174 - Rotten (Part 3)

159 23 28
                                    


[2011]


Harusnya dari awal ia langsung sadar siapa yang dimaksud sebagai "pihak lain".


Mata cokelatnya bisa melihat dengan jelas ekspresi serius yang terpampang nyata di wajah Taufik, Alvent, Age, Hendra serta Kido. Kini mereka semua tengah kumpul bersama di sebuah restoran dibilangan Jakarta Pusat. Atau lebih tepatnya dikumpulkan, batinnya. Karena ini semua adalah rencana Simon, yang tiba-tiba saja memberitahu dirinya dan beberapa anak asrama putra untuk ikut berkumpul di tempat ini di hari minggu sore.

"Oke, buat lebih memperjelas semuanya. . .jadi kalian mau gw dan yang lain buat melakukan protes soal apa?" tanya Taufik.

"Ya itu bang, kayak apa yang udah saya sempet bahas sekilas di sms kemaren ini. Utamanya sih soal si anak yang nggak tau diri itu. Abang bareng senior dan temen-temen yang lain yang udah jadi pemain independen mungkin bisa coba buat menyuarakan protes ke pengurus soal hal ini. Jujur saya sama yang lain udah keganggu banget sama tingkah anak itu. Masalahnya dia bukan cuma bikin ulah di asrama dengan bertingkah seenaknya, tapi dia juga sampe dibolehin ikut latihan sama kita. Kan ganggu banget bang. Kita semua latihan kan nggak main-main. Kita latihan ya buat persiapan tanding. Sementara anak itu punya kepentingan apa di pelatnas? Nggak ada" jawab Simon panjang lebar.

"Iya bang, kemaren ini si Ahsan malah kena omel sama pengurus gara-gara ngasih tau itu anak pas dia berulah malem-malem. Muter musik kenceng banget sampe kedengeran ke kamar yang lain" timpal Bona, membuat kelima senior itu langsung menoleh ke arah Ahsan.

"Kamu diomelin sama pengurus, San?" tanya Hendra, dengan dahi yang sedikit berkernyit.

"Iya, koh. Saya dipanggil pas sebelum mulai latihan sama koh Herry dan koh Chris. Sampe ruangan pengurus saya langsung dibentak-bentak sama 3 pengurus itu. Kayaknya pelatih pun nggak bisa berbuat banyak soal masalah anak itu. Mungkin emang harus para senior dan mungkin minta tolong sama para legend buat turun tangan ngajuin protes ke pengurus" jawab Ahsan.

"Soalnya saya sendiri pun emang pernah liat sebelum itu anak mulai nginep di pelatnas dan tiba-tiba ikut-ikutan latihan sama kita-kita, dia duduk di meja yang sama barengan sama ketiga pengurus itu yang keliatannya lagi ngobrol serius banget sama koh Chris di kantin asrama. Waktu itu saya liat dari bahasa tubuh koh Chris pun kayak nggak nyaman selama pembicaraan itu berlangsung. Mungkin koh Chris ditekan sama mereka bertiga kali ya?" timpal Tontowi, tiba-tiba merasa semua yang ia lihat waktu itu jadi semakin masuk akal sekarang ini.


Taufik mengubah posisi duduknya, ia memilih menopang dagu dengan telapak tangan kirinya sementara jemari tangan kanannya mulai mengetuk-ngetuk pelan meja itu. Kedua alisnya mulai tertaut.


"Selain itu juga kak Marleve sama ci Sarwendah mendadak keluar begitu aja kemaren ini. Kalo kak Marleve sendiri kan katanya karena dia kesel gara-gara Febe nggak dikirim ke All England, padahal dia udah ngajuin ke pengurus. Kalo ci Sarwendah katanya karena dia tiba-tiba aja disuruh ngelatih tentara buat main badminton, padahal kan ya itu nggak ada di kontrak kerjanya dia. Nggak masuk akal aja" ujar Simon.

"Lagi pula kata anak-anak cewek juga ci Sarwendah cuma dikasih jatah ngedrilling anak-anak aja sama sekedar nemenin mereka pas latihan. Jadinya semacem kepelatihan sektor tunggal tuh dikuasain banget sama si pelatih satu itu" sambung Tommy.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang