36

1.4K 139 0
                                    

Bright beruntung, karena ini sudah tengah malam, tidak ada orang lain selain Win di dalam toilet itu. Dia langsung melihat Win, duduk di lantai dalam keadaan yang mabuk, bersandar di pintu bilik.

Rambutnya berantakan, barang-barang dalam tasnya sudah berceceran, bahkan sepatunya sudah terlepas dari kakinya. He was a completely different person from when he had left looking flawless.

Kilatan rasa sayang terpancar dari mata Bright saat menatap Win. Dia kemudian mengambil tas Win, dan memunguti satu persatu barang Win yang sempat tercecer dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Mengambil sepatu Win dan meletakkan tangannya pada pinggang Win untuk membantunya berdiri.

Baru akan menggendongnya, tiba-tiba Win mencengkram pintu toilet, menolak untuk pergi. Dia terlihat menatap waspada meskipun mabuk sambil bertanya. "Who are you?"

"Bright Walton," jawab Bright.

"Bright?" Win sempat terdiam, tapi kemudian berteriak dengan tiba-tiba, "You're a liar!! Do you think I'm stupid! This is restroom! Apa yang dilakukan seorang Bright Walton di sini?"

Apa orang ini benar-benar mabuk atau berpura-pura mabuk? Begitu pikir Bright. Dia tampaknya masih memiliki akal sehat.

"I'm not lying to you."

"Liar... I won't go... I won't go with you..." Win yang sedang mabuk seperti landak kecil yang sedang ketakutan, sepenuhnya waspada.

Win benar-benar menolak untuk pergi, jadi Bright meletakkan kembali barang-barang Win dan mencoba untuk membujuknya. "What do I need to do for you to believe me?"

"Show me some ID!" Win terlihat seperti seorang polisi yang sedang memeriksa seorang sopir mabuk.

Bibir Bright membentuk senyuman, dan layaknya seorang warga sipil yang baik, dia mengeluarkan ID-nya dari dompet dan memberikannya pada Win.

Win memegang kartu kecil dengan tangannya yang gemetar, mendekatkannya di depan wajahnya dan membaca huruf-huruf yang tercetak. "Bright Da..ri..us Wal..ton... you are Bright Walton..."

Bright mengangguk, "Now we can leave?"

"I'm not leaving! Aku tidak akan pergi denganmu! You're the Big Demon King... won't go..won't go..." Win menjadi semakin gelisah.

"Big Demon King..." Menggumam pelan, wajah Bright menggelap. Jadi itu yang dipikirkannya tentangku? Dia pikir dia sudah bersikap hangat pada Win.

Keduanya menemui jalan buntu, tapi tiba-tiba, ada suara langkah kaki di luar.

"Metawin...Metawin, are you inside there?"

Bright membeku. Mereka berdua berada di dalam toilet wanita! Jika seseorang melihatnya disini, dia akan disangka seorang pervert. Dan dia tidak akan pernah menunjukkan wajahnya di kota ini lagi.

Suara langkah kaki semakin mendekat. Bright mengumpat pelan, bergegas mengambil tas dan sepatu Win dan menariknya paksa untuk masuk ke dalam bilik toilet.

Orang di luar adalah Chandra sang penulis naskah.

Win adalah pemula dan tidak banyak mengenal orang / crew film; hanya Chandra yang menyadari Win sudah lama pergi ke restroom dan tidak kembali, jadi dia datang untuk mencarinya.

Awalnya Chandra mencari di toilet pria tapi tidak menemukan Win. Dia kemudian ingat bahwa Win tadi terlalu banyak minum mungkin saja dia salah masuk toilet. Dia kemudian mencari salah satu staf hotel dan meminta ijin untuk mencari Win dalam toilet wanita.

Terkejut karena ditarik paksa masuk ke dalam bilik, Win berusaha melepaskan diri dari pelukan Bright. Chandra jelas menyadari keributan itu.

"Metawin, apa kamu di dalam?"

Mendengar orang itu semakin mendekat, Bright semakin nervous. Refleks tangannya terangkat menutup mulut Win agar tidak mengeluarkan suara. Tapi tiba-tiba Win menggigit tangan Bright. Alisnya bertaut menahan rasa sakit akibat gigitan. Tapi tangan Bright tidak melepaskan tangannya.

Inhale...exhale... setelah menarik nafas dalam dan menghembuskannya, Bright berbicara dengan suara yang serak dan kasar, "Don't rush... I'll give it to you now..."

Candra baru akan mengetuk pintu toilet tapi tiba-tiba mendengar suara seorang pria. Dia membeku sesaat sebelum mengerti situasinya, wajahnya memerah dan bergegas keluar.

Who would have guessed he would run into a couple doing 'business' there?

Tapi ini hotel, jadi kenapa mereka tidak menyewa kamar jika mereka ingin melakukan 'itu'? Ah dasar orang-orang aneh!

Kemana perginya Win? Apa mungkin dia sudah pulang lebih dulu? Besok saja aku akan menghubunginya lagi, begitu Candra memutuskan dan bergegas untuk pulang.

Tapi tak pernah terbayangkan di benak Candra bahwa couple yang sedang 'doing business' di toilet adalah Metawin, orang yang sedang dicarinya.

Mendengar suara langkah kaki menjauh, Bright bernafas lega dan melepaskan tangannya dari mulut Win.

Posisi Bright saat ini duduk di atas closet, dia melonggarkan dasinya dan pria muda yang sedang tantrum duduk di pangkuannya. Bright berkata dengan dingin, "Stop being noisy!"

Nada suara Bright sangat menakutkan sehingga mengejutkan Win, dan dia mulai cegukan, wajahnya yang memerah menunjukkan ekspresi diperlakukan tidak adil.

Melihat Win ketakutan, Bright merasa tidak tega dan mulai menepuk-nepuk lembut punggung Win untuk menghiburnya. "I'm sorry, I shouldn't have scared you."

Tapi pemuda dalam pelukannya menjadi semakin sedih, air matanya mulai menetes dari mata indahnya.

Bright felt helpless.

Why was Win even harder to take care of than Xaverio?

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang