Little Rio sudah menyiapkan kejutan dan hadiah ulang tahun buat Win dengan hati-hati. Dia sangat menantikannya pada awalnya, kemudian antusiasnya mulai berkurang, lalu mulai panik dan ketakutan ketika tidak bisa menghubungi Win.
Bukankah ini sesuatu yang begitu kejam yang dialaminya?
Memikirkan semua ini, Win merasa hatinya seperti dikoyak sembilu, dan dia memeluk Little Rio sedikit lebih lama dan menolak melepaskannya.
Bright tidak ingin mengganggu mereka berdua, tapi karena masih ada ‘sedikit’ rasa sayang buat adiknya, dia mengingatkan Win, “Metawin, ask Little Rio to call back those robots.”
“Oh oh oh… right…” Barulah Win ingat masih ada pasukan robot di luar sana yang sedang menghancurkan rumah, dan lengan Ren masih menjadi sandera!
Win lalu buru-buru berkata pada Little Rio, “Darling, can you call them back?”
Anak itu mengangguk, lalu menghadap layar, jari-jari kecilnya mulai menari di atas keyboard. Win sangat terpesona dengan keahliannya, dan terkagum-kagum. “Darling, how are you so amazing, Uncle kira kamu hanya bisa menggambar! This is too too too amazing! Beberapa tahun terakhir, aku sudah belajar banyak, dan menjadi gila belajar ini itu, I trying to learn everything and anything, tapi satu hal ini I could never grasp.
What programming, what C language, C++, itu mimpi buruk buatku, but you’re only five years old, and you’re so smooth! You’re a genius!”
Ekspresi Little Rio masih seperti kayu, tapi cahaya di matanya mulai bersinar.
Tapi di dekatnya, Bright tidak bisa lagi mentolerir ini seperti sebelumnya, dan menghela nafas. “Metawin, this is not the right time to praise him.”
“Eh..that’s right!” Win akhirnya ingat dengan kekacauan besar yang sudah dibuat Little Rio.
Tapi Win agak ragu, dia menatap Bright sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Kamu tidak akan membuatku untuk memintanya agar tidak melakukan ini lagi, kan? Dia melakukan semua yang sudah dia janjikan padaku. Dia tidak mogok makan lagi, tidak melemparkan barang-barang apapun lagi. Dan pada akhirnya, dia mengganti metode lain, dan kau bisa melihatnya sekarang hasilnya! Jika aku menyuruhnya untuk tidak melakukan hal ini lagi, what are we going to do if next time, he comes up with something even more advanced?”
Bright terdiam. Benar apa yang dikatakan Win, dengan kemampuan Little Rio, it was very possible.
Win merentangkan tangannya. “I think it’s better that I don’t say anything.” Sebenarnya, Win sedang bersikap egois. Dia tidak mau mengkritik Little Rio tentang apa yang terjadi hari ini. He loved Little Rio too much, and just couldn’t love him enough; bagaimana mungkin dia tega mengatakan sesuatu yang kasar padanya?
Syukurlah, Bright tidak menentangnya dan memaksa Win untuk melakukannya. Basically, di depan Win, prinsipnya become nothing.
Mereka bertiga akhirnya kembali ke rumah utama, menggunakan mobil dengan atap terbuka yang tadi digunakan Win dan Bright.
Saat mereka sampai, Win sangat terkejut melihat semua robot, yang tadinya sudah membuat banyak kekacauan, berbaris rapi dalam dua barisan, one of each side, seperti menyambut kedatangan mereka. It was a pretty grand scene.
Yang merusak suasana itu hanyalah sebuah erangan nyaring di dekat mereka —
“Kakak, kenapa kalian lama sekali! My freaking arm is dislocated!”
“Kamu berteriak nyaring seperti ini hanya karena lenganmu terkilir?” Win menatapnya dengan jijik dan melompat dari mobil. Dia menekan lengan Ren, dan menariknya lalu mengangkatnya dengan suara ‘kaba’.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...