03 - Play

624 56 49
                                    

[German Open 2008]

"Sukses ya, San"

Ahsan merasakan ada yang mengacak-ngacak rambutnya. Ia berusaha melepaskan tangan itu dari puncak kepalanya, kemudian langsung menoleh ke belakang, ke arah Hendra yang tersenyum jahil sekilas.

"Iya, makasih koh. Tapi ga ngacak-ngacak rambut saya bisa kali" balas Ahsan, sambil mencoba merapikan rambutnya yang tadi jadi sasaran tangannya Hendra.

"Nggak saya acak-acak juga rambut kamu kan emang berantakan mulu" balas Hendra, disusul senyuman yang tersungging di bibirnya karena melihat rambut jabrik itu masih agak berantakan.

"Itu bukan berantakan, koh. Itu namanya style. Style" sahut Ahsan, membela diri, masih mencoba merapikan kembali rambut jabriknya.

Ahsan membuka matanya. Terlihat langit-langit kamar hotel yang berwarna beige membentang di atasnya. Ia menghela napas pelan, sambil mengusap wajahnya.

"Kok malah mimpiin yang kemarin ya?"

Ia menurunkan tangannya, kembali menghela napas, lalu memilih untuk segera turun dari kasur dan bersiap-siap. Sebelum teman-temannya berdatangan untuk menjemputnya dari kamar.

Fokus.

Ia melirik partnernya, yang tengah berdiri di sampingnya. Bona nampak tengah melompat-lompat kecil di tempat, Ahsan tahu itu taktik partnernya untuk meredakan nervous.

And from Indonesia, Mohammad Ahsan and Bona Septano

Ahsan dan Bona segera melangkah menuju lapangan. Mereka segera mengeluarkan raket mereka, melakukan pemanasan, kemudian semuanya bersiap di posisi masing-masing. Permainan akan segera dimulai.

Mata lebar Ahsan menatap tajam ke arah net.

Sukses ya, San.

@@@


Telinganya menangkap suara langkah yang berhenti di belakangnya. Namun ia tetap tak bergeming, matanya masih menatap dengan kosong ke arah depan. Selama beberapa saat hening masih menguasai dirinya. Hingga mendadak saja ia merasakan benda dingin menempel di lehernya.

"Apaan sih?" keluhnya, sambil beringsut ke kanan.

Matanya menangkap sosok tersangka yang menempelkan kaleng minuman dingin ke lehernya, yang tak lain dan tak bukan adalah Hendra.

"Iseng banget sih, koh!!!" serunya kesal, sambil menepis tangan seniornya itu.

"Lagian cemberut mulu. Cepet tua loh" balas Hendra.

"Ya kalau saya cepet tua, koh Hendra jauh lebih cepet tua dari saya lah!" sahut Ahsan, sebal.

"Enak aja. Mana pernah saya cemberut. Emangnya kamu" ujar Hendra.

"Tauk ah, terserah koh Hen aja. Jauh-jauh dari sini kalau cuma mau bikin kesel orang lain. Saya lagi ga mood diganggu" balas Ahsan ketus.

"Galak amat sih, San. Padahal saya cuma mau ngasih minum loh" timpal Hendra, sambil tetap menyodorkan kaleng minuman itu di depan wajah Ahsan.

Tapi Ahsan, yang masih sebal, memilih menyingkirkan tangan yang memegang kaleng minuman itu.

Hendra menghela napas pelan, lalu memilih meletakkan kaleng minuman itu di depan kaki Ahsan yang tengah bersila. Kemudian ia membuka kaleng minumannya sendiri, dan meneguknya.

Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang