*Content warning: Apa yang ditulis di chapter ini hanyalah 100% fiksi dan sepenuhnya imajinasi penulis. Harap dibaca dengan pikiran yang terbuka. Jika tidak menyukai tulisan ini, bisa langsung skip ke chapter selanjutnya*
===================================================
[Malam harinya]
To: Ahsan
San, kamu sama temen-temen mau ke rumah koh Alvent nggak?
Kalo mau, saya jemput sekarang
Pesan itu sudah ia kirimkan sejak tadi sore. Tapi bahkan setelah sekian jam berlalu, pesan itu tidak dibalas juga oleh Ahsan. Ia baru saja mencoba menelepon nomor Ahsan, tapi handphonenya tidak aktif juga. Sesaat, ia merasa sedikit heran. Karena ini hari libur, sepertinya tidak ada alasan kuat bagi Ahsan untuk menonaktifkan handphonenya ketika seharian itu mereka tidak ada latihan sama sekali. Hendra merasa ini sedikit aneh dan di luar kebiasaan Ahsan yang ia tahu.
"Eh iya, itu si Ahsan sekarang udah berubah ya" ujar Luluk tiba-tiba.
Otomatis Alvent dan Hendra langsung menoleh ke arahnya.
"Berubah gimana mas?" tanya Hendra segera.
"Iya, sekarang dia ikut pergaulan yang kayak gitu" jawab Luluk.
"Kayak gitu?" ulang Alvent, sedikit bingung.
"Clubbing" ujar Luluk dengan senyuman penuh arti.
Sementara Alvent hanya menggumam paham, ekspresi Hendra berubah menjadi sedikit terkejut.
"Masa sih mas? Mas tau dari mana?" tanya Hendra, tak percaya.
"Saya dapet info dari beberapa orang, Hen. Dari beberapa waktu lalu tuh Ahsan mulai ikut pergi ke tempat kayak gitu. Bukan cuma Ahsan aja sih, tapi sama Bona dan Owi juga. Mereka udah beberapa kali pergi bareng Taufik. Kamu tau kan Taufik suka pergi kemana?" ujar Luluk. Hendra mengangguk pelan.
"Nah, bahkan turnamen terakhir kali yang di Samarinda, saya juga sempet liat mereka berempat pergi bareng lagi. Dan kata temen saya waktu itu dia ngeliat Taufik di tempat kayak gitu sama 3 anak itu" lanjut Luluk.
Hendra langsung mengernyitkan dahi sambil menatap handphonenya.
Udah beberapa kali pergi bareng Taufik?
"Kenapa Kis?" tanya Alvent, sambil menaruh makanan di atas meja.
"Ini. . .saya dari tadi nyoba hubungin Ahsan buat nanyain dia sama yang lain mau kesini apa nggak, tapi nggak dibales-bales. Saya coba telfon juga hapenya nggak aktif ternyata" ujar Hendra.
Hendra bisa melihat Luluk dan Alvent saling pandang.
"Coba hubungin Bona sama Owi juga deh" ujar Alvent.
Hendra langsung menuruti apa yang seniornya usulkan. Ternyata hasilnya pun sama. Chat dan pesan tidak dibalas, ketika ditelepon handphone keduanya juga tidak aktif.
"Nggak aktif juga koh" ujar Hendra sambil menurunkan handphonenya dari telinganya.
"Tuh, bener kan" sahut Alvent dengan segera.
Hendra kembali menoleh ke arah seniornya itu, yang terlihat menggelengkan kepala sesaat.
"Kayaknya emang bener deh mereka lagi pergi sama Taufik. Kemaren ini juga sebenernya saya ngeliat mereka pergi bareng" ujar Alvent lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot [Prequel dari Way Back (Into Love)]
Fanfiction"Mungkinkah takdir yang membuat jalan kita saling bersimpangan?". Cerita tentang mereka yang berusaha mengejar mimpi dari pelatnas Cipayung. Tentang impian, harapan, persahabatan dan juga cinta. [Prequel dari "Way Back (Into Love)"]. P.S: Sl...