Dengan wajah seperti ingin menangis, Win duduk dengan patuh, seperti siswa di dalam kelas.
Bright menyandarkan kepalanya pada satu tangan dan bertanya. “Are you that scared of me?”
Bright saat malam hari lebih bebas daripada Bright di siang hari, dan itu membuatnya lebih berbahaya. Sialan!!!!
Win menggelengkan kepalanya tapi kemudian mengangguk. “You’re a king. Siapa yang tidak takut padamu?”
Bright memutar-mutar air di dalam gelasnya, berkata dengan tenang, “So because other people are afraid of me, kau juga takut padaku? Then, all the other women or men want to marry me, tapi kenapa kamu tidak?”
Pertanyaan Bright mengejutkannya sehingga membuatnya hampir jatuh dari kursi. Win kira, dia sudah berhasil menghindari topik ini, tapi dia terlalu naif. Pertanyaan ini membuatnya seperti ribuan pisau tajam sedang terarah kepadanya. Bagaimana dia harus menjawab ini?
Win mengangkat tangannya yang bergetar. “Before I answer this question, can I ask a question first?”
“Sure.”
“Why me? Is it because Little Sun is reliant on me? Aku pikir itu hanya sementara, tunggu sampai keadaan emosinya stabil, semua akan baik-baik saja. Even if he is always going to be like this, you don’t need to… you don’t need to force yourself..” Win menasihati dan membujuk Bright.
Bright menurunkan gelas dari tangannya, dan menatap mata Win. “Win, I believed that I explained very clearly in the beginning: because you saved Little Sun, I decided that I would repay you with my body.”
This kind of explanation is so weird, it blinds me. Tidak mungkin aku bisa menerima ini, bukan? Win berkata dalam hatinya.
Win rasa dia tidak mungkin bisa berdebat dengan Bright, jadi dia memasang wajah meminta maaf dan berkata, “Mister Bright, I really appreciate your intention, tapi aku bukan orang yang ingin menikah, so…”
Bright mengerutkan keningnya. “So you only want to sleep with me? dan kamu tidak mau menikah denganku?”
“That’s right….cough! No, no, no… I don’t mean it like that!
Mulut sialan!!! Can you not say such horrifying things?? Win sudah siap akan berlutut untuk minta maaf.
“Sungguh sayang, I only accept sexual relationship with marriage sebagai prasyarat”. Bright tersenyum simpul.
“Who would believe that…? Bukankah kau punya anak diluar pernikahan?” Tak sadar kalimat itu terlontar dari mulut Win.
Bright melihat keluar jendela dengan ekspresi linglung. “Little Sun was an accident. Bahkan aku sendiri tidak tahu siapa ibunya.”
Kenapa ini kedengaran buruk?? Win bingung.
“Is it because you mind that I have a son?”
“Impossible!” Seperti yang Bright katakan tadi, if you cut open the brain of every woman or man who lived in the city, you would know they all wanted to be Little Sun’s stepmom / stepdad. How could he mind such a thing!!
“Then why?”
Melihat ekspresi Bright, Win tahu dia tidak akan diperbolehkan pergi sampai dia menjawab pertanyaan Bright. Win mengangkat kepalanya dan menghembuskan nafas lelah.
“Mister Bright, marriage isn't a game. Entah itu untuk membalas budi atau alasan lain, kita seharusnya saling mengenal satu sama lain. Apakah kau tahu bagaimana diriku? Apakah kau tahu masa laluku?”
“The one I want to marry is the present you. Masa lalumu tidak ada hubungannya denganku.” Tentu saja itu akan menjadi jawaban Bright. Jawaban sombong dan tirani.
Ekspresi Win menjadi dingin. “Except to me, my past is a part of me. I can’t cut out that part of me to marry you. Mister Bright, tidak ada gunanya bersama seseorang yang mempunyai prinsip berbeda. I sincerely advise that you take back your ridiculous offer.”
Pernyataan Win diikuti dengan keheningan yang terasa dingin. Tepat saat Win mengira Bright akan marah karena malu, Bright dengan tenang berkata, “I understand.”
Win merasa tenang, dan menjawab, “I’m going to bed then. Good night.”
Balasan “good night” terdengar saat Win beranjak menuju kamarnya. Bright menatap punggung Win yang terlihat rapuh menjauh. Tatapannya tajam dan dalam seperti lautan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...