Ketika giliran Win tiba, makeup artist menggebrak barang dan memanggil Win dengan suara keras dan dingin. Win segera meletakkan naskahnya dan perlahan mendekat dan mengucapkan terima kasih. Nan, sang makeup artist, tampak enggan untuk meriasnya. Saat akan mulai merias, Win melirik alat rias dan dengan tiba-tiba menghentikan Nan.
Nan terkejut dan bertanya apakah ada masalah.
Win berkata dengan ramah, “Sis Nan, can I use my own makeup? Kulitku sangat sensitif dan mungkin alergi dengan merk lain…”
Nan langsung menolaknya. “No way, that’s not what we do. Apakah kamu akan bertanggung jawab jika make up-nya kelihatan jelek? Bukankah kamu baik-baik saja kemarin? Nan berkata dengan tidak sabar, semakin kesal dengan Win.
Win kemudian mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan menaruhnya di telapak tangan Nan. “Sis Nan, I hope you will kindly make an exception for me. Kau kan tahu Sis Nan, kebanyakan pekerjaan orang bergantung pada wajahnya, begitu juga aku, this is just ini case….”
Nan yang merasa bahwa amplop di tangannya tebal, mendehem kecil dan berkata dengan enggan, “Fine! Tapi jika sutradara berkata makeup-mu tidak sesuai, kau yang harus bertanggung jawab!”
“Tentu saja. Sis Nan tidak usah khawatir,” kata Win dengan tersenyum manis.
In this circle, enemies didn’t last forever. Nan’s mood improved a lot after receiving a big red packet, and she took care with Win’s makeup.
Setelah riasannya selesai, Win menyilangkan tangan di dadanya sambil memandang kostum yang akan dikenakannya hari ini. Dia kemudian mengeluarkan sebuah magnet dari tasnya, dan mulai menggesekkan magnet itu ke pakaian kemudian ke sepatunya.
Untunglah, tidak ada masalah dengan keduanya. Win menyimpan kembali magnetnya, menggumam sendiri : how unprofessional! Seharusnya jarum dijahitkan ke baju untuk melukaimu dimana-mana, dan kau tidak akan menemukan masalahnya, tidak peduli seberapa keras kau mencarinya. Atau paku payung kecil seharusnya tertanam di sol sepatu, jadi kamu tidak akan merasakan apa-apa saat berjalan normal, tapi dengan gerakan yang kuat, semuanya pasti akan lebih mengasyikkan…..
Tidak seperti Luke, yang telah dilindungi seumur hidupnya dan tidak mengerti bagaimana arti penderitaan, Win sudah memulai dari bawah di industri hiburan ini selama bertahun-tahun, dia sudah menyaksikan begitu banyak, jadi tidak mungkin dia tidak melihat trik kecil yang dimainkan padanya.
Meskipun dia tidak bisa mengecek makeup kit sebelumnya, Luke sangat tahu jika kulit Win alergi terhadap logam, dan kemungkinan besar Luke sudah melakukan sesuatu pada makeup kit tersebut.
Saat Win selesai mengganti kostumnya, instruktur dance yang disiapkan sutradara untuknya sudah menunggu di luar. Sementara artis lain sedang berakting, Win mengikuti instruktur dan belajar gerakan menarinya.
Setelah yang lain selesai syuting, sutradara Champ mendatangi Win untuk mengecek hasil dari latihannya. Dia bertanya apakah Win sudah siap karena di profil Win tertulis dia pernah belajar dance sebelumnya, jadi beberapa jam sudah cukup untuk Win. Tapi jika tidak cukup waktu berlatih, Champ akan memberi beberapa hari lagi.
Win berkata dia sudah siap tak perlu belajar lagi. Champ lalu bertanya pada sang instruktur bagaimana pendapatnya. Champ hanya mendapat kedipan mata dan tawa dari instruktur, menutuhnya untuk melihat hasilnya nanti.
_______________
Scene 13: Princess June’s Intoxicated Dance.
Characters: Emperor, Princess June, Prince Let, some concubines, and servants.
Baru-baru ini, sejumlah besar girls dan boys yang menarik telah dipilih untuk memasuki istana. Kaisar memiliki berbagai macam selir dan berkumpul di kamarnya untuk minum dan bersenang-senang. Kaisar begitu tergila-gila dengan orang-orang baru yang terpilih, sampai-sampai dia mengabaikan kesayangannya, Princess June.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...