54

1.3K 119 0
                                    

Win berlari ke arah restroom di belakangnya. Masuk ke dalam, dia membuka tas hitam yang dibawanya tadi, mengeluarkan perlengkapan yang sudah disiapkannya, dan mulai merias wajahnya.

Beberapa saat kemudian, ketika dia keluar dari sana, dia sudah berubah menjadi kakek tua dengan kepala yang penuh uban. Hpnya berbunyi bip. Win mengeluarkan hpnya, sesuai dugaan, itu dari Jeff.

Evil Fairy Prince: WinnieWin! I give you five minutes to show up in front of me, or I will instantly expose our relationship to the public!

F**k! Blonde, you are crazy!! 

Win mengecek riasannya sekali lagi, dan segera berlari kembali ke arah kerumunan. 

“Uhuk uhuk, let me through, let me through… uhuk uhuk, kind-hearted young girls, can you allow this old grandpa to look at Nong Jeff?” Win tampak seperti seorang tua yang helpless. 

“Guyssss, don’t push! There’s an old grandpa here!”

“Eh, grandpa, why do you want to see our Jeff? Apakah grandpa fansnya juga?”

“Holy moly! Our Jeff really gets them all, the young and the old! Dia bahkan punya fans seorang grandpa! Guysss, let the grandpa through!”

“How old are you, grandpa?”

………

Win membungkuk dan menepuk salah satu punggung gadis muda itu, berterima kasih pada mereka berulang kali. “Young girls, thank you, I thank all of you. I’am eighty years old, and I especially like this young man, karena dia sangat mirip dengan cucuku. Cucuku bekerja di tempat yang sangat jauh, dan aku hanya bertemu dengannya beberapa kali dalam setahun…” Berkata seperti itu, Win mulai menyeka air matanya. 

“Jeff! Jeff! There's grandpa fans of yours here! Come and see him!

“Yes, please see him! Poor grandpa…”

Dengan bantuan dari semua fans, Win dengan cepat dan sukses membawa dirinya ke dalam. Di pusat kerumunan, Jeff menyisir rambut pirangnya dengan jarinya, dan melepas kacamata hitamnya. Dengan rasa curiga di wajah tampannya, dia bergumam, “Grandpa fan?”

“Yes, Yes! He’s already eighty years old! Dia datang kesini khusus untuk melihatmu di bandara! He said he really likes you because you look like his grandson, who’s working overseas!”

Begitu para fans berhenti berbicara, Jeff mengikuti jalan yang dibuat kerumunan untuknya, dan melihat seorang kakek tua dengan wajah keriput, mengenakan pakaian usang, bersandar pada walking stick. Wajah Jeff menggelap. “Fuuuuu….” Hampir saja kata makian itu keluar dari mulutnya, tapi masih ada akal sehat yang tersisa padanya, menelan kembali sisa kata-f tersebut, dan menatap tajam pada ‘kakek’ itu seolah ingin mencekiknya. Tentu saja, itu semua terjadi within a short second, dan para fans tidak sempat menyadari sesuatu yang tidak biasa pada ekspresinya. 

“Ahhh…grandson…my good grandson…grandpa missed you so much…” Win berjalan secepat kilat ke arah Jeff, mengacak-ngacak rambut blondenya dan menangis dengan sedih…

Para fans mulai menitikkan air mata ketika menyaksikan adegan yang mengharukan itu, dan momen itu tidak luput oleh mata kamera-kamera dari para media. 

“Metawin! Just you wait ‘till tonight! You will regret it! Jeff berbisik marah dengan suara rendah di telinga Win. 

“Ah, grandson, grandson! Kenapa kamu terlihat kurus! Grandpa’s heart aches!” Win was fully into his character, dan rambut Jeff, yang paling dia banggakan telah berubah seperti sarang burung. 

Melihat Jeff sudah hampir meledak, managernya Pimpim bergegas untuk menyelamatkan situasi. “Uhuk, make way, this grandpa’s very emotional, and his body is quite weak, we’ll send him home!”

Jeff tetap mempertahankan ekspresi wajahnya yang lembut dan penuh perhatian, tapi dengan diam-diam mencubit tangan Win dengan keras saat mereka meninggalkan bandara dengan cepat. 

Sesampainya di mobil, Win masih melanjutkan aktingnya, mencoba terus memanggil Jeff, untuk menjahilinya. Grandson this, grandson that, membuat Jeff semakin kesal. 

“Metawin! I dare you to call me grandson one more time!”

“Grand…son-! I just did, so what?” 

“I…I’m going to kill you!”

“Do it, Blonde! I thought you’d never do it!”

