108 - Hope (Part 1)

366 34 73
                                    

Ia baru saja menyelesaikan latihan lari dan agilitynya, ketika mendadak saja ia mendengar suara beberapa orang sekaligus dari arah belakangnya.


"Eh, lihat tuh! Ada bang Ahsan!"

"Bang Ahsan!"


Ahsan segera menghentikan latihannya dan langsung berbalik ke arah belakang, ia bisa melihat gerombolan anak-anak yang usianya kisaran 9 sampai 12 tahun tengah berlari kecil ke arahnya. Ahsan langsung tersenyum, ketika ia langsung menyadari bahwa anak-anak itu adalah anak-anak yang tinggal di lingkungan sekitar rumahnya. Dan ia paham kenapa anak-anak itu langsung menghampirinya.

"Bang Ahsan baru pulang hari ini?" tanya beberapa anak.

"Nggak kok, abang udah di rumah dari 2 hari lalu. Kalian mau latihan?" tanya Ahsan, saat melihat raket yang dibawa oleh anak-anak itu.

"Kita mau main di lapangan sini kayak biasa bang. Eh taunya ada abang. Bang, latih kita dong bang" pinta salah satu anak, yang langsung disusul dengan permintaan yang sama oleh teman-temannya.

Ahsan langsung mengangguk, membuat mereka semua langsung bersorak senang karena Ahsan mengabulkan permintaan mereka.



Dihampiri oleh anak-anak di sekitaran lingkungan rumahnya bukanlah hal baru bagi Ahsan. Sejak orang-orang di lingkungan rumahnya tahu Ahsan berhasil masuk pelatnas Cipayung, tiap kali Ahsan sedang pulang ke Palembang, pasti selalu saja ada anak-anak tetangganya yang akan menghampirinya saat dirinya tengah latihan di lapangan terdekat untuk diminta mengajari mereka. Ahsan senang-senang saja melakukannya, karena meskipun memang anak-anak ini bermain bulu tangkis hanya untuk iseng-iseng saja, tapi ia selalu merasa bahagia saat melihat anak-anak itu tampak sangat ceria sekali saat ia latih dan berhasil menguasai dengan benar satu teknik dasar yang diajarkan olehnya. Lagi pula siapa yang tahu kan, dengan awalnya mereka bermain bulu tangkis hanya untuk iseng-iseng, mungkin suatu saat salah satu dari mereka ada yang benar-benar tertarik untuk bermain bulu tangkis dengan serius. Siapa tahu dengan berawal hanya sekedar iseng berlatih dengannya bersama teman-temannya, hal itu bisa memunculkan kecintaan mereka kepada bulu tangkis dan membuat mereka terinspirasi menjadi atlet bulu tangkis juga. Siapa yang tahu salah satu dari anak-anak itu mungkin akan menjadi seperti dirinya, menjadi wakil bagi kota kelahirannya untuk menjadi atlet bulu tangkis berikutnya.

Mereka asik berlatih seperti itu sekitar 2 jam lamanya. Hingga tahu-tahu langit sudah berubah warna menjadi kekuningan, menandakan matahari tak lama lagi akan tenggelam. Ahsan pun akhirnya menyudahi latihan itu dan menyuruh anak-anak itu untuk segera pulang ke rumah masing-masing. Anak-anak itu pun segera mengucapkan terima kasih kepadanya dan pamit pada dirinya, setelahnya mereka semua segera berlari pulang menuju rumah masing-masing. Ahsan hanya bisa mendengus geli melihat anak-anak itu berlarian, ia menggelengkan kepala sesaat kemudian segera memasukkan raketnya sendiri ke dalam tas raket miliknya. Ia pun segera melangkah pulang menuju rumahnya, sambil menebak-nebak kira-kira malam ini ibunya akan memasak makanan apa untuknya.



"Habis dari mana, nak? Kok pulangnya mepet waktu maghrib begini?"

Ahsan segera menghentikan jemarinya yang tengah melepas ikatan tali sepatunya sambil menoleh ke arah pintu, ia bisa melihat ibunya yang baru saja muncul di pintu depan.

"Iya bu, tadi biasa. . .anak-anak sini minta diajarin dulu pas Ahsan lagi latihan di lapangan. Karena latihannya seru banget, Ahsan baru sadar kalo udah jam segini" ujarnya, sambil nyengir.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang