2.49

1K 103 2
                                    

Mata Win bertemu dengan mata hitam pekat Bright. Win berdiri di sana sedikit ketakutan, takut untuk mendekatinya.

Bright menyalakan sebatang rokok dan bersandar di pintu dan mulai sedikit rileks. Barulah Win merasa sedikit lebih nyaman untuk maju ke arah Bright karena suasana menjadi sedikit kurang tegang.

Win melewati Bright dengan kecepatan kilat. "Swoosh" dan begitulah dia pergi, hanya menyisakan bayangannya, hampir seperti master beladiri di serial TV.

Di tengah-tengah ruangan, Win sedikit terkejut.

Tidak ada satupun yang berubah di kamarnya. Majalah fashion yang berantakan berserakan di tempat tidurnya, matras yoga yang digulung tergeletak sembarangan di lantai, lipbalm yang dijatuhkannya kemarin masih ada, bahkan tutup tabung yang terbuka tetap sama...

Semua ini membuatnya merasa seperti menjalani realitas yang berbeda. Win merasa waktu yang dihabiskannya di sini adalah sesuatu yang telah terjadi di kehidupan sebelumnya.

Ketika embusan angin bertiup lewat jendela, membawa angin sejuk meniup lembut wajahnya, Win kembali tersadar dan mulai membereskan barang-barangnya.

Pertama, dia mengeluarkan sebuah box besar dari bawah ranjangnya, dan mulai memasukkan barangnya satu persatu. Baju, sepatu, personal care items, PSP game console....

Setiap kali dia memasukkan barang ke dalam box, dia merasa ada bagian dari hatinya yang ikut dikemas, dan itu menyakitinya.
Sepanjang seluruh proses itu, dia tidak berani melihat ke arah Bright sama sekali.

Dari ruangan itu, Win hanya mengambil barang kepunyaannya saja dan tidak ada ada yang lain lagi.
Ketika menatap barang-barang pemberian Bright, dia merasa sangat bersalah karena dengan kejam meninggalkan mereka...

Akhirnya, Win selesai mengemas semua barang-barangnya dan harus menghadapi hal yang tak terelakkan. Dia menarik nafas dalam-dalam, mengangkat kepalanya dan menatap pria yang sedari tadi berdiam diri berdiri di samping pintu, "CEO Bright, aku sangat berterima kasih untuk semua perhatianmu selama waktu ini. Mengenai Little Rio, jika perlu bantuanku, hubungi saja aku, aku akan ada kapan pun kau membutuhkanku..."

Pada titik ini, Win tiba-tiba kehilangan kata-katanya.

Setelah pergulatan batin, dia mengeluarkan kata-kata finalnya, "Kalau begitu, aku pergi dulu..."

Win membungkuk hormat dan berterima kasih sebelum menyeret boxnya dan mulai berjalan pergi.

Setelah perpisahan ini, mungkin kesempatan untuk bertemu lagi akan sangat tipis...

Mereka hidup bukan di dunia yang sama dengan perbedaan yang sangat besar di antara mereka. Jika bukan karena insiden di bar dan dia bertemu dengan Little Rio, mereka tidak akan pernah bertemu satu sama lain dalam hidup ini.

Dada Win terasa sesak, perasaannya seolah mencekiknya saat dia melanjutkan langkahnya yang terasa berat untuk keluar dari kamarnya. Saat dia mencapai pintu, dia melihat pergerakan dari sudut matanya.

Pria yang tadinya merokok dalam diam tanpa ada respon, tiba-tiba meletakkan tangannya di sisi lain kusen pintu dengan rokok yang masih terselip di antara jarinya, menghalangi jalan keluar Win.

"Er, CEO Bright...?" Win sedikit bingung, tidak yakin apa maksud tindakan Bright.

"Metawin."

"Ya!"

"Kau benar-benar bernyali besar."

"Huh?" Win terkejut dengan apa yang dikatakan Bright. Apa maksudnya ini??

Bright menghabiskan sisa rokoknya, mematikannya dan menatap Win. Dia mulai berbicara dengan kalem, "Apa kau tidak takut aku akan mengurungmu di sini, selamanya?"

Win shocked.

Please calm down, boss!

Win sangat ketakutan hingga lututnya hampir menyerah. Siapa bilang nyalinya besar?

Bahkan ketika dia masuk ke rumah tadi, itu karena dia terlalu takut untuk mengabaikan perintahnya!

Win berdiri kaku, satu kaki di depan kaki yang lain, dan tangannya di atas box yang diseretnya. Dia tidak berani bergerak lagi.

Dengan hati-hati, Win mengamati ekspresi Bright. Sayang sekali, demon king ini sangat terampil menyembunyikan emosi, sehingga Win tidak tahu apakah dia sedang serius atau hanya bercanda.

Win terus berpikir, lalu sebuah ide muncul di kepalanya dan dengan cepat berkata, "Siapa itu namanya... Ah, Tagore! Tagore mengatakan sebelumnya, jika kamu mencintai seseorang, kamu harus membiarkannya mengelilingi matahari, dan membebaskannya!"

Bright menyeringai.

Win tidak mengerti alasan di balik seringai anehnya, jadi dia terus melanjutkan. "Tagore juga bilang, menyukai itu lancang, tapi cinta adalah tindakan pengekangan! Dan dia bahkan mengatakan bahwa, cinta bukanlah pengekangan sementara tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, tetapi untuk membantu mereka hidup dengan bebas!"

"Tagore mengatakan ini semua?" Bright bertanya dingin.

"Uhh, kurasa begitu..."

Win tertawa hampa. Pikirannya benar-benar kacau, dia tidak tahu siapa yang mengatakan semua quotes itu...

"Apakah ada lagi?" Bright terus bertanya.

Win mengangguk dengan penuh semangat, seperti anak ayam kecil yang mematuk beras, "Yes, yes, Tagore juga mengatakan bahwa, memenjarakan orang lain adalah ilegal..."

Seringai kecil Bright berubah menjadi senyuman lebar, jari-jarinya yang dingin memegang dagu Win, "Lalu...apakah Tagore menyebutkan bahwa mulutmu tidak cocok untuk berbicara omong kosong, tapi lebih cocok untuk berciuman?"

Tepat setelah Bright menyelesaikan kalimatnya, bibir mereka bertemu.

Win terperangah.

"Kaulah yang berbicara omong kosong! Tagore tidak akan mengatakan hal seperti itu!"

Dalam keterkejutan, box itu jatuh dari tangan Win, diikuti dengan suara "bam" yang keras dari pintu kamar yang tertutup rapat.

Win terjatuh ke belakang di ranjang yang empuk.

Bright hanya berdiri di depan tempat tidur, perlahan, dan anggun...melepaskan mantelnya...

Pikiran kotor tentang bagaimana bosnya membuka baju terlintas di benak Win.

Win menggelengkan kepalanya dan mencoba menenangkan diri, dan buru-buru berkata, "CEO Bright, kau...kau harus tenang! melakukan kejahatan untuk seseorang sepertiku benar-benar tidak pantas...aku bisa mengajarimu meditasi...itu bekerja seperti pesona..."

Selagi Win mengoceh, Bright sudah melepas mantelnya dan dia mulai mendekati Win.

Melihat seberapa dekat nafas pria itu dengannya, Win merasa terpojok dan dia berteriak, "Bright! jangan berani-beraninya melewati batas! Jangan memaksaku untuk menggunakan kekerasan padamu!"

Alih-alih mundur atas reaksi defensif Win yang memberinya peringatan, Bright malah menunjukkan ekspresi puas.
Dia benar-benar mengabaikan peringatan Win dan terus mendekat...

Dang it! hanya karena aku tidak menunjukkan apa yang bisa aku lakukan, bukan berarti aku bisa dimanfaatkan!

Win mendorong lututnya ke depan dan mencoba membuat celah untuk dirinya sendiri. Pada akhirnya, sebelum dia bisa berbuat lebih jauh, Win merasakan sensasi dingin di pergelangan tangannya dan mendengar suara "klak" ~ dia diborgol!

********















DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang