"Saya nggak kesel atau apa. Tapi saya cuma pengen kamu tuh ngerti San, kamu sama Bona cuma kurang di jam terbang aja. Semakin bertambahnya waktu, kamu sama Bona juga bisa sehebat kami berdua. Inget, San. . .kamu sama Bona baru. . ." belum sempat Hendra melanjutkan, Ahsan sudah lebih dulu memotongnya.
"Tahun ini udah tahun ke 4 saya barengan sama Bona, koh. Udah, koh. Bukan baru. Waktu koko sama bang Kido ngejalanin tahun ke 4 kalian sebagai partner, kalian bisa bawa pulang medali perunggu Asian Games berdua kan?" ujar Ahsan to the point.
Hendra terdiam. Ia tak merespon kata-kata Ahsan meskipun ia tahu apa jawabannya.
"Tuh, bahkan di sini dibilang kalo di akhir tahun ke 4 kalian sebagai partner koko sama bang Kido sukses membuat posisi kalian ada di ranking 4 dunia karena berhasil bawa pulang medali perunggu Asian Games berdua" ujar Ahsan, sambil menoleh ke arah Hendra setelah barusan ia mencari tahu di internet perihal ranking seniornya itu di akhir tahun 2006.
"San, jangan suka bandingin sama hasil saya dan Kido. Toh kamu juga sekarang ranking 6 dunia kan. Hampir sama kok" ujar Hendra.
"Masih di ranking 7 koh. Koko sama bang Kido yang ada di ranking 6" koreksi Ahsan.
"Iya, tapi saya sama Kido nggak jadi ikut BWC. Jadi sehabis ini ranking kamu naik" lanjut Hendra.
"Tetep aja beda, koh. Beda. Saya dapet perunggu Asian Games bukan sama partner saya sendiri" ujar Ahsan lagi.
"Tapi yang penting kamu udah dapet loh, San. Kamu jangan ngomong kayak gitu, walau bagaimanapun kamu tetep harus bersyukur San karena udah dapet medali Asian Games" ujar Hendra, berusaha menegur Ahsan baik-baik.
"Lagi pula, gimana coba perasaannya Bona kalo dia denger kamu ngomong gitu?" lanjut Hendra lagi dengan suara yang dipelankan, sambil melirik melalui spion tengah. Untungnya Bona masih tertidur dengan sangat lelap di jok belakang.
Ahsan yang awalnya hendak berbicara lagi, akhirnya memilih langsung menelan kata-katanya kembali. Namun dengan kedua alis yang menukik cukup tajam. Masih belum puas karena merasa masih ingin mendebat Hendra.
Hendra melirik sekilas ke arah Ahsan, ia bisa melihat alis anak itu menukik tajam dan lengannya masih dilipat di depan dada. Membuatnya menggelengkan kepala sesaat.
Masih sekesel itu ya?
"San, saya minta maaf kalo saya malah bikin kamu kesel. Saya sama sekali nggak bermaksud seperti itu. Oke, kalo misalnya emang kamu maunya bandingin semuanya sama pencapaian saya dan Kido. Saya sama Kido baru berhasil jadi Juara Dunia di tahun ke 5 kami. Jadi, kalo tahun ini kamu sukses jadi Juara Dunia, kamu tetep lebih hebat dari saya sama Kido" ujar Hendra, berusaha menentramkan hati anak itu.
"Iya, dan di tahun ke 6 koko sama bang Kido dapet medali emas Olympic. Tetep aja kalo pun misal tahun ini saya berhasil dapet gelar Juara Dunia, tapi tahun depannya saya nggak dapet medali Olympic. . .saya masih ketinggalan jauh dari koko sama bang Kido" sahut Ahsan.
Hendra tak langsung menanggapi omongan juniornya itu. Ia memilih untuk melambatkan laju mobilnya, hingga akhirnya ia pun menepikan mobil itu di tepi jalan.
"Kok malah berenti di sini koh?" tanya Ahsan bingung.
Hendra menarik rem tangannya, kemudian segera menoleh ke arah Ahsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...