17

1.6K 160 0
                                    

Win sempat bimbang apakah dia perlu menelpon atau tidak. Tapi pada akhirnya dia memilih untuk menghubungi Little Rio. Sejak kejadian lima tahun lalu, Win sebenarnya tidak terlalu menyukai anak kecil, dia bahkan menghindari untuk dekat - dekat dengan mereka.

Alasannya karena hal itu membuat dia teringat tentang unhappy memories dan tentang kehilangan anaknya...

Anak itu sempat membawa harapan untuknya, tapi juga mewakili bagian paling gelap dan kotor dalam hidup masa lalunya.

For some unknown reason, Xaverio tidak membuatnya merasa tidak nyaman saat berada didekatnya. Sebaliknya, semakin melihatnya, semakin Win menyukainya, dan dia tidak bisa menahan dirinya ingin lebih dekat dengannya.

It was really strange.

"Hello...hello?" Panggilannya sudah tersambung tapi tidak ada suara yang terdengar.

Win tahu bahwa itu pasti Xaverio, dan dia tertawa pelan.

"Is it Little Sun? Maaf, Uncle just finished work dan baru ingat untuk menghubungimu."

Xaverio tidak bisa menjawabnya, jadi Win hanya bicara sendiri. Tidak ada topik pembicaraan, jadi Win berpikir keras apa yang harus dia katakan.

"Darling, have you eaten yet? You're too skiny, jadi kamu harus makan banyak, okay?"

"Children shouldn't be picky, only then will you grow quickly. Actually, being chubby would make you even more adorable! Walaupun sekarang ini, kamu sudah sangat cute...."

"Oh, right, I just saw on TV ayahmu berhasil closed a big business deal. He's really amazing, tolong bilang padanya selamat ya!"

........

Sepuluh menit kemudian, Xaverio meletakkan ponsel ayahnya dan mengeluarkan sebuah tablet yang sudah lama tidak dipakainya.

Dia dengan cepat menuliskan sebuah kata : Congratulations.

Meskipun Xaverio tidak berbicara, tapi dia fasih dalam beberapa bahasa. Menulis dalam aksara Thai menurutnya agak menyusahkan, jadi dia selalu menulis dalam bahasa Inggris. Namun, dia sudah tidak menulis apapun dalam waktu yang lama.

Karena dia tidak punya keinginan untuk berkomunikasi ataupun bersosialisasi dengan orang lain.

Kakek neneknya tentu saja terkejut setengah mati. Mulut mereka menganga. sedangkan Ren yang sudah melihat ini sebelumnya, terlihat tenang.

Bright diam-diam sudah mencuri dengar apa yang Win katakan di telpon, jadi saat melihat kata-kata yang ditulis anaknya, wajahnya yang biasanya dingin menampilkan senyuman langka sambil mengusap lembut kepala anaknya. "Thanks."

Setelah selesai menulis, Xaverio memulai makan malamnya dengan wajah yang serius. Dia bahkan memakan wortel sayuran yang dibencinya.

The two elders remained in stunned silence.

Anak sulung mereka tersenyum, cucu mereka menulis sebuah kata, cucu mereka berinisiatif memakan makan malamnya, cucu mereka bahkan memakan wortel....

Mrs. Walton akhirnya tersadar dari keterkejutannya dan bertanya pada Ren. "Apa yang dikatakan pemuda itu pada Little Rio, Ren?"

Raut wajah Sunny juga menyiratkan keingintahuan.

Ren menjawab dengan tersenyum, "Nothing much. Dia hanya bilang pada Xaverio untuk tidak picky soal makanan dan sampaikan congratulation pada Kakak."

"Hanya itu?" Wajah Minnie penuh dengan rasa tidak percaya.

"What else would there be?" Ren mengangkat bahunya.

"One phone call from this boy can already do this much. Hasilnya bahkan lebih baik dari satu tahun pekerjaan psikolog." Sunny menggumamkan kalimat itu seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"It really is!" Minnie berseru antusias. "This person is really not bad. Bright, work hard!"

Bright: "Yes."

Minnie tidak lagi menatap Bright kedua kali sebelum menoleh pada anak bungsunya. "Ren, kakakmu ini kaku seperti kayu. Dia tidak akan tahu bagaimana caranya mengambil hati orang. Kau harus membantunya, okay?"

"Sekarang Mom baru sadar bahwa aku berguna." Ren merengut. "Relax, Mom, I will definitely use my lifetime of knowledge to help my brother! Tapi kita harus membuat perjanjian bahwa kalian berdua tidak akan intervene masalah ini! Parents are always the easiest way to ruin relationships!"

Orang tuanya setuju. "We understand, we understand, we were just asking!"

Hufttttt......Ren menghembuskan nafasnya pelan. Problem's solved!

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang