31 - Dear A (Part 1)

532 53 89
                                    

Senyumanmu selembut matahari pagi

- Dear A



Ahsan mengernyitkan dahinya, sambil memandang potongan kertas karton yang diberi pita putih itu beserta sebungkus Beng-Beng, tempat dimana si kertas karton berpita itu ditempelkan.


Ini apaan sih?


"Ciee, San"

Ahsan terperanjat, segera ia masukkan kembali Beng-Beng dan potongan karton itu ke dalam tasnya. Kemudian ia menoleh ke belakang, ke arah Bona yang terlihat sedang tersenyum jahil ke arahnya.

"Kayaknya ada yang punya pacar nih" goda Bona.

"Apaan sih? Pacar darimana coba? Dari Hongkong?" balas Ahsan, sambil meraih raketnya.

"Dari Hongkong? Buset San, cakep bener. Kenalin lah ke gw" ujar Bona asal, sambil menyikut-nyikut lengan Ahsan.

"Apaan sih, nggak jelas lo. Udah, ayok buruan mulai lagi" ujar Ahsan sambil berlari kembali ke lapangan.

"Yaelah, gitu aja ngambek" balas Bona, sambil membawa raketnya dan mengikuti Ahsan.

@@@


Ahsan baru saja hendak mengambil handuknya, ketika ia melihat ada sebotol minuman dingin diletakkan di samping tasnya. Tapi yang menarik perhatiannya bukan minumannya. Melainkan, tag karton dengan pita putih lagi.

Ahsan melepas ikatan pita putih itu dari leher botol itu, kemudian ia langsung membaca kata-kata yang tertulis di tag karton itu.


You're the best when you're trying hard like that

- Dear A


Ahsan kembali mengernyitkan dahinya, kemudian segera mengangkat wajahnya sambil menoleh-noleh ke sekitarnya. Tapi tidak ada orang lain selain dirinya di sekitar situ.

"Tapi lumayan deh" gumam Ahsan, mengambil minuman dingin itu dan langsung meneguknya.



Selama beberapa waktu, Ahsan masih terus menerima "kejutan-kejutan kecil" itu. Entah itu berupa sebungkus Beng-Beng, minuman dingin, coklat, dan bahkan sebungkus cemilan. Selalu disertai dengan sepotong kecil karton yang diberi pita putih dan diikatkan atau ditempelkan pada item yang ia terima. Meski memang misterius, tapi Ahsan tidak terlalu ambil pusing. Toh, bukan hal yang berbahaya ataupun hal yang bisa menyulitkan hidupnya kok, pikirnya.

"Bang Ahsan, ada paket nih"

Ahsan menoleh ke arah kanan, ke arah Debby yang tengah melangkah mendekat kepadanya, dari arah pintu masuk hall latihan itu.

"Dari siapa?" tanya Ahsan, sambil mengernyitkan dahi. Karena seingatnya, dari kemarin keluarganya tidak ada yang memberi tahunya bahwa mereka akan mengirimkan sebuah paket untuknya.

"Nggak tau bang, nggak ada nama pengirimnya" ujar Debby, sambil menyerahkan paket milik Ahsan. Ia bisa melihat tangan Debby yang satunya juga tengah memegang sebuah paket.

"Abis dapet kiriman lagi dari orang rumah, Deb?" tanya Ahsan lagi, sambil menunjuk paket yang ada di tangan Debby.

"Iya bang, katanya mama abis masak banyak banget. Makanya aku dikirimin paket lagi. Padahal belum lama juga" jawab Debby, sambil menggelengkan kepala heran.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang