"Mm, let's go." Bright mengangguk dan melaju ke arah apartement Win.
Win mengira, dia sudah menghindari peluru, tapi melihat apa yang dilakukan Bright, Win mulai menjadi gugup. "Aku bisa pergi sendiri, aku punya banyak barang, aku akan meminta jasa pindahan untuk datang nanti dan mengangkut semuanya!"
"Tidak apa, pasti muat."
Dalam hati Win: tidak peduli seluas apa mobilmu ini, tak akan mungkin bisa muat semuanya, apa kau pikir kamu Doraemon?
Tapi Bright terlihat yakin, jadi Win tidak membahas lagi, dan hanya bisa mebiarkan Bright mengemudi menuju gedung apartemennya.
Lupakan saja, memindahkan barang bersama-sama adalah pilihan yang aman; paling tidak, itu tidak akan menciptakan ssuatu yang dekat dengan suasana intim.Ketika mereka tiba di apartemen, Win membuka pintu. Segala sesuatu di dalam ruangan tertutup lapisan debu karena sudah lama tidak ada yang tinggal disana. Di bebereapa titik, jendela sudah terbuka akibat tiupan angin, dan ada dedaunan dimana-mana...
Bright berdiri di pintu masuk, dengan tubuhnya yang tinggi dan ramping. Dia menyapu pandangannya ke setiap sudut ruangan dengan kehangatan di matanya yang dingin.
"Ada apa? tanya Win bingung.
"Nothing." jawab Bright dan berhenti memandang sekeliling.
Ini adalah apartemen kecil dan rusak yang diatur oleh GMM untuk Win, tapi apartemen ini menyimpan kenangan berharga tentang mereka berdua. Mmm, nanti aku akan menyuruh Foei untuk mengatur seseorang agar bisa membeli apartemen ini, kata Bright dalam hati.
"Apa yang bisa kubantu?" tanya Bright.
Win menggaruk kepalanya, dan menemukan sebuah box besar kosong, dan menunjuk rak buku yang tinggi "Kau tinggi, bisakah kau membantuku untuk mengepak semua buku-buku itu di box ini?"
"Oke." Bright menggulung lengan bajunya, siap untuk memulai.
Win menatap pakaian Bright, yang bahkan mungkin lebih mahal dari apartemen ini, dan menyentuh dahinya seolah kepalanya sakit. "Wait...wait a minute!"
Mengatakan itu, Win menarik sebuah jas dokter entah dari mana, dan berdiri di depan Bright. "Buka jasmu dan pakai ini supaya debu tidak mengotori pakaianmu."
Bright dengan patuh membuka jasnya, menatap jas dokter dengan penasaran. "Darimana kau mendapatkan ini?"
"Itu kostum, aku bekerja dengan sebuah tim produksi yang bahkan tidak punya ekstra dana untuk membelikan aktornya pakaian, jadi aku membelinya sendiri!" Mengatakan itu, Win memberi bright jas itu agar bisa dipakainya. "Untung saja itu muat!"
Sesaat setelah mengatakan itu, dia menatap Bright dan langsung tercengang. Win menelan ludah dan tak bisa menyembunyikan kekaguman di wajahnya...
Bright terlihat terlalu tampan dengan jas putih itu! Ini adalah sebuah godaan, uniform temptation, hey!
Holy shit, bahkan pindah rumah ternyata tidak aman!"What's wrong?" tanya Bright.
Win menggelengkan kepalanya dan tersadar kembali. "Nothing...nothing... ayo mulai! Aku akan mengepak semua baju-bajuku!"
"Mm." Bright mengangguk dan menatap punggung Win yang melarikan diri sebelum dia mulai mengemas buku-buku itu.
Bright mungkin terlihat tidak tergesa-gesa saat melakukan sesuatu, tapi sebenarnya dia sangat cepat dan produktif, dan dia membersihkan rak buku dengan sangat cepat. Sambil terus memindahkan buku-buku, sebuah foto jatuh dari buku kumpulan karya Shakespeare....
Bright memungutnya. Ada sekelompok anak muda di foto itu, mengenakan pakaian bergaya punk dan metal. Win berada di tengah; rambutnya sangat pendek, berpakaian hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan setelan biker hitam, dan senyum lepas juga percaya diri di wajahnya, terlihat seperti anak remaja yang sangat tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...