, Ahsan pun menyerah.
"Iya" balas Ahsan pelan.
Tontowi bisa melihat Ahsan nampak berusaha menyeka matanya dengan lengan kaosnya, membuat Tontowi memilih untuk memunggungi Ahsan. Memberinya sedikit privasi untuk menghilangkan jejak air mata di wajahnya.
Setelah beberapa saat ia bisa mendengar suara gesekan yang menandakan bahwa Ahsan baru saja bangkit dari duduknya. Tontowi pun memilih untuk melangkah duluan, sambil mendengarkan apa ada suara langkah yang mengikutinya dari belakang atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...