👥️️⚠️🔞
Tubuhnya terasa panas membara seperti lava gunung berapi. Satu yang bisa menyelamatkannya hanya pria di depan matanya saat ini. Win menempel pada kulitnya yang dingin, keputusasaannya untuk bertahan hidup meninggalkannya tanpa pilihan lain selain menyerahkan dirinya. The pain is real!
After the pain ended, pleasure began to fly, like fireworks exploding inside his mind, making him feel as though he was in the middle of a sea of fire.
Drifting in and out, there was no escape.
Hey, bangun...ACnya dingin di sini. Jangan tidur, kamu bisa masuk angin-"
Suara dan tepukan di pundaknya membangunkan Win. Matanya terbuka dan Win melihat di depannya sudah berdiri seorang perawat. Win merasa malu dan wajahnya memerah. Matanya berusaha menghindari tatapan perawat itu.
Damn, itu sudah lama terjadi. Flashes of that night when he had gotten drunk and fooled around with Kak Joss would often appear in his dreams.
Karena Win terlalu banyak mengkomsumsi alkohol, dia tidak mengingat banyak kejadian pada malam itu. Dia bingung bagaimana dia bersikap saat bertemu Kak Joss nanti.
Melihat Win sudah sepenuhnya bangun, perawat itu memberikannya kertas hasil pemeriksaan medisnya. " Win, kamu lupa membawa buku laporan kehamilanmu! Dr. Alice mungkin akan memintamu kembali lagi ke sini minggu depan jika kamu meninggalkannya di sini."
Win menerima buku laporannya dengan tersenyum manis dan menyimpannya ke dalam tasnya.
"Thank you, Sis Mei. Jangan terlalu baik padaku, karena aku mungkin bisa saja merebutmu dari Dr. Alice." Win berkata pada sang perawat sambil mencubit gemas pipi chubby Sis Mei (begitulah dia memanggilnya).
"Win pamit ya, sampai ketemu lagi Sis Mei!"
Win berjalan cepat sambil melambaikan tangannya pada Mei. Sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu, masih sempat didengarnya suara Mei : "Hati-hati saat menyeberang! Jaga kesehatan! Dan jangan lari Bunbun!"
Kak Joss akan pulang hari ini. Dia mengambil S2 bisnis di luar Thailand. Ketika Win teringat bahwa malam ini akan bertemu dengan Joss, dia tiba-tiba merasa gugup. Bagaimana dia harus bersikap? Apa yang harus dia katakan terlebih dahulu?
Karena Kak Joss tinggal di luar negeri selama menyelesaikan studinya, Win susah menghubunginya sampai anak di kandungannya sudah berusia tujuh bulan.
Mengingat shock yang diterima Kak Joss saat mengetahui kehamilannya, Win semakin tegang. Mungkin akibat hormon kehamilan yang membuat dirinya lebih sensitif dan gelisah? Win merasa Joss tidak seantusias dirinya tentang kehamilan ini.
Dr. Alice meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, saat kehamilan pertama, lelaki memang cenderung terlihat berbeda dan berada pada fase denial.
Namun, masalah pernikahan, Win tidak mungkin mengungkitnya lebih dulu kan?Saat meninggalkan rumah sakit, langit terlihat sangat cerah dan matahari bersinar dengan terik.
Dengan satu tangan menopang perut buncitnya, Win sudah akan memanggil taxi untuk pulang, ketika tiba-tiba sebuah mobil sport merah melaju kencang ke arahnya. Jantung Win berdetak kencang dan dia mundur ke belakang. Bunyi rem yang berdecit memekakkan telinganya saat mobil sport itu berhenti, persis di depannya, hanya berjarak beberapa centimeter.
Win takut sekali, jantungnya seolah berhenti berdetak, dan dia hampir tidak bisa berdiri tegak.
Pintu mobil terbuka kemudian keluarlah seorang pria muda memakai kemeja tipis dengan kancingnya terbuka sengaja memamerkan dadanya.
"Luke, are you crazy?"
Luke tertawa terbahak-bahak sambil melihat sinis ke arah Win. Berjalan dengan pongah ke arah Win dan berdiri tepat di hadapan Win. Menatap arogan ke arah perut Win dan berkata : "What? Apa kamu takut aku akan menabrakmu dan membunuh anak haram dalam perutmu?"
Win menaruh tangannya di atas perut besarnya berusaha melindungi anak dalam kandungannya dan mundur beberapa langkah.
"Luke Plowden, don't cross the line!"
Win selalu tahu jika Luke membencinya, tapi Win tidak pernah menyangka Luke bisa mengucapkan kata-kata beracun seperti itu.
"I cross the line? I should say you crossed the line! Getting drunk and then getting pregnant with a stranger's child. Dan kamu masih minta Kak Joss untuk mengaku sebagai ayah dari anakmu. Ckckck.... Metawin Plowden, apa kau masih punya muka?"
Win seolah membeku dan dengan lirih bertanya, "What did you say?"
Luke tertawa terbahak-bahak. "You, do you really believe the person you slept with that night was Kak Joss? Kamu selalu bilang bahwa kalian tumbuh bersama, kalian teman masa kecil, dan kamu bahkan tidak mengenali bentuk tubuhnya?"
Wajah Win yang putih semakin putih memucat mendengar setiap kata yang diucapkan Luke. Berdiri di tengah teriknya mentari, tapi sekujur tubuhnya terasa dingin seperti es.
That's right, that man on that night.....
He had thought..... mungkin karena pubertas, badan Kak Joss lebih berotot dari yang diingatnya dulu.
Tapi dengan kata-kata Luke, Win tiba-tiba ingat selain badan tinggi kekar, tidak ada hal lain dari pria tersebut yang mirip dengan Kak Joss.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...