“Ahhhh! Damn it! Metawin, you actually hit me for real!”

____________

The back of the car rocked with banging sounds. Pimpim, yang sedang mengemudi, kehilangan kata-kata. “Jeff, I already told you, kamu tidak bisa mengecoh Win, tapi kamu tidak mempercayaiku, dan sekarang? Berita utama besok bukan tentang dijemput oleh pemuda tampan di bandara, tapi oleh seorang kakek tua….”

His arm was pinned behind his back by Win, Jeff said angrily, “Shut up!”

Pimpim menyaksikan adegan perkelahian lewat kaca spion. Meskipun kepalanya sakit melihatnya, sudut mulutnya terangkat. “Nong Win, can you be a little gentler with him? “I’m begging you! Jeff masih punya jadwal syuting untuk film, iklan dan magazine cover untuk bulan ini…”

“Got it, Bro Pim, I won’t hit his face….” Ucap Win memotong perkataan Pimpim. “Be still, Blonde!!! Katanya lagi pada Jeff. 

Semangat dan percaya diri yang tinggi di wajah Jeff yang tadi ditunjukkan di bandara sudah lama hilang, sekarang dia sedang ditekan ke kursi belakang dengan tangan diborgol, tampak luar biasa dengan penampilan yang sudah acak-acakan tidak karuan. 

“Winnie…you forced me to do this…”

Win yang sedang lengah karena dengan gembira masih memukul Jeff, tidak menyangka Jeff akan mengunci tangannya di belakang lehernya dengan tangannya yang terborgol, dan menariknya ke bawah. Melihat wajah Jeff sangat dekat dengannya, Win mundur tanpa sadar, dan tersenyum menyeringai. “What? You can’t beat me in a fight, so you’re using a beauty trap now?”

Tepat sebelum bibir Jeff menyentuh bibirnya, Jeff tiba-tiba berpaling. “Ergghhh.” 

“Hahaha…” Win tertawa terbahak-bahak hingga memegangi perutnya dan berguling. “Ayo….sayang, sini cium aku di sini! Isn’t grandpa handsome today?”

Melihat wajah keriput dan bopeng di wajah Win, Jeff berbaring seperti seekor ikan yang sedang sekarat dan tidak punya keinginan untuk hidup lagi. Win berhenti tertawa dan duduk, menarik nafas panjang dan mulai berbicara serius dengan Jeff. Kata Win, Jeff yang lebih dulu melakukan ini, mencoba untuk menjebak Win, jadi dia melakukan ini untuk membalasnya. 

Jeff yang cemberut berkata dengan nada merajuk, “Kita sudah lama tidak bertemu, tidakkah ada sedikit rasa kangenmu untukku, walaupun hanya sedikit? The first thing you actually did was to beat me up!” Jeff menatap Win marah, ada rasa sakit terpancar di matanya. 

Win hanya tertawa menanggapinya. Win bilang dia juga merindukan Jeff, bahkan di bandara tadi ‘grandpa’ sudah mengatakannya. In order not to die from anger, Jeff berhenti berkomunikasi dengan Win. Dia mengangkat tangannya dan menyuruh Win untuk membuka borgolnya. Dia juga bertanya dari mana Win mendapatkannya karena itu terlarang di Bangkok. 

Win menjawab dengan santai bahwa dia mendapatkannya dari sex shop online dan dia membelinya dengan harga murah. Jawabannya membuat Pimpim dan Jeff tersedak saat mendengarnya. 

Takut mereka berdua akan kembali berkelahi, Pimpim bertanya akan kemana mereka, karena sudah tidak ada fans ataupun media yang mengikuti mereka. Jeff meminta Pimpim untuk diantar ke villanya, tapi Win berkata untuk menurunkannya di jalan saja, dan dia akan mencari taxi untuk mengantarnya pulang. Jeff dengan marah berkata, dia tidak akan membiarkan Win mengingkari janjinya, dan dia harus ikut bersamanya pulang ke villanya. Win akhirnya mengalah karena sudah menduga ini pasti akan terjadi.

Di tengah perjalanan, Win merasa ada yang tidak benar. Kenapa arah jalan ini kelihatan familiar? Perasaannya mulai tidak nyaman dan dia bertanya apakah kebetulan villa Jeff berada di Rama Residence. Dan jawaban yang didapatnya adalah wajah sombong Jeff. Tentu saja silly!

Kebetulan macam apa ini? Kenapa villa Jeff di Rama Residence juga? For some reason, the ‘du du du’ sound of an alarm started to play in his head, giving him a bad feeling that something terrible was going to happen….

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang