“Tuan Bright….ini…” Pemilik bar berkata putus asa, dia tidak mengerti bagaimana bisa situasinya seperti ini.
Bright menatap dingin ke arah manager bar, yang ekspresinya menunjukkan bahwa dia bersalah, kemudian melihat ada tangga di bawah jendela kecil di langit-langit gudang, tapi cukup besar untuk dilewati anak-anak. Dia seketika bisa menebak apa yang sudah terjadi.
Dia melambaikan tangannya menyuruh semua orang pergi, kemudian berjalan dan langsung mengangkat tubuh Win dan menggendongnya. Dalam pelukannya, aroma lembut dan menyegarkan kembali masuk dalam indra penciumannya.
Melihat ayahnya menggendong Win, Xaverio tidak menghentikannya, tapi dari ekspresi wajahnya menunjukkan ketidakrelaan. Wajahnya seperti mengatakan jika saja aku bukan anak kecil, akulah orang yang mengangkatnya dan bukan daddy.
Keesokan harinya, di Bangkok Nation Hospital.
Hari sudah berganti, saat Win terbangun. Ketika matanya terbuka, dia bisa melihat seorang pria tengah duduk di kursi dekat jendela. Kakinya yang panjang disilangkan dengan santai. Mengenakan setelan pas badan yang disesuaikan dengan bahunya yang lebar dan pinggangnya yang ramping. Kemeja putihnya dikancingkan sampai ke kerah. Bermandikan sinar matahari yang hangat, tapi tubuhnya tampak seperti berselimutkan embun es. Sikapnya yang dingin dan tenang terlihat seperti seorang kaisar di masa lalu.
Pria itu menyadari tatapan observasi dari Win dan dia menatap balik dengan tatapan yang dalam, sedalam lautan. Tatapan dingin seolah menusuk hingga ke tulang-tulang. Tatapan itu terasa mengganggu, seperti pisau bedah operasi yang membedahnya sepotong demi sepotong, membuat tulang-tulangnya bergidik ngilu.
Win memutuskan untuk bergabung dalam kompetisi, tidak mau kalah dengan orang asing ini dan tatapan tidak menyenangkannya. Dia bertanya dengan tidak sabar, “Mister, jika aku boleh bertanya, bagaimana caranya aku bisa berada disini? Ah, apa Anda melihat seorang anak kecil? Kira-kira berumur empat atau lima tahun, tidak suka berbicara, berkulit putih tapi juga menggemaskan?”
Cute…..
Pria itu menautkan alisnya, dahinya berkerut mendengar deskripsi Win, kemudian menoleh ke samping kanan Win, suaranya dingin seperti penampilannya. “Are you talking about Xaverio?”
Win cepat-cepat mengikuti arah pandang pria itu dan melihat si putih kecil lembut—little bun—sedang berbaring, tertidur di ranjang kecil disampingnya. “Right! That’s him! Oh namanya Xaverio?”
Win menghembuskan nafas lega dan menggeser tubuhnya mendekati bocah itu untuk meraba dahinya. Demamnya sudah turun. Win menghembuskan nafas lega.
Tidak lama setelah dia menolong Xaverio, dia mulai merasakan sedikit penyesalan. Dia masih sangat kecil dan demam saat di tempat yang tidak seharusnya seperti di bar, apa yang akan dilakukannya jika terjadi sesuatu pada anak itu?
Win kemudian berputar menghadap si patung es. “You’re this child’s…?”
Saat kata-kata itu terucap, Win menyadari dia tidak perlu bertanya. Wajah pria itu dan Xaverio seperti berasal dari satu cetakan, sama persis. Tidak diragukan lagi mereka berdua sepasang ayah dan anak.
Tapi tetap saja si patung es menjawab, “Father.”
“Hai, manis, you’re awake. I’m Little Sun’s uncle!”
Tiba-tiba, seseorang bergegas ke arahnya, membuat Win mundur ke belakang dan berhenti saat mengenali wajah itu. “Ren… Ren Walton?”
Ren Damian adalah Walton’s Corp second prince, boss Astro Enterprise, tapi disamping wajah tampannya yang rupawan, dia adalah seorang playboy. Skandalnya di media lebih banyak daripada para selebriti. Dia tidak mungkin salah mengenali wajah.
Jadi, jika si patung es adalah ayahnya Xaverio dan Ren Walton adalah pamannya Xaverio…..
Maka, si patung es adalah kakaknya Ren, Bright Darius Walton bukan?
Bright Walton adalah Thailand’s famous God of Fortune. His existence was like a king sans a crown!
Jadi, bocah kecil yang ditolongnya adalah the mysterious son of Bright Walton, the sparkling golden prince…..
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